Tiba-tiba pengen menerjemahkan artikel dari majalah Martial Arts Illustrated.
ditulis oleh Johny Silmon. Diterjemahkan sambil lalu.
*abis ini mau menerjemahkan tesis S3-nya orang Australia ah.. kayaknya menarik*
Travelogue:
Petualangan di Indonesia
Johny Silmon melanjutkan petualangannya keliling Indonesia, mempelajari Silat dari guru-guru asli di tempat asal dan mempromosikan ajaran mereka di Barat.
Untuk saya, keindahan berjalan-jalan adalah bertemu dengan orang-orang yang menakjubkan. Tampak jelas selama seminggu saya di Bandung, setiap orang yang saya temui bersikap ramah dan terbuka. Terima kasih khususnya pada Mas Irfan dan istrinya, Ami, yang membuka rumah mereka dan benar-benar menunjukkan ramah-tamah Indonesia. Terimakasih juga pada Mas untuk memperkenalkan pada gurunya, Mang Dedi, dan juga beberapa guru-guru Silat lain, seperti Aki Ujang dari Sera dan Buaya Putih, dan Kang Gending Raspuzi dari Garis Paksi. Minggu yang sangat produktif ini benar-benar menyembuhkan awal perjalanan yang sempat retak, karena itu saya puas dan bersemangat melanjutkan perjalanan ini.
Cianjur, kota utama dalam wilayah yang bernama sama dan berjarak 60 km dari kota Bandung adalah tujuan saya selanjutnya. Telah disepakati bahwa saya akan menemui Guru 'Aki' Azis Asyarie dan mendapat pengalaman berlatih seni yang dikuasainya, Cikalong. Saya telah mendengar banyak cerita yang bertolak belakang tentang seperti apakah Cikalong itu. Di beberapa tempat, dikatakan bahwa aliran ini berlawanan dengan Cimande atau, bahkan mirip Cimande tetapi dengan tangan terbuka.Di tulisan lain, saya pernah membaca, bahwa aliran ini adalah aliran Kelelawar, meniru perilaku aneh mamalia terbang. Nama 'Kalong' memang berarti kelelawar dalam Bahasa Indonesia tetapi meniru hewan bukanlah bagian dari aliran ini. Dikelilingi simpangsiur, saya berharap fakta-fakta akan terpisahkan dari fiksi. Perjalanan bis selama dua jam memberikan waktu untuk merenung semua yang saya alami dalam perjalanan, dan juga apa yang akan saya lakukan, bertemu guru selanjutnya, dan mempersiapkan mental untuk semua kemungkinan yang akan muncul. Perjalanan ini penuh pemandangan, dengan banyaknya jalan-jalan gunung berangin menuju lembah di mana kampung-kampung dikelilingi oleh sawah-sawah. Pendapatan utama dari seluruh kawasan ini adalah pertanian, dengan padi sebagai tanaman yang paling banyak ditanam. Bus berhenti di terminal di luar kota dan Ed dan saya harus bernegosiasi dengan beberapa bus mini lokal, dengan seluruh barang bawaan saya, untuk mengantar kami ke tujuan akhir karena taksi tidak ada di kota ini. Pemandangan yang unik untuk orang sekitar, tampaknya. Setelah sampai di rumah Aki Azis, saya senang bisa menaruh tas-tas kami dan menyeruput, secangkir teh manis panas - cara sempurna untuk menenangkan di panas yang menyengat.
Saya mendengar banyak hal menarik tentang Aki Azis dan Cikalong terstruktur versinya. Hal yang pertama tampak adalah, ia selalu tersenyum dan tertawa, apalagi selalu semangat membagi pengetahuannya tentang beladiri. Tanpa inisiasi resmi, Aki mengajak latihan langsung untuk merasakan sendiri apakah Maenpo Cikalong itu. Padepokannya terletak di belakang rumahnya dan memiliki ruang yang cukup untuk latihan. Saya diberitahu pentingnya merasakan energi kecil yang digunakan dalam pendekatan Cikalong dalam bertempur, yang tentu saja masuk akal. Segera saya rasakan, aliran ini tidak berbeda jauh dengan Cimande dalam hal gerakan dan pendekatan mental. Kami memulai dengan latihan drill berpasangan di mana saya menaruh lengan saya di lengannya. Ketika saya maju, Aki akan mengubah sudut, mengarahkan energi saya dan saya akan berakhir di lantai - sesuai keinginannya ... dan juga saya. Sejalan dengan waktu, dari berbagai sudut serangan, ia selalu menemukan titik lemah struktur saya dan mengirim saya ke lantai. Saya melihatnya memiliki kemiripan dengan Sabandar yang saya pelajari dan kemudian, saya mengetahui bahwa elemen-elemen Sabandar memang ada di dalamnya. Setelah kelas pengenalan, jelaslah di mata saya bahwa Cikalong adalah antitesis Cimande. Bila Cimande digambarkan sebagai seni pukulan keras, Maenpo Cikalong lebih mirip dengan Aikido dan Tai-Chi, mencari arah energi dan menetralkan serangan lawan dengan sedikit cedera padanya. Kelemahan deskripsi tersebut adalah, gerakan yang ditujukan untuk menyakiti dan menimbulkan cedera serius, seperti mematahkan leher lawan dan kuncian-kuncian sendi ada di Maenpo Cikalong namun praktisi seni ini selalu mencari solusi damai terhadap konflik sedapat mungkin.
