PABUCI adalah singkatan dari Pancerbumi Cikalong atau Pasar Baru Cianjur yang merupakan tempat tinggal Gan Uweh, dimana para inohong Pancerbumi belajar meniti ilmu tentang Maenpo Cikalongan.
Awal berdirinya PABUCI seiring dengan adanya dorongan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur yang mempunyai Tiga Motto Pilar Budayanya yaitu ngaos – mamaos – maenpo.
- Ngaos : Kab. Cianjur terkenal dengan masyarakatnya yang religius, sehingga ngaos (ngaji) diangkat untuk memperlihatkan atau menanamkan pendalaman agama Islam termasuk seni Qiro’ahnya.
- Mamaos : Juga Kab. Cianjur ini sudah dikenal terutama oleh masyarakat Jawa Barat dalam seni suara tembang lagu yang khas, dikenal dengan nama Cianjuran.
- Maenpo : Istilah Pencak Silat di Kab. Cianjur. Ini pun menjadi suatu perhatian dari Perintah Kab. Cianjur untuk dikembangkan dan dilestarikan lebih lanjut.
Kembali, atas dorongan Tiga Motto Pilar Budaya Cianjur inilah aliran Cikalong diharapkan membuka diri karena yang tadinya selalu tertutup dan merupakan tabu kalu diperlihatkan secara terbuka. Tentunya bukan itu saja yang menjadi dorongannya. Alasan lainnya diantaranya, disebabkan oleh sudah semaraknya Pencak Silat Beladiri import (beladiri luar negeri), dan kekhawatiran ilmu silat tradisional ini lama-lama akan menjadi punah, oleh karena itu perlu diamalkan demi kelestariannya.
Dibobotohan oleh kasepuhan H. Ceng Suryana, H. Azis Asy’arie, Letkol Harun (Alm.), dibantu oleh Pak Ujang Saepudin membuat sebuah kelopok kecil yang kegiatannya hanya berkumpul dan latihan saja. Tidak terasa, perkembangannya cukup pesat dari waktu ke waktu ditambah lagi mendapat sambutan dari organisasi silat Jawa Barat, yaitu PPSI cabang Cianjur, terlahirlah kader-kader muda PABUCI yang dapat membantu dalam bidang pelatihan. Dalam semangat-semangatnya, PABUCI di tatar Kab. Cianjur salah seorang muridnya, yaitu putra H Azis memberitahu bahwa dia melihat undangan dalam tayangan internet oleh sahabat silat kelompok pecinta silat tradisional Indonesia, mengundang kepada semua tokoh-tokoh silat betawi untuk bisa bertemu muka di riungan Padepokan TMII. Mulai dari sinilah PABUCI dan FPPSTI bergabung bergandengan saling mendukung dari waktu itu sampai sekarang kurang lebih 2 tahun berjalan.
Mari kita lirik PABUCI kebelakang, kalo barusan kita bicara ke hilir, sedangkan jika di lirik ke hulu, Sesepuh-sesepuh PABUCI mendapatkan ilmu aliran pencak silat Cikalong langsung dari R.H.O Soleh (Gan Uweh) khusus H. Ceng Suryana merupakan muridnya yang paling menonjol diantara murid-murid lainnya yang masih ada, karena murid-murid Gan Uweh banyak yang sudah meninggal, diantaranya H. Mahfud (Alm) , M. Yayan Sofian (Alm), Let.Kol CKA. Rd. Abdurrauf, SH (Alm) yang merupakan murid senior, sedangkan yang lain H. Unay Syahroni (Alm), Mas Kasno (Alm) termasuk putranya sendiri R. Udung Abdullah (Alm).
Cerita Gan Uweh sendiri sudah banyak yang tahu, yaitu sebagai murid dari 2 orang guru, sama-sama aliran cikalong yang berbeda karakter, masih saudara kakak beradik yaitu R. Idrus yang berkarakter silat Berehan (mau mengalah dengan jalan mundur) sedangkan R. Muhidin berkarakter keras (selalu maju tidak pernah mundur)
Jika di telusuri ke atas lagi, R. Idrus mendapat ilmu dari R. Obing dan berbeda dengan R. Muhidin mendapatkan ilmu dari R. Brata. jika ditelurusi lebih dalam lagi R. Obing dan R. Brata, keduanya merupakan murid dari R. H. Ibrahim sebagai Pencipta Pencak Silat Aliran Cikalong.
Kira-kira begini dulu lah pengetahuan aki sija bercerita tentang sejarah PABUCI, lain kali kita bahas mengenai karakter, falsafah dan teknik aliran cikalong yang dikembangkan oleh sesepuh-sesepuh PABUCI….
Ini juga aki sija udah capek ngetik soalnya baru latihan……
