+-

Video Silat

Shoutbox

30/12/2023 22:12 anaknaga: Mudik ke Forum ini.
Mampir dulu di penghujung 2023..
07/11/2021 17:43 santri kinasih: Holaaaaas
10/02/2021 10:29 anaknaga: Salam Silat..
Semoga Sadulur sekalian sehat semua di Masa Pandemi Covid-19. semoga olah raga dan rasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. hampur 5 tahun tidak ada yang memberikan komen disini.
23/12/2019 08:32 anaknaga: Tidak bisa masuk thread. dah lama tidak nengok perkembangan forum ini.
salam perguruan dan padepokan silat seluruh nusantara.
02/07/2019 18:01 Putra Petir: Akhirnya masuk jua... wkwkwk
13/12/2016 10:49 Taufan: Yuk ke Festival Kampung Silat Jampang 17-18 Desember 2016!!!
20/09/2016 16:45 Dolly Maylissa: kangen diskusi disini
View Shout History

Recent Topics

Berita Duka: Alamsyah bin H Mursyid Bustomi by luri
10/07/2022 09:14

PPS Betako Merpati Putih by acepilot
14/08/2020 10:06

Minta Do`a dan bimbingan para suhu dan sesepuh silat :D. SANDEKALA by zvprakozo
10/04/2019 18:34

On our book: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
13/03/2017 14:37

Siaran Radio ttg. Musik Pencak Silat di Stasiun "BR-Klassik / Musik der Welt" by Ilmu Padi
12/01/2017 16:19

Tentang buku kami: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
17/10/2016 20:27

Hoby Miara Jin by anaknaga
19/09/2016 04:50

TALKSHOW SILAT - Silat Untuk Kehidupan by luri
22/06/2016 08:11

Thi Khi I Beng by aki sija
17/08/2015 06:19

[BUKUTAMU] by devil
09/06/2015 21:51

Daftar Aliran dan Perguruan di Indonesia by devil
01/06/2015 14:01

SILAT BERDO'A SELAMAT by devil
01/06/2015 13:59

Persilatan Jurus Lima (Sabandar) by Marsudi Eko
14/05/2015 19:36

Kebugaran Merpati Putih by mpcrb
22/04/2015 16:16

PAWAI JAMBORE PENCAK 2015 by luri
20/04/2015 16:20

SilatIndonesia.Com

Author Topic: PPS Betako Merpati Putih  (Read 1515803 times)

samber gledek

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 4
  • Posts: 462
  • Reputation: 35
    • Email
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #105 on: 04/10/2010 14:59 »
Mas Mantri setuhu denghan pendapat sampean. kalau saya baca tuturannya mas Suprapto dan mas Mpcrb saya jadi kehabisan kata kata. Grp lagi ah buat mas berdua. Salam

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #106 on: 04/10/2010 15:55 »
maturnuwun kang atas GRP-nya  [top]

pendapat saya didasarkan pada fakta dimana saat ini beladiri asing mulai deras. MMA mulai bermunculan. Ia bisa dipelajari oleh siapapun (yang kebanyakan) tanpa perlu berurusan dengan filosofi, sikap moral, kaidah-kaidah, tanpa ada unggah-ungguh, dsb. Fight is a fight. Titik. Pernahkah kita membayangkan anggota/murid kita yang masih tingkat belajar 3-5 tahun tapi belum tahu apa itu pertarungan? sedangkan pada beladiri lain rentang waktu 3-5 tahun sudah bisa mencapai hampir sabuk hitam dengan beragam pengalaman tarung? Bagaimana kalau pesilat kita bertemu dengan 'bad guy' dengan teknik-teknik BJJ, TKD, Muay Thai, dengan clurit, pisau, pedang, seperti itu di jalanan?

Saya mengungkapkan ini karena saya mengalaminya sendiri. 21 jahitan di tangan kiri, 4 cm luka sobek di tangan kanan, 8 jahitan pada dagu, dan 12 cm luka gores pada lengan kiri, adalah karena bertemu dengan 'lawan' pada kondisi non pertandingan. Bertemu dengan pertarungan sesungguhnya, di jalanan, tanpa saya minta, tanpa saya cari. Ia datang menghampiri kita, menempatkan kita pada kondisi sulit yang maju salah mundur salah. Pada keadaan tersebut, saya belumlah seperti sekarang pemikirannya. Masih mersudi di level terendah, memahami gerak yang saklek (karena baru tingkat Balik 2, dengan sedikit sekali pemahaman mengenai gerak pengarahan), fight selalu dengan aturan IPSI. Hanya karena mengikuti kreteg hati dalam bergerak dan berkat kemurahan Tuhan sajalah masih selamat hingga sekarang. Ini bisa jadi dialami juga oleh anggota/murid lain. Battle tested artinya harus siap dalam kondisi apapun dan bertemu dengan siapapun.

Saya tahu, sifatnya memang insidental dan tidak bisa dijadikan alat ukur (sebab hanya pengalaman pribadi), tapi tidak menutup kemungkinan itu bisa terjadi disekeliling kita tanpa kita ketahui. Jika sudah demikian, wajar rasanya pertanyaan seperti itu muncul. Pada akhirnya, saya 'mewariskan' pengalaman ini pada murid, 'mewariskan' perasaan dan kondisi ketika semua itu terjadi. Pada saat itu, menggunakan gerakan-gerakan kritikal yang mematikan adalah yang terbaik, sehingga mulai memperdalam gerakan-gerakan dasar yang fatal dengan lintasan sasaran berbahaya (yang memang sudah ada dalam MP, tinggal digenjot saja secara intensif). Menggunakan medium rautan bambu sebagai sasaran 'hidup'. Akibatnya, kolat tempat melatih jarang menjadi juara karena lintasannya selalu bentrok dengan aturan pertandingan IPSI. Tapi murid menjadi lebih berani dan lebih yakin. Basic keyakinan bahwa gerakan yang battle tested sudah ditanamkan. Berikutnya adalah tugas memberikan 'sentuhan' moral dan spritual.

