-----<( C I N G K R I K G O N I N G )>-----
Apa itu cingkrik ?Apa itu cingkrik ? mungkin ada sudah mengetahuinya dan ada juga yang belum. Cingkrik adalah salah satu olah raga beladiri atau disini lebih tepatnya salah satu aliran pencak silat yang ada di Betawi (sekarang DKI Jakarta). Cingkrik diambil dari bahasa Betawi ‘jingkrik’ (bentuk tunggal), ‘jejingkrikan’ (bentuk jamak) dan ’jingkrak-jingkrik’ (bentuk berulang).
Jingkrik yang dalam bahasa Indonesianya artinya meloncat (tunggal; berloncatan, berulang; meloncat-loncat, jamak; berloncatan), Suwarno Ayub1 sendiri (posmetro, 21 maret 2004) menjelaskan “Cingkrik itu artinya meloncat-loncat yang gesit”. Meloncat inilah yang menjadi ciri khas dalam cingkrik itu sendiri. Selain dari gerakan yang luwes, lincah serta cepat dan tepat dalam teknik serang. Pencak silat cingkrik di Jakarta sendiri terbagi atas 2 aliran utama yakni aliran Cingkrik Sinan, aliran Cingkrik Goning2.
Cingkrik GoningCingkrik Goning merupakan salah satu cingkrik yang dikembangkan oleh engkong Goning atau ki Goning. Engkong Goning (ki Goning) sendiri memiliki nama asli Ainin Bin Urim (1895-1975), beliau merupakan seorang pejuang Kedoya (bukan kemanggisan). Kata Goning berasal dari Go dan ning, ‘go’ itu sendiri berasal dari panggilan teman sebaya Ainin sewaktu meledeknya. Sedangkan kata ‘ning’ berasal dari penggalan nama panggilan Ainin (biasa dipanggil ‘nin’) yang mendapat tambahan huruf ‘g’ dibelakang ‘nin’.
Ciri umum dari cingkrik adalah bantingan seperti yang dituturkan Nizam (salah satu murid Cingkrik Goning) “menurut orang tua dulu kalau cingkrik yang asli itu banyak ngebanting / jatuhannya”, demikian pula dengan cingkrik goning jika dihitung-hitung baik dari jurus dan isi jurus ada 80 tehnik bantingan. Ciri khas aliran cingkrik goning adalah cepat, tepat selain penggunaan kaki sebagai pamungkas. Cepat dan tepat disini berarti cepat dalam menyerang / serangan balik dan tepat dalam sasaran / lawan, “sehingga tidak ada hitungan 1.., 2.., 3.., tetapi 1….brakk lawan sudah jatuh atau dapat dikuasai” ujar Tb. Bambang (Koran Tempo, 7 Oktober 2006). Penggunaan kaki sebagai pamungkas diutarakan Nizam “Tangan digunakan untuk meladeni serangan lawan, begitu lawan jatuh diselesaikan dengan tendangan kaki”.
Sejarah Cingkrik GoningSetiap sejarah Cingkrik menyebutkan nama si Pitung sebagai pemilik cingkrik, sehingga cingkrik diidentikkan sebagai salah satu ilmu yang dimiliki oleh pitung. Demikian pula dalam sejarah Cingkrik Goning, dimana disebutkan beliau (pitung) sebagai salah pewaris ilmu silat yang berasal dari gurunya. Seorang Haji yang konon berasal dari Menes, daerah Banten yang tinggal di Rawa Belong yang bernama Haji Naipin (Haji Nai’pin)
Sehingga dalam hal ini si pitung diposisikan sebagai pewaris dan penyebar ilmu cingkrik di tanah betawi. Engkong Goning (ki Goning) (1895-1975) sendiri disebutkan sebagai pemilik aliran cingkrik dari dua aliran cingkrik yang ada di betawi. Satunya lagi adalah Cingkrik Sinan yang di miliki oleh Engkong Sinan.
Tidak ada sumber atau nara sumber yang menjelaskan kepada siapa ? atau dimana Engkong Goning (ki Goning) belajar Cingkrik ? Menurut anak-anak ki Goning yang lebih mengetahui lebih jelas adalah putra beliau yang bernama Hasan ‘jago’3 (berprofesi sebagai mandor) akan tetapi ia telah meninggal dunia. Sedangkan menurut Haji Husein (putra beliau yang lain) disebutkan bahwa beliau sering pergi ke daerah Marunda (Cilincing, Tanjung Priok) dan pulang ke Rawa Belong dari marunda setelah 2 atau 3, 4 hari lamanya. Tidak dijelaskan keperluan ki Goning pergi ke daerah marunda, mengingat daerah marunda adalah daerah dimana si Pitung pernah berjaya. Sehingga segala aktifitas yang mencurigakan dapat berakhir di penjara Glodok tanpa perlu alasan jelas. Sehingga tidak jelas apakah ki Goning mendapatkan Cingkrik dari belajar kepada seseorang ataukah menciptakan sendiri setelah melihat perkelahian para jawara atau pendekar silat, mengingat Rawa Belong dulunya merupakan kampungnya para pendekar silat pada masa itu. (posmetro, 21 maret 2003).
Ki Goning sendiri mengajarkan cingkrik ke beberapa tempat diantaranya Daerah Jembatan Dua, Grogol, Pesing, Kebun Jeruk, Kedoya dan Rawa Belong sendiri. Perkembangan selanjutnya ditangani oleh murid-muridnya antar lain Ali (daerah Pesing), Usup Utai (daerah Grogol, Kebun Jeruk dan Rempoa) dan muridnya yang lain. Perkembangan dari ‘muridnya yang lain’ inilah yang konon sampai ke luar negeri4.
