Sebenarnya, selama di Bali aku belum pernah melihat langsung. Tahu keberadaan beladiri (atau pertandingan beladiri?) ini dari acara jalan-jalan yang dipandu oleh Komeng, satu pelawak kecil dan satu cewek indonesia, dan satu cewek bule. (lupa nama acaranya apa).
Intinya sih, pertandingannya memang menekankan pada banting-bantingan.
Tetapi selain banting-bantingan, ada peragaan cara melempar keris hingga benar-benar nancap ke tanah. Seingatku ada model pertandingan lain tetapi aku lupa seperti apa.
Tadi googling sekilas dan dapat ini:
http://matakumatamu.multiply.com/photos/album/28/Mepantigan_pencak_Bali_yang_lahir_dari_akulturasi_budaya.
Terinspirasi oleh pelukis Walter Spies yang pada tahun 1930-an dengan seniman tari Bali Wayan Limbak menggagas tarian Kecak, I Putu Winset Widjaya, seorang seniman beladiri menciptakan seni beladiri baru yang mengambil gerakan pencak kuno Bali sebagai dasarnya. Pencak tradisional Bali seperti itu Sitembak, 7 harian, dan Depok yang biasa juga disebut sebagai Tengklung dipadukanlah dengan drama, tari Bali dan jurus-jurus beladiri seperti Tae Kwon Do, Capioera dan lain-lain. Jadilah sebuah aliran bela diri baru yang diberi nama dalam bahasa Bali sebagai Mepantigan, yang artinya saling membanting.
Singkat kata aliran atau pertandingan ini tergolong baru.
Putu Winset sendiri sebelumnya menguasai Tae Kwon Do, lalu setelah bergaul dan berlatih tanding dengan pendekar-pendekar tua Bali dia terkagum-kagum dengan daya serangnya yang mematikan. Seperti “total football” dimana setiap pertahanan menjadi sebuah serangan yang membahayakan. Lalu dia mempelajari pencak Bali seperti Sitempak, Depok dan 7 Harian. Dari sanalah ide untuk memadukan pencak bali dengan beladiri lain, itulah Mepantigan.
Berarti akarnya masih ada unsur pencak silatnya.