Saya sering bertanya, apakah silat hanya akan dianggap sebagai 'additional aspect' untuk melengkapi beladiri lain? Apakah silat hanya dianggap sebagai 'warga kelas dua'? padahal semangat dan cita-cita para senior dan sesepuh adalah bagaimana silat bisa mendunia, dikenal oleh dunia.

Aji Susilo, salah satu juara TPI FC, yang juga pernah jadi juara PRIDE FC di Jepang, belajar MP sebagai pelengkap power (lewat pernafasannya). Ia memasukkan silat hanya sebagai pelengkap. Pada kenyataannya ia mengadopsi banyak teknik tarung dari beladiri lain dan dijadikan sebuah aliran miliknya sendiri. Memang tidak ada ruh, tapi ia battle tested.

Menyiapkan kondisi 'battle tested' di zaman sekarang inilah yang cukup sulit. Sehingga konsep 'open dojo' adalah satu-satunya yang memungkinkan. Barangkali ada cara lain, monggo dibabar oleh para sesepuh sekalian.

Ironisnya, untuk dikenal pada dunia, maka harus dibuktikan lewat aspek fighting sehingga bisa setara dengan mereka yang sudah dulu ada. Silat memang tidak akan menjadi TKD, silat tidak akan menjadi BJJ, tidak sama sekali, dan tidak akan pernah. Tetapi kalau ia setara, harusnya ia bisa tampil ke permukaan sehingga sekejap saja kita melihat gaya bertarungnya maka kita akan tahu "oh itu silat" atau lebih spesifiknya lagi "oh itu MP", "oh itu TS", "oh itu PD", dan seterusnya. Tapi kalau cuman ingin masuk pada aspek kemanusiaan, ya tinggalkan aspek fighting. Atau paling banter, kurangi. Konswensinya, silat akan dikenal sebagai warga kelas dua atau paling tidak sekedar sebagai pelengkap beladiri lain. Hal ini sama ironisnya ketika pembukaan olimpiade kemarin dimana Afrika menampilkan silat, tetapi apa yang masyarakat katakan 'hey, is this KungFu from Chinesse?', semua mengatakan KungFu. Dijawab silat juga malah ditanya balik 'what is silat? is it a kind of KungFu?'. dan demikianlah adanya. Pelatih silat Al Azhar sana miris, tapi tidak bisa berbuat banyak karena pamor silat tidak secerah KungFu.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

srdananjaya

  • Calon Pendekar
  • *
  • Thank You
  • -Given: 16
  • -Receive: 4
  • Posts: 658
  • Reputation: 31
  • http://www.simpleather.com
    • Sedia Peralatan Beladiri
    • Email
  • Perguruan: Perisai Diri
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #107 on: 04/10/2010 19:22 »

Ironisnya, untuk dikenal pada dunia, maka harus dibuktikan lewat aspek fighting sehingga bisa setara dengan mereka yang sudah dulu ada. Silat memang tidak akan menjadi TKD, silat tidak akan menjadi BJJ, tidak sama sekali, dan tidak akan pernah. Tetapi kalau ia setara, harusnya ia bisa tampil ke permukaan sehingga sekejap saja kita melihat gaya bertarungnya maka kita akan tahu "oh itu silat" atau lebih spesifiknya lagi "oh itu MP", "oh itu TS", "oh itu PD", dan seterusnya. Tapi kalau cuman ingin masuk pada aspek kemanusiaan, ya tinggalkan aspek fighting. Atau paling banter, kurangi. Konswensinya, silat akan dikenal sebagai warga kelas dua atau paling tidak sekedar sebagai pelengkap beladiri lain. Hal ini sama ironisnya ketika pembukaan olimpiade kemarin dimana Afrika menampilkan silat, tetapi apa yang masyarakat katakan 'hey, is this KungFu from Chinesse?', semua mengatakan KungFu. Dijawab silat juga malah ditanya balik 'what is silat? is it a kind of KungFu?'. dan demikianlah adanya. Pelatih silat Al Azhar sana miris, tapi tidak bisa berbuat banyak karena pamor silat tidak secerah KungFu.

sumbang GRP dulu sebelumnya buat kang mpcrb  [top]

saya teringat dengan tai chi china.. tidak ada unsur fight yg ditonjolkan disitu.. tapi bisa mendunia..

mutiara, walaupun disimpan di kuburan/tempat sampah, tetaplah mutiara..

demikian pula silat..

saya rasa silat tidak perlu hanya fokus pada salah satunya..kemanusiaan/fightingnya..
yg unik dari silat.. dari ilmu fightingnya lah akan muncul keluhuran budi pekertinya..

adapun kenapa silat tidak mudah di publikasikan adalah karena ilmunya yang terlalu sadis.. silat adalah ilmu membunuh.. prakteknya silat adalah membunuh.. jika dilunakkan maka sudah tidak menarik lagi.. namun karena silat adalah olahraga dan ketangkasan, tetap dibutuhkan permainan yang sudah tidak berbahaya, seperti amengan, usik, dll.. cuma ya begitu.. akan terlihat tidak menarik bagi orang asing yang lebih suka praktikal..

ilmu luhur sifatnya berjodoh.. ilmu pasaran akan mudah didapat dan dikenal.. hanya orang beruntung yang dapat mempelajari silat..

jadi jangan minder dengan silat dianggap kelas dua..

mutiara tetaplah mutiara, bagaimanapun dia diperlakukan :)

salam
martial art equipment:
http://www.wisanggeni-martialgear.com
Jaket Kulit (Leather Jacket):
www.simpleather.com

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #108 on: 04/10/2010 21:26 »
@ kangmas Mantri dan mas Samber gledek, trims GRP nya.