Pewaris selanjutnya adalah bapak Usup Utai (1927-1993), seorang murid ki Goning yang tinggal di daerah Grogol, Jakarta Barat. Tongkat pewaris Cingkrik kemudian dilanjutkan oleh salah satu murid dari Usup Utai yakni Tubagus Bambang Sudrajat, yang meneruskan mengajarkan ilmu Cingkrik Goning hingga sekarang.
Jurus-jurus Cingkrik Goning Seperti yang diketahui Cingkrik Betawi yang ada di Rawa Belong berkembang menjadi 2 aliran:
1. Aliran Cingkrik Sinan, dimana gerakan tangan dalam cingkrik ini pendek-pendek, di dalam Cingkrik ini juga diajarkan stroom semacam ilmu kontak atau tenaga dalam (jurus Ke-13)5. Seorang sepuh pernah menunjukkan sedikit Cingkrik Sinan ditutup pada posisi dikanan badan (kembali ke posisi sikap dengan mengubah badan ke kiri).
2. Aliran Cingkrik Goning, dimana gerakan tangan dalam cingkrik ini terentang atau panjang dengan lebih mengutamakan tehnik gerakan yang cepat, tepat dan menutup jurus pada posisi hadap badan ke kiri (kembali ke posisi sikap dengan mengubah badan ke kanan).
Ada 3 tahapan dalam belajar Cingkrik Goning, tahap pertama adalah belajar jurus dimana murid harus dapat menghapal 12 jurus dengan baik dan benar. Tahap kedua yaitu belajar isi jurus dimaksudkan agar murid dapat memahami isi dari tiap jurus dan hanya bisa menerima serangan serta mematahkan serangan tersebut atau menguasai lawan dan tahap ketiga adalah tehnik ‘jual-beli’ yaitu tehnik memancing serangan lawan / menyerang dan kemudian mematahkan serangan balik dari lawan dan menguasai lawan atau menjatuhkan lawan.
Tipe tahapan belajar lainnya adalah dengan belajar jurus + isi jurus kemudian langsung jual beli. Ada tiga daerah sasaran yang dilakukan yakni atas, tengah dan bawah yang biasa dilakukan oleh cingkrik ini, dengan sekitar 5-12 lebih gerakan silat dalam setiap jurus Cingkrik Goning. Nama gerakan silat yang dipakai dalam Cingkrik Goning adalah : (berdasarkan tangan, kaki, kombinasi keduanya6)
Tangan :
- Singkur - Gedor - Kibas / Tabok
- Tebas / Bacok - Tepuk Lengan - Sikut
- Bandut / Bandul - Totok - Rambet
- Beset
Kaki :
- Gedik - Tendang - Siser
- Sabet kaki - Palang Tiga
Kombinasi Keduanya4 :
- Ayunan - Koset - Cingkrik
- Lok A - Lok B - Potong Ayun
- Suliwa / sliwa - Sapuan - Sepok / slo
- Gunting - Turun Tiga - Putar balik jurus Lima
Banyaknya isi (tujuan atau maksud) gerakan pada tiap jurus berbeda-beda. Mulai dari 2 hingga 19 isi tergantung pada tiap jurus dari ke-12 jurus. Yang diantaranya dimaksudkan menjatuhkan atau membanting, mengunci lawan, membalikkan serangan senjata tajam lawan dan mematah atau menghancurkan anggota tubuh lawan.
Penutup Demikian uraian saya tentang cingkrik Goning walaupun mungkin sebagian besar masih merupakan pendapat pribadi atau teori yang saya kemukakan ditambah dengan informasi atau keterangan dari nara sumber langsung atau pihak ke-3 (Koran, Tabloid atau sumber lain). Yang semoga tidak merubah makna atau isi yang dimaksud. Saya juga ingin mengucap terima kasih kepada Tb. Bambang Sudarajat (pengajar), sesepuh, Para senior dan kawan-kawan Forum serta kawan yang berlatih . Saya juga mohon dibukakan pintu ma’af bila ada kata atau kalimat dalam tulisan ini yang menyinggung seseorang, perguruan atau organisasi yang ada.
Penulis
Sumber
- Wawancara dengan para sepuh
- Koran Tempo
- PosMetro
- Ringkasan Sejarah Cingkrik karya Lutfi S.
- Ringkasan Sejarah Marunda
Keterangan :
1. Pak Bambang (Tb. Bambang S) pernah bersilaturahmi kepadanya. Salah satu pengajar Cingkrik Tumbal Pitung. Ketua Umum FORKABI.
2. Wawancara Pak Bambang dengan Usup Utai. Hasil silaturahmi Pak Bambang dengan beberapa perguruan silat cingkrik betawi.
3. Sebutan beliau karena ilmu silat yang pelajari dari ayahnya. Sangat disayangkan karena telah wafat jauh sebelum tulisan dibuat.
4. Saat ini masih dalam konfirmasi kedua pihak tentang kebenarannya khususnya nasabnya.
5. Menurut seorang sepuh (namanya sengaja saya tidak disebutkan) “jurus ke-13” ini tidak wajib atau seutama 12 jurus sebelumnya. Menurut saya seperti olahan tenaga atau semacam itu, sehingga tidak semua murid belajar tergantung dari guru yang memberikan.
6. Gerakan berdasarkan anggota tubuh yang bergerak seperti tangan, kaki atau bersamaan / berurutan, yang dengan atau tanpa disertai dengan perpindahan posisi tubuh (badan) baik secara vertikal atau horizontal.