Relief: Bubuksah-Gagang Aking
Lokasi: Dinding pendopo teras sisi timur
Candi Surowono yang terletak di daerah Pare, Kediri
Cerita Singkat: Adalah dua orang bersaudara masing-masing dikenali dengan nama Bubuksah dan Gagang Aking. Kedua bersaudara tersebut bertapa untuk mencapai tingkat kesempurnaan hidup. Caranya memang berbeda dalam melaksanakan “laku”, Bubuksah makan segala makanan sehingga badannya gemuk sedangkan Gagang Aking menjauhi makan minum sehingga menjadi kurus kering.
Pada suatu ketika Betara Guru mengutus Kalawijaya yang sebenarnya juga seorang dewa yang menyamar sebagai harimau putih untuk menguji kakak beradik tersebut. Kalawijaya mengatakan menginginkan daging manusia, ketika permintaan ini disampaikan ke Gagang Aking serta merta ditolaknya dengan alasan tak ada gunanya memakan dirinya yang kurus itu. Sedangkan Bubuksah menyediakan diri sepenuhnya untuk dimakan harimau putih karena dirinya dalam menjalankan laku juga memakan segala jenis makanan dan juga binatang-binatang. Harimau putih kemudian menjelma kembali menjadi Kalawijaya, Bubuksah dinyatakan lulus dalam ujian. Setelah meninggal roh Bubuksah didukung di atas tubuh harimau tersebut sementara Gagang Aking hanya bergelantung di ekornya saja.
sorry baru nongol..
Dongeng ini pernah diceritakan dahulu oleh kakek saya..ttg Raja Wengker..
Kembali ttg cerita harimau putih, dalam permainan keluarga “ulinan” suliwa SSN mengenal langkah “maung bodas” sedang menurut sejarah permainan keluarga kami berkaitan dengan persatuan/dan pertalian keluarga 3 kerajaan/kesultanan islam yaitu : demak, cirebon, banten.
Yang saya mau tambahkan dongeng diatas adalah begini, setelah diceritakan dongeng diatas kakek saya mengatakan hal ini :
Bubuksah-Gagang Aking adalah seorang symbol pertapa hindu sunda wiwitan symbol ulama atau pendeta atau ahli agama :
“Ada orang-orang bertapa atau berdzikir dan sengaja berusaha untuk membunuh nafsunya sendiri. Sudah tentu bagi orang-orang yang melakukan hal demikian usaha ini dihitung benar. Akan tetapi bagi al fath, usaha seperti itu bukanlah merupakan jalan untuk mencapai kesempurnaan. Nafsu tidak boleh dibunuh. karena seperti telah kukatakan tadi, nafsu adalah pendorong hidup, pendorong segala di dunia ini sehingga dapat berputar dan berjalan sebagaimana mestinya menurut hukum alam. Tanpa adanya nafsu, dunia akan sunyi, akhirnya segala akan mati dan diam tidak berputar lagi. Karena itulah maka dianggap keliru ada yang berusaha mencari kesempurnaan dengan jalan membunuh nafsu-nafsunya sendiri” (lihat :Kebijakannya memaknai rasa dan nafsu –Suliwa SSN)