@ mas mpcrb.
Kodrat MP adalah lembaga beladiri. Tentunya masalah mempersiapkan real fight adalah salah satu core business nya.
Masalah pencaksilat adalah masalah yg harus dipikirkan komprehensip. Justru agar core businessnya lestari.

1. MP sebagai organisasi nirlaba, harus membentuk komunitasnya sendiri untuk mendukung jalannya organisasi. Ada biaya sewa tempat latihan, sekretariat, program kerja perguruan, baik tingkat kolat, cabang,daerah dan pusat, transport pelatih, biaya mengirim pelatih ke penataran pelatih, biaya pelatcab/pelatda, pengiriman kontingen ke acara tradisi, pengiriman kontingen ke kejuaraan2 dst.
Seluruh beban dana harus disiapkan mandiri oleh komunitas MP ditingkat masing2. Dari sisi pendanaan, ada yg perlu subsidi transport dan honor dlm menjalankan tugas, ada yg pas2an bayar iuran reguler, ada kelompok yg secara sukarela menjadi donatur.

2. Komunitas MP yang  terdiri dari berbagai macam kelompok masyarakat tersebut, harus merasa pas untuk mencintai MP dari sudut pandang dan prioritas kebutuhannya.
Semua anggota komunitas harus diusahakan terlayani, baik melalui program latihan reguler maupun program penunjang (termasuk penyembuhan dan kebugaran).

3. Dalam menjalankan "laku" pengabdian masyarakat dan kemanusiaan dengan ikhlas, MP samasekali tidak merasa kalau pakem kanuragannya terkikis.
Pengabdian itu antara lain:
a. Menerjunkan personil MP dalam memperkuat kepengurusan, atlit, pelatih dan wasit juri IPSI. Selalu siap mengikuti program pengenalan pencaksilat IPSI/PERSILAT keluar negeri, bahkan kalau perlu menyiapkan sebagian dana sendiri.  Tunduk kepada aturan pertandingan IPSI, yang dilakukan dengan program khusus, tanpa harus mendegradasi program latihan reguler MP.
b. Program latihan beladiri praktis penunjang kedinasan TNI/POLRI.
c. Program latihan tunanetra.
d. Program latihan rehabilitasi penderita narkoba.
e. Program latihan SAR, deteksi survivor gurila (gunung-rimba-laut).
f. Program latihan penyegaran sel u ibu2.
g. Program pengembangan metoda penyembuhan.
h. Pengembangan program latihan penunjang untuk peningkatan prestasi atlit cabang olahraga lain. Dst.... makin banyak yg jadi pe-er para anggota dewan guru, karena memang merupakan aplikasi yg bisa dikembangkan dalam keilmuan MP, dipicu oleh tuntutan kebutuhan masyarakat.

4. Dengan demikian, program latihan reguler MP memang dirancang u membimbing peserta latihan dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan rata2, dimana tingkat kerontokan anggota, cenderung tergantung pada tingkat kematangan pelatih kolat.
Untuk pengembangan  program tanding "battle test" sebagaimana dimaksud, dalam pemikiran saya perlu tim riset untuk secara khusus mengembangkan teknik2 dalam menghadapi pertarungannya, khususnya untuk petarung MP yg blm ke tingkat naluri.

Kalau u penyusunan program binpres di IPSI "hanya" diserahkan ke pelatih bidang binpres. Saya yakin dari lima orang guru MP, sekurangnya yg tiga, mas Pung, mas Nardjo dan mas Mulyanto Tambak, akan langsung terjun sendiri dalam tim penyusun program dimaksud. Mereka benar2 battle tested plus "hobi". Tentu ada  skala prioritas karena faktor  pendanaan dan faktor kuatnya desakan. Silahkan dibuat ngengrengan proyek, integrated sampai target kapan dimana mau laga.

Untuk promosi lewat jalur lain, kita analisis selanjutnya.

Salam.

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #109 on: 05/10/2010 00:10 »
terima kasih atas pencerahannya mas prapto.

mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan pada ucapan saya.

Kalau tidak diawali dengan statement-statement kontroversial, tentunya saya tidak akan dapat menimba ilmu dari mas prapto. :) sebenarnya ini bukanlah terlalu kontroversial, ini kita temukan dalam keseharian kita, yang bisa jadi juga dirasakan oleh diri sendiri, tetapi tidak berani diungkapkan khawatir menyinggung perasaan senior atau kehormatan perguruan. Tetapi saya yakin, selama dilandasi dengan niat baik dan hati yang ikhlas serta bertanggungjawab, sedikit banyak benang merahnya mulai terurai. Saya sendiri meyakini bahwa menerima kekurangan diri bukanlah sesuatu yang rendah, karena belajar legowo adalah satu bagian dari laku yang harus dilewati. Kalau saya memungkinkan sowan ke tempat mas prapto, saya pasti dengan senang hati akan mampir untuk bertukar pikir dan menimba ilmu.

Saya memang bisa jadi terlalu lancang berbicara, tapi itulah yang ada pada hati ini. Saya menemukan 'energi' yang berbeda dengan menulis semua ini. Seolah getaran ikut terpahat pada setiap tulisan yang saya rangkai. Terinspirasi dari postingan pewaris muda, Mas Hemi pada facebook yang menyatakan kalau (alm) Mas Budi menggunakan media memancing ikan untuk lebih memahami getaran, dan mas Hemi menggunakan media fotografi untuk memahami getaran, saya merenung, dimanakah potensi dimana saya bisa masuk pada tahap seperti itu? Merenung, mengingat, menelusuri perjalanan hidup, dan pada akhirnya menggunakan kekuatan pena dalam memahami getaran. Mulai dari saat tumbuh pemahaman itulah saya mulai menulis. Dimulai pada forum Kaskus, pada sahabatsilat, mulai membuat buku, menulis, menulis, dan menulis. Rasanya sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Belajar getaran dengan menulis. Awalnya tidak percaya, tetapi kawan yang membaca tulisan saya seperti merasakan kalau saya berbicara, seolah tulisannya seperti 'hidup', menyelami jiwa pembacanya, mengaduk-aduk perasaan, membuat tergelitik, gatal, memancing untuk dikomentari, dan sebagainya. Ini hanyalah salah satu bentuk mersudi yang saya rasakan cocok pada diri saya. Suatu proses pencarian yang akan berbeda pada tiap orang. Sangat unik, susah dijelaskan, hanya bisa dirasakan. Meski demikian, insya Allah manfaat.