Cara pandang demikian bersumber dari tujuan pencipta aliran ini, Raden Haji Ibrahim, yang lahir di Cianjur tahun 1816 dan wafat tahun 1906 dan dikuburkan 20 km di selatan kota. Menurut Aki Azis, pencipta aliran ini memiliki sejumlah guru-guru bela diri yang mengajarkannya bermacam-macam aliran - sangat mungkin Cimande adalah salah satunya. Tidak jelas kapan sistem ini lahir, tetapi sesuai cerita, Pak Ibrahim yang sangat alim tidak puas dengan gaya keras yang dimilikinya dan ingin mengembangkan sesuatu yang berbeda. Ia menginginkan metode beladiri yang menggunakan tenaga sekecil mungkin, dan menimbulkan cedera sesedikit mungkin. Konon, ia berpuasa empat puluh hari di gua (dinamakan Gua Cikalong, yang kukunjungi sendiri). Di akhir pertapaannya, seni ini muncul di dalam penampakan dan mimpi. Bukan tugas saya menyatakan apakah kisah ini benar tetapi cukup dikatakan sebagai hasil perenungannya, Maenpo Cikalong lahir dan Pak Ibrahim mulai mengajarkan di daerah Cikalong Kulon dan Cianjur.
Aki Azis, usia 63, adalah murid generasi keenam Maenpo Cikalong dari jalur R.H. Oeweh Soleh. Aki belajar teknik di universitas di Jakarta beberapa tahun lalu dan alasan saya menyebutkan hal ini adalah bagaimana ia menggunakan cara berpikir logika untuk menjadi guru pertama yang menaruh aliran ini dalam bentuk format, seperti peta, di mana murid-murid bisa secara sistematis melalui semua modul dan menyelesaikannya. Ia melakukannya untuk membawa aliran ini ke masyarakat luas karena, sebelum 1980, aliran ini sangat tertutup dan dijaga rapat di daerah. Ia menemui sedikit rintangan mengenai membuka Maenpo Cikalong ke masyarakat luas tetapi untuk mencegah kepunahan aliran ini, membawanya ke domain publik adalah hal yang lebih baik dilakukan. Tampaknya langkah berani yang dilakukannya membuahkan hasil. Ia memiliki murid dari seluruh penjuru Indonesia dan beberapa orang dari luar negeri datang dan berlatih padanya.
Sistemnya sendiri terdiri dari 5 area perkembangan, di mana area pertama juga terdiri dari lima fase - yang bagian paling pertamanya adalah latihan jurus. Di Maenpo Cikalong, ada sepuluh gerakan sederhana yang mengajarkan perbendaharaan gerakan dasar. Gerakan-gerakan ini bisa dipelajari dalam beberapa pertemuan. Fase kedua dari latihan dasar adalah latihan posisi kuda-kuda dan kemampuan untuk membumi. Tahap ketiga hingga kelima mulai diperkenalkan latihan berpasangan dalam berbagai variasi intensitas dan sekilas latihan dasar itulah yang ditunjukkan oleh Aki .. dicoba kepadaku, sebagian besar. Ketika saatku untuk mengirimnya ke bumi, Aki sangat cepat dan tidak dapat berhenti tertawa. Tawanya sangat menular dan seperti saat saya terduduk dan mengamati salah satu kelasnya, energi senang yang sama memenuhi atmosfer. Sangat berbeda dengan suasana latihan yang sangat tegang dipenuhi ego, yang selama ini kami alami. Mengalami rasa senang di latihan penting untuk memancing ke teknik selanjutnya di silabus, menurutku.
Aki, bangga dengan warisan budayanya yang kaya, senang mengenalkan budaya Sunda dan ia menghabiskan sehari membawa kelompok kecil kami mengunjung tempat-tempat penting di daerah itu, termasuk Gua Cikalong yang disebutkan, makam pendiri, dan terakhir walau bukan paling akhir, Gunung Padang yang menakjubkan, yang merupakan situs Megalithikum berusia 5000 tahun, 50 km di sebelah tenggara Cianjur. Nah, ini adalah salah satu tempat yang 'berisi', dengan pemandangan yang membuat kami menarik nafas. Setelah minggu yang menyenangkan ini di mana saya dijejali pengalaman-pengalaman dahsyat dan pengetahuan-pengetahuan baru, sekali lagi, sudah saatnya kami harus menempuh perjalanan kembali. Saya rasa, siapapun yang memiliki kesempatan mengunjungi Indonesia, lakukan sebisa mungkin untuk mengunjungi Aki Azis. Silakan hubungi saya agar bisa saya buatkan perkenalan. Tujuan saya membuat dan menulis tentang perjalanan ini bukan sekedar tentang saya dan agenda saya... Ini tentang promosi seni ini dan siapa saja yang bisa mengajarkannya, jadi bila anda punya kesempatan, silakan dan dapatkan pengalaman anda sendiri. Bila anda tidak bisa, kurasa pengalaman anda bisa menjadi pengganti yang bagus. Sampai bulan selanjutnya.
Johny Silmon