***

Menarik pendapat bahwa silat adalah mutiara. Jika kita menganggap silat adalah mutiara, meski berada ditempat sampah/kubangan juga tetaplah mutiara. Itu memang benar. Tetapi alangkah lebih baiknya apabila mutiara itu bisa benar-benar terlihat bercahaya sepenuhnya dari berbagai sudut pandang yang melihatnya dan tidak berada pada kubangan atau ditempatkan pada kubangan. Jika bukan para pesilatnya yang mengangkatnya dari kubangan, tentunya keindahannya tidak akan terlihat utuh.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #110 on: 05/10/2010 03:00 »
@ mas mpcrb.

Memang mungkin dengan niat yg sungguh2 demi kemajuan MP pada khususnya dan pencaksilat budaya bangsa pada umumnya, apapun upaya kita, seperti mendapat tambahan kekuatan.
Sebelumnya saya terlalu terikat kotak. Sebagai eksekutip PPMP, setiap pendapat yang saya sampaikan, dianggap mewakili PPMP, jadi harus normatif. Mengkritisi perguruan, sama saja dituntut memperbaiki sendiri. Mengusulkan suatu terobosan, ya harus menggalang dana dan melaksanakan sendiri.
Setelah lepas dari eksekutip, masuk ke dewan pertimbangan, menjadi lebih leluasa mengolah ide terobosan dari teman2.
Kebetulan, menjelang ulang tahun MP ke 50, insya Allah 2 April 2013, mas Pung memerintahkan untuk melakukan evaluasi di semua bidang, termasuk manajemen organisasi maupun manajemen keilmuan, untuk menyongsong paruh abad kedepan.
Artinya, mas Pung sebagai gurubesar, dua orang pewaris muda dan empat orang guru, sedang membuka pintu lebar2 untuk kritik-saran, termasuk saran terobosan guna menyongsong zaman.  Saya kebagian u terutama mengkaji masalah padepokan  pusat MP, berangkat dari fungsi strategisnya.

Oleh karena dimungkinkan adanya evaluasi mendasar bila memang diperlukan, kita bisa mulai dengan mengkaji isi forum diskusi SS, tentang model2 pengelolaan perguruan2, termasuk kungfu, karate, TKD, wushu dll sebagai referensi, dan menggali kritik saran dari para sohib persilatan. Sehingga perenungan dan diskusi kita memang masih panjang.

Salam.

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #111 on: 05/10/2010 07:21 »
terima kasih mas prapto.

saya rasa usulan tersebut menarik mas. Di era sekarang, kita dituntut untuk menjadi modern, ya modern dalam arti pengelolaan SDM, modern dalam manajemen, dan bisa jadi modern dalam keilmuan. Menjadi modern tidak lantas meninggalkan aspek-aspek traditional yang sudah melekat dan menjadi ciri khas serta telah teruji bertahun-tahun. Dengan demikian, 'ruh'-nya tetap ada tapi modernitas tetap bisa dirasakan terutama bagi anggotanya dan lebih jauh lagi bagi masyarakat umum.

Silat sudah identik dengan ciri tradisional. Memberikan sentuhan 'bumbu' modern bisa jadi akan membuat 'rasa' menjadi segar dan lebih baru sehingga memperluas jangkauan para 'penikmat' silat.

Ada yang mengatakan sebelumnya kalau silat adalah seni membunuh. Kalau konteksnya diterapkan pada zaman dahulu, mungkin iya benar. Mereka yang belajar silat memang wajib karena alamnya memang demikian. Tapi di zaman sekarang, terkadang orang bertanya apa gunanya belajar seni membunuh di zaman yang (relatif) sudah damai ini? Padahal, ketika dipelajari dengan sungguh-sungguh, pencapaian akhir ternyata dapat mengungkap hukum alam lewat gerakan-gerakannya dan getarannya.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #112 on: 05/10/2010 09:07 »
'Ruh' esensi beladiri itu yang sejak awal menjadi perbedaan mendasar. Saat ini, 'ruh' dari MP identik dengan pematahan benda keras dan getaran. Sejauh mana aplikasinya untuk pertarungan nyata, saya sendiri belum melihat secara spesifik. Ruh pada MMA tidak ada karena gerakannya yang comot sana comot sini.

Saya sendiri juga tidak tahu apakah 'ruh' ini memang diarahkan kesana atau tidak.

Efektivitas penggunaan getaran di dalam pertarungan juga masih belum teruji. Kebanyakan argumennya adalah jangan mengujikan pada manusia. Sedangkan pertarungan sesungguhnya diuji ya dengan manusia. Jadi agak paradox dan sulit mencapai titik tengahnya.

Ditambah lagi, karakteristik MP yang menjadi 'soft' pada tingkat lanjut membuat kesulitan mencari tahu keilmuan ini dan penerapannya, apalagi pada mereka yang secara geografis memang cukup jauh. Yang sering kita dengar seringnya hanyalah 'cerita' begini dan begitu. Kehebatan ini dan itu. Kebenarannya sendiri saya belum tahu persis. Saya sejauh ini hanya menyaksikan beberapa saja. Mendobrak kebiasaan ini berarti mendobrak adat ketimuran dan sekaligus memaksa dewan guru untuk 'turun gunung'. :) Ini menarik sekaligus yang paling menantang.

Kadang berpikir, apa iya bisa memberikan masukan kepada MP untuk membuat semacam 'pilot project' pada beberapa orang yang dilatihkan teknik mematikan dan kemudian ditandingkan diluar dengan beladiri lain sebagaimana BJJ dengan Royce dan Rickson Gracie-nya? Saya rasa, kalau teknik getaran + gerak MP disandingkan bersama dengan benar hal itu akan (relatif) bisa mengalahkan teknik manapun.

Ini bayangan saya mas mengenai style fighting MP (idealis saya):

Tahap awal, petarung MP harus menguasai teknik getaran (ini sebagai basic) dan kemudian ditambah dengan teknik pertarungan lanjutan brdasar gerakan-gerakan MP.

Pesilat harus bisa membentuk 'medan pertarungan' dengan getaran dengan luas tertentu. Kemudian dikirimkan getaran pada tubuh lawan untuk mengetahui bagaimana ia bergerak.

Ketika bertemu lawan di arena, maka medan getaran diperluas menjadi selebar arena. Dengan demikian, pesilat MP bisa merasakan semua pergerakan lawannya dan mencapai tahap 'weruh sadurunging winarah' atau 'tahu sebelum terjadi' dengan getaran naluri. Setiap serangan dan tangkisan selalu didasarkan pada efek ledak getaran. Pada prinsipnya gerakan apapun kalau itu hanya fisik maka akan sia-sia saja bertemu dengan getaran. Maka bekal getaran harus diberikan lebih kokoh di awalnya. Pada kondisi ini, style MP dapat menggunakan gerakan apapun yang ada pada tata gerak MP (ayunan untuk 'melempar' serangan bawah dari BJJ, pancer untuk menahan tendangan muay thai, dan banyak lagi). Bertemu dengan BJJ yang melakukan ground fighting, dapat dilakukan 'sentuhan' ayunan dengan mengirimkan getaran perusak. Bertemu muay thai, juga demikian. Pesilat MP sudah tahu kemana arah gerakan dari lawan karena medan getaran melingkupi lawan dan arena. Tak ada yang tersembunyi, semua terlihat.

Pesilat mempelajari teknik getaran secara mutlak + gerakan MP yang sudah ada. Serangan dan tangkisan tidak hanya fisik, tetapi harus dibarengi dengan getaran di dalamnya. Selalu harus seperti itu.

Hehehe, itu idealnya. Tidak terlalu berangan-angan tetapi tidak musykil untuk dilakukan. Karena keilmuan getaran yang sangat luas aplikatifnya.

Saat berlatih getaran pribadi juga kita dilatih untuk membentuk medan energi tubuh yang berbentuk bola yang makin lama makin luas. Dan ketika medan ini menyentuh 'benda' maka kita akan bisa merasakan keseluruhan benda tersebut. Kalau itu diterapkan pada pertarungan, tentu sangat efektif.

Simpul-simpul tenaga getaran harus sudah dibuka karena dari sinilah nanti asal muasal tenaga perusak digunakan kepada lawan.

Kalau pilot project ini bisa dilakukan, saya yakin ini akan menjadi legenda pertarungan baru yang selama ini cuman ada di cerita-cerita silat.

Dengan mengoptimalkan sisi aplikatif dari getaran, maka teknik apapun menjadi powerful.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #113 on: 05/10/2010 09:17 »
Jadi jika dibikin summary kira-kira demikian:

A. Tahap Pelatihan
Ini meliputi basic dari persyaratan keilmuan yang harus dikuasai.

   1. Tata nafas (ini sangat wajib karena basic untuk power dan getaran)
   2. Getaran pribadi (wajib dikuasai)
   3. Getaran naluri (wajib dikuasai, tutup mata hanya sebagai tambahan)
   4. Getaran perusak/penghancur (bayu setho, cs. ini sudah ada tapi jarang diajarkan karena kecenderungan pergesera pemikiran yang semula perusak menjadi penyembuh)
   5. Getaran untuk perlindungan tubuh (dari benturan-benturan fatal)
   6. Pengetahuan mengenai titik-titik vital pada tubuh manusia dan bagaimana memperbaikinya (regenerasi penyembuhan).
   7. Tata gerak MP (kenapa diberikan terakhir karena olahgerak lebih mudah dari olahrasa)


Latihan dilakukan dalam waktu 1,5 tahun dengan fokus hanya pada getaran dan di akhir diajarkan tata gerak MP (serangan, hindaran, tangkisan, itu relatif mudah dipelajari oleh mereka yang sudah memahami getaran karena belajar getaran juga akan meningkatkan kecerdasan pengetahuan dan pemahaman penggunanya).

B. Tahap Pengujian Getaran Pada Benda Mati
Pada tahap ini pesilat dihadapkan pada uji kemampuan getaran perusak pada dua kondisi yakni:

   1. Benda mati diam (diletakkan pada sasaran diam seperti yang selama ini dilakukan oleh MP melalui UKT-nya)
   2. Benda mati yang bergerak (misal batu dilempar, atau beton cor dipatahkan dalam kondisi di udara, mematahkan kikir pada kondisi di udara, mematahkan baru kali pada kondisi bergerak, sodokan pada batu kali yang dilempar, dan sejenisnya).

Selama ini yg selalu menjadi permasalahan dalam uji pematahan benda keras statis adalah efektifitas nya pada pertarungan sesungguhnya. Hampir tidak ada korelasi antara kemampuan pematahan benda keras statis dgn kemampuan tarung praktisi beladiri.

Dengan melakukan ujian pematahan benda keras dalam kondisi dinamis setidak bisa didapat suatu korelasi yg lebih baik antara kemampuan power dgn kemampuan tarung seorang praktisi. Saya bayangkan dgn melakukan ujian pematahan benda keras dinamis dgn cara melemparkan 30 besi dragon dalam 1 menit ke arah seorang praktisi MP bisa dilihat tingkat kemampuan penerapan power praktisi MP dalam suatu pertarungan yg jauh lebih lebih baik dibanding uji pematahan 3 balok beton.

Dengan melemparkan 30 besi dragon dalam 1 menit ke berbagai arah atas, bawah, kiri, kanan, tengah dsb pada seorang praktisi MP dan praktisi MP tsb - yg dalam keadaan melakukan shadow boxing - diharuskan mematahkan dgn berbagai teknik pukulan dan tendangan dgn menggunakan bermacam anggota tubuh misalnya pisau tangan, pukulan, sodokan, bahu, kepala, kaki dsb - praktisi MP jadi terkondisikan untuk mengerahkan power pada sasaran yg bergerak.

Dari metode pengujian seperti ini juga bisa dilihat tingkat stamina praktisi dalam pertarungan sesungguhnya - seberapa cepat stamina praktisi MP habis dalam suatu pertarungan dan seberapa cepat tingkat recoverynya.

Apa lagi jika pengujian ini dilakukan dalam beberapa sesi uji, misalnya pada sesi pertama 30 besi dragon/menit kemudian istirahat 10-15 detik - sambil praktisi MP tsb tetap melakukan shadow boxing dan berusaha merecovery staminanya - kemudian dilakukan sesi berikutnya 30 besi dragon/menit. Jika ini diujikan selama 3 menit bisa didapat gambaran bagaimana kemampuan stamina dan power praktisi jika melakukan pertarungan satu ronde.

Suatu metode pembentukan Style Bertarung MP yg cukup baik saya rasa - dgn melakukan shadow boxing dgn sasaran besi dragonyg dilemparkan tidak perlu kuatir mencederai lawan tetapi tetap bisa mengkondisikan praktisi MP dalam situasi pertarungan sesungguhnya.

Banyak sekali varian pengujian pematahan benda keras dinamis lain yg bisa diujikan untuk melihat tingkat kemampuan praktisi. Jika besi dragondianggap terlalu mudah kemudian bisa ditingkatkan dgn menggunakan materi uji yg lebih berat misalnya batu kali atau beton cor atau bisa juga kombinasi ( 20 besi dragon+ 2 beton cor ) / menit jadi bisa dilihat kemampuan power untuk melakukan pukulan ringan dan pukulan berat seorang praktisi MP dalam satu rondenya..

Pada kondisi ini akan membuat kemampuan pesilat jadi lebih mumpuni. Kurang lebih 3-6 bulan dengan koreksi dan perbaikan-perbaikan dengan standar yang ditingkatkan dari setiap keberhasilan pematahan/penghancuran. Pada tahap ini, pesilat dapat menggunakan sisi telapak tangan, pukulan, ujung siku, jari (totokan), bahu, kepala, kaki, sisi telapak kaki, dan semuanya. Karena ia sudah memiliki kemampuan untuk menyalurkan getaran pada anggota tubuh manapun yang ia inginkan.

C. Tahap Orientasi Pertarungan
Pada tahap ini pesilat harus bisa memancarkan getarannya untuk melingkupi arena dan lawan. Ia harus bisa melakukan menebak kemana arah serangan lawan dengan getaran naluri. Ia juga harus bisa melakukan hindaran dan tangkisan dan juga serangan pada setiap serangan lawan pada dirinya dengan energi ledak getarannya.

Pada tahap ini, mau tidak mau harus sudah diujicobakan pada manusia dengan terlebih dahulu dipikirkan aspek pengamanan (seperti misalnya jika terjadi cedera berat). Ini resiko pertarungan. Misal, tingkat kekuatan getaran dikurangi sehingga efek daya rusaknya menjadi lebih rendah. Pada tahap ini hanya untuk mengujicobakan keberhasilan getaran perusak pada lawan sehingga lawan menjadi tidak berdaya.

Lawan dari pesilat harus menggunakan teknik-teknik beladiri lainnya (yang ditirukan). Tahap ini belum bersifat open dojo karena lebih kepada mobilitas pertarungan dan latihan penggunaan getaran pada pertarungan.

Salah satu kelebihan yg dimiliki MP yg sangat jarang dimiliki perguruan Pencak Silat lain adalah akses untuk melatih militer. Kesempatan untuk melatih militer ini saya rasa bisa dimanfaatkan untuk membuat semacam pilot project untuk metode pelatihan yg sudah ada dalam bayangan saya ini.

Pada satuan Militer ini seakan sudah siap menyediakan tempat bagi pilot project bagi metode latihan yg sudah saya rencanakan - terutama Tahap C ( Orientasi Pertarungan ). Sedang Tahap B ( Pengujian Getaran Pada Benda Mati - Dinamis ) - seperti yg saya uraikan di atas - saya rasa bisa diterapkan pada kolat-kolat MP yg ada di masyarakat sipil tanpa perlu menghadapi kendala yg berarti.

Personel Militer memiliki kelebihan yg tidak dimiliki masyarakat sipil, mereka memiliki kesiapan fisik di atas rata-rata orang sipil pada umumnya. Dan selain itu mereka juga terlatih dgn berbagai latihan beladiri dari aliran beladiri lain. Ada satuan militer yg dilatih dgn Judo, Karate, Jiu Jit Su, Krav Maga, Systema dll.

Jadi tidak terlalu sulit mencari sparring partner untuk Tahap C ini. Selain banyak personel militer yg bisa menggunakan teknik beladiri lain ( Judo, Jiu Jit Su, Krav Maga, Systema dsb ) - Personel militer juga memiliki kesiapan Fisik yg jauh lebih baik untuk melakukan sparring yg berat.

Resiko cidera juga bisa dihindari dgn cara mengurangi daya rusak getaran yg digunakan seperti yg saya katakan. Dari sparring ini bisa didapat gambaran tingkat getaran yg diperlukan untuk melumpuhkan lawan tanpa sampai menimbulkan resiko cidera. Ketahanan tubuh personel militer saya rasa jauh lebih siap dibanding ketahanan tubuh orang sipil dalam Tahap C ini.

Efektivitas penggunaan getaran di dalam pertarungan yg masih belum teruji - bisa dilihat pada Tahap C ini. Untuk Tahap D saya rasa bisa ditunda setelah dilakukan evaluasi dari hasil yg didapat dari Tahap C ini.

D. Tahap 'Turun Gunung'
Ini adalah tahap 'mengirimkan' pesilat pada pertandingan-pertandingan full body contact seperti UFC, PRIDE, atau free fighting di Thailand. Disini barulah adanya konsep open dojo dimana beladiri lain silahkan mencoba atau dicoba.

Sepertinya idealis saya terlalu berlebihan. Tetapi saya sendiri merasakan, gerakan MP tanpa getaran adalah seperti tubuh tanpa ruh. Kosong, hanya wadag saja. Apa bedanya dengan belajar gerakan pada beladiri lain. Tetapi gerakan MP + getaran itu sangat powerful dan mumpuni. Itu yang harus dijadikan basic pemahaman awal mereka-mereka yang ingin jadi petarung di MP.

hehehe, hanya cerita kemarin sore dari mantan 'petarung'. Sekarang malah jadi 'soft' karena kebanyakan 'keracunan' filosofi perguruan... :)

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #114 on: 05/10/2010 11:03 »
Apa yang saya jelaskan adalah pemikiran dari hasil merenung, menyaksikan banyak pertandingan IPSI, non IPSI, MMA, KungFu, TKD, Karate, dsb, sehingga bertanya-tanya seperti apakah 'style fighting MP'? Hal ini juga berdasarkan dari hasil diskusi dari salah seorang kawan MP senior melalui email yang memiliki pemikiran yang sama. Seperti apakah style bertarung MP?

Melihat pesilat MP menang di kejuaraan dengan aturan IPSI, senangnya bukan main. Tapi lantas jadi pertanyaan apakah itu style bertarung MP? Jawabnya tentu saja tidak. Itu bukan style MP. Melihat juara nasional, juara dunia dari MP, senang bukan main. Ada kebanggan tersendiri. Tapi masih menyisakan pertanyaan 'apakah itu style MP?'. Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggelayut dan memancing pemikiran hingga akhirnya mencoba meramu, merumuskan, mencari, bagaimana style bertarung ala MP yang tidak keluar dari pakem, yang tidak perlu mempelajari gerakan beladiri lain secara besar-besaran, tapi efektif, powerful, adaptable, dan bisa diterapkan untuk segala pertarungan tanpa melupakan aspek-aspek keilmuan MP itu sendiri. Saya tidak berbicara mengenai bayu seto, kidang telangkat, kere wajo, dsb. Mungkin keilmuan itu hanya ada pada tahapan lanjutan yang sangat selektif dan ada faktor berjodoh. Tapi fighting rasanya bukan masalah jodoh-jodohan, tapi masalah penerapan teknik dan latihan. Dengan menerapkan kombinasi keilmuan yang baik, dengan didukung sumber daya yang ada, potensi yang ada, seharusnya bisa muncul suatu pola.

Yang saya lihat, pola pemetaan yang sekarang ini (dan bisa jadi dalam tahun-tahun belakangan) sedang terfokus pada aspek kemanusiaan. Aspek untuk menjadikan style fighting MP sendiri seperti apa masih belum muncul. Membiarkan cabang-cabang terasimilasi pada gerakan-gerakan lain. Disadari atau tidak, ini juga terjadi pada perguruan lain. Jika yang menang di dalam kejuaraan IPSI adalah Tapak Suci, apakah ia murni menggunakan teknik dengan style Tapak Suci? Jika yang menang dalam kejuaraan IPSI adalah SHT, PD, SMI, dsb, apakah mereka menggunakan teknik mereka sendiri? Tentu kita sepakat menjawab, TIDAK. Teknik mereka asimilasi, percampuran dari teknik-teknik lain. Ini tidak salah, sama sekali tidak. Akan tetapi kita jadi tidak tahu bagaimana teknik asli mereka sendiri. Sudah jadi bias karena terlalu banyaknya percampuran. Sebagai contoh, Tai Chi mampu bertarung tanpa mengadopsi gaya gerakan dari beladiri lain. Ia bisa murni menggunakan apa yang dimiliki, segala potensi Tai Chi. Ya gerakannya, ya kelambanannya, ya kecepatanya, ya tendangannya (yang kadang bentuknya agak lucu seperti orang belajar menendang), termasuk aspek 'chi'-nya. Seharusnya kita juga bisa meramu hal seperti itu. 

Getaran sudah terbukti tidak mustahil untuk dilatih. Sudah banyak yang bisa, dan sudah banyak yang merasakan. Tinggal mengubah menjadi bentuk lain, mengadaptasikan pada medan laga, dan membiarkan ia mengikuti kemana lawan bergerak. Karena getaran seolah 'hidup', ia bisa 'memberitahu' kita kapan dan kemana serta bagaimana kita bergerak. Pada kondisi demikian, 'tahu sebelum terjadi' tidak mustahil untuk dicapai. Pada tahap ini, semua kembangan, gerakan apapun yang dimiliki, sudah jelas bisa diterapkan. Ingin menunjukkan 'main cantik' dengan kembangan, monggo. Ingin menunjukkan 'main keras' dengan serangan telengas, ya monggo. Semua jadi bisa dilakukan.

hehehe, mohon maaf lagi-lagi topiknya kontroversial. :)

cuman olahpikir kecil dari anak kecil yang lagi gemar 'mainan'...

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Taufan

  • Moderator
  • Calon Pendekar
  • **
  • Thank You
  • -Given: 6
  • -Receive: 27
  • Posts: 506
  • Reputation: 76
    • Email
  • Perguruan: Bandarkarima
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #115 on: 05/10/2010 11:51 »
Assalamu 'alaikum,

Hehehe... mas mpcrb mengingatkan saya pada pemikiran teman2 MP era 80an waktu kuliah di Bandung. Nah mumpung DPR sudah menyatakan Indonesia darurat preman, momennya pas banget untuk kembali menghidupkan tradisi pendekar "turun gunung" nih  x-))  [[peace2]]

Wassalam,
TP 

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #116 on: 05/10/2010 12:06 »
Menurut saya, tidak demikian juga mas Taufan.

Di era sekarang pengertian mengenai 'turun gunung' musti di reduce. Atau paling tidak, musti didefinisikan ulang. Karena di zaman sekarang sudah ada perangkat-perangkat hukum yang sudah mengurusi hal-hal seperti itu. Melakukan konsep 'turun gunung yang 'membabat' preman hanya akan berbenturan dengan aspek hukum. Lain halnya kalau koridornya memang beladiri. Kalau terjadi kecelakaan, tentu tidak ada yang menuntut dan tidak akan dituntut dari sisi hukum.

***

Konsep 'tahu sebelum terjadi' bukan didasarkan pada melampaui pengetahuan Tuhan, atau seolah dewa yang bisa tahu segalanya. Petarung tidak dididik untuk menjadi sekelas dewa yang sekali sentil dari jarak jauh maka musuh jadi tumbang. Atau dengan tatapan mata membuat musuh bertekuk lutut. Tidak demikian. Tetap ada aspek sport dan rasionalitas disini. Kita semua tahu, bahwa setiap serangan apapun pada gerakan, melibatkan organ tubuh. Kaki yang akan menendang diawali dengan kedutan pada otot. Tidak mungkin kaki bisa menendang tanpa diawali dengan gerakan otot. Gerakan otot juga tidak mungkin muncul dengan sendirinya tanpa gerakan syaraf, tanpa ada respon-respon elektrik pada syaraf. Dan getaran sudah teruji mampu masuk pada level ini.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #117 on: 05/10/2010 13:59 »
@ mas mpcrb.

Secara umum, pola tahapan para dewan guru nggak jauh2 amat dari pemikiran mas mpcrb. Untuk mendapat peluang PUNCAK PRESTASI, maka secara ilmu keolahragaan, tentu masih ada faktor lain, antropometri, bakat dan latihan penunjang sejak dini.
Secara managemen profesional, tentu diperlukan elemen pendukung yg terorganisir rapi, dari pendanaan, ofisial, talent scouting, biaya latihan, persiapan, pelaksanaan, pasca tanding dst. Apalagi mengarah pada tarung diluar negeri. Jer basuki mawa bea. Kalau ada atlit MP belum mateng yg mau buru2 ikut tarung MMA, sy sarankan menemui dewan guru, untuk mendapat petunjuk antisipasi teknik lawan.

Mas2 bule di MPUSA sudah gerah, ngebet pingin ikut tarung MMA. Biaya ikut/jadi peserta disana lebih murah. Cuma untuk pematangan datang kesini atau mengundang dewan guru kesana, disamping hambatan tugas kedinasan, juga menunggu sponsor dana. Mudah2an terbuka pintu rejeki untuk komunitas MP yg dermawan. Sehingga program bikin padepokan pusat sebagai pusat keilmuan segera terwujud, program ikut tarung MMA bisa dipersiapkan lebih matang.
"Agal-alus keturutan"
(hard maupun soft bisa terlaksana)
"Kaneman- kasepuhan" terakomodasi semua. Amiin.

Salam.

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #118 on: 05/10/2010 14:51 »
sumangga kang mas prapto...

semoga benar-benar bisa menjadi kenyataan, Insya Allah...

sekali lagi mohon maaf kalau ada kata yang salah dan agak lancang dalam bertutur...

 [[peace2]]

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #119 on: 08/10/2010 01:37 »
@ mas mpcrb.

Kisah MP adalah kisah paguron tradisional, yg dengan filsafat keilmuan tradisional yang menjadi akar budayanya, ingin tetap lestari di era modern saat ini dan masa depan.
 
Mas Pung menyadari, setelah perjalanan sekian lama, diperlukan evaluasi mendasar. Dimulainya dengan keputusan tak lazim, melimpahkan jabatan pewaris kepada putra bungsunya, mas Amos, Mas Pung minta masukan evaluasi, yg akan dikoordinir dua pewaris muda, mas Hemi dan mas Amos, sebagai bahan untuk menyusun dasar kebijakan kedepan.

Momentum evaluasi ini diperkuat oleh momentum diluar, yang digulirkan oleh sohib2 FP2STI, ESI, SS, TANGTUNGAN Project dll, yg dengan caranya sendiri, berusaha mengangkat paguron tradisional kepermukaan, agar lestari di era "modern" ini. Jadi ini menjadi persoalan bersama, bisa sharing pemikiran.

Masukan dari pengurus, pelatih bahkan anggota dewan guru, masih kurang lancar. Sepertinya ada hambatan psikologis akibat aturan pelaksanaan tugas yg ketat. Tidak klop dengan cara "ngedumel"nya.
Dari anggota yang "diluar kotak", mungkin termasuk kita, lebih leluasa memberi masukan . Meski begitu akan lebih afdol kalau berusaha memahami kondisi obyektip luar dalam, sebagai dasar evaluasi.

Karena obyek evaluasi  cukup lebar, sedangkan saran pertimbangan musti komprehensip, bisa dimulai dengan brainstorming. Sistematika pemasalahan bisa ditata kemudian, bila perlu dijadikan bahan untuk menyusun SWOT analisis.

Salam.

 

Powered by EzPortal