+-

Video Silat


Shoutbox

30/12/2023 22:12 anaknaga: Mudik ke Forum ini.
Mampir dulu di penghujung 2023..
07/11/2021 17:43 santri kinasih: Holaaaaas
10/02/2021 10:29 anaknaga: Salam Silat..
Semoga Sadulur sekalian sehat semua di Masa Pandemi Covid-19. semoga olah raga dan rasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. hampur 5 tahun tidak ada yang memberikan komen disini.
23/12/2019 08:32 anaknaga: Tidak bisa masuk thread. dah lama tidak nengok perkembangan forum ini.
salam perguruan dan padepokan silat seluruh nusantara.
02/07/2019 18:01 Putra Petir: Akhirnya masuk jua... wkwkwk
13/12/2016 10:49 Taufan: Yuk ke Festival Kampung Silat Jampang 17-18 Desember 2016!!!
20/09/2016 16:45 Dolly Maylissa: kangen diskusi disini
View Shout History

Recent Topics

Berita Duka: Alamsyah bin H Mursyid Bustomi by luri
10/07/2022 09:14

PPS Betako Merpati Putih by acepilot
14/08/2020 10:06

Minta Do`a dan bimbingan para suhu dan sesepuh silat :D. SANDEKALA by zvprakozo
10/04/2019 18:34

On our book: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
13/03/2017 14:37

Siaran Radio ttg. Musik Pencak Silat di Stasiun "BR-Klassik / Musik der Welt" by Ilmu Padi
12/01/2017 16:19

Tentang buku kami: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
17/10/2016 20:27

Hoby Miara Jin by anaknaga
19/09/2016 04:50

TALKSHOW SILAT - Silat Untuk Kehidupan by luri
22/06/2016 08:11

Thi Khi I Beng by aki sija
17/08/2015 06:19

[BUKUTAMU] by devil
09/06/2015 21:51

Daftar Aliran dan Perguruan di Indonesia by devil
01/06/2015 14:01

SILAT BERDO'A SELAMAT by devil
01/06/2015 13:59

Persilatan Jurus Lima (Sabandar) by Marsudi Eko
14/05/2015 19:36

Kebugaran Merpati Putih by mpcrb
22/04/2015 16:16

PAWAI JAMBORE PENCAK 2015 by luri
20/04/2015 16:20

SilatIndonesia.Com

Author Topic: PPS Betako Merpati Putih  (Read 1527522 times)

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #135 on: 11/10/2010 10:56 »
membaca 3 tulisan mas terakhir membuat saya terbuka. Mohon maaf atas kekurangsopanan saya sebelumnya dan atas kedangkalan informasi yang saya miliki.

Tipikal cabang, yang bisa jadi belum sepenuhnya mendapat update informasi se detail ini, terkadang seperti kacamata kuda, mengukur dari apa yang dialami dari proses yang dirasakan. Meski tidak semuanya salah, juga tidak seutuhnya benar. Saya sedikit banyak jadi mengerti mengapa mas Poeng tidak pernah mau naik pada tingkat Inti II. Sepertinya, tingkatan ini adalah tingkatan dimana 'biarlah dibaca oleh burung, oleh air, oleh mata hati'. Tingkatan yang bisa jadi memang disediakan oleh mereka yang selalu mersudi. Tingkatan spesial yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang selalu mencari jalan pendekar yang sebenarnya. Yang bisa jadi mustahil atau sangat sulit dicapai, bahkan menurut Mas Poeng sekalipun. Tapi tidak mustahil dicapai oleh yang lain.

Jika demikian, ini sangat menarik. Karena ini sangat menunjukkan betapa mas Poeng sudah memikirkan hingga jauh ke depan. Kedewasaan ajaran perguruan. Membiarkan 'dibaca oleh burung, oleh ikan, biar saja ditemukan oleh mata hati'. Tingkatan tertinggi yang siapapun bisa meraihnya apabila terus mersudi, terus berada pada jalan pendekar.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #136 on: 11/10/2010 11:08 »
di zaman sekarang, apalah artinya 'kesaktian tiada tara'? Toh pesilat sakti masih bisa sakit, masih bisa terluka, masih memakan nasi, dan masih belum bisa mengubah struktur atom tubuh kita.

Menempati tingkat tertinggi sama halnya mencapai batasan. Sedangkan keilmuan itu tanpa batasan. Jadi harusnya, tingkatan tertinggi itu memang sebaiknya tidak ada, atau ditiadakan. Kalaupun ada, ia adalah simbol. Inti II memang sebaiknya dibiarkan 'open', karena bisa jadi (menurut pemahaman saya) itu adalah tingkatan simbolis. Tingkatan dimana keilmuan yang tidak pernah berhenti. Tingkatan dimana ia adalah simbol dari 'zaman' yang disediakan oleh generasi sesudahnya. Simbol dari 'ruang waktu' dimana keilmuan MP akan tumbuh berkembang. Simbol dimana 'ruang tumbuh' selalu ada, selalu bisa dicapai. Dan ketika seseorang sudah akan mencapainya, ia akan kembali pada keadaan 'apakah sudah?', 'apakah pantas?', 'apakah memang demikian?'. Kembali lagi batinnya akan menolak, dan ia akan terus melakukan eksplorasi karena saya percaya kesimpulannya akan sampai pada 'langit tanpa tiang'.

Jika ulasan saya sedikit banyak ada benarnya, maka ini sangat inovatif. Sesuatu yang belum pernah terjadi di perguruan silat manapun. Membiarkan 'ruang kosong' yang sesungguhnya akan 'berisi'. Umumnya, tingkatan tertinggi ada 'penunggu'nya. Tapi mas Poeng membiarkan tingkatan tertinggi 'open'. Meski 'kosong', tapi sesungguhnya ia akan sangat 'berisi'.

salam hormat saya untuk mas Poeng...

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #137 on: 12/10/2010 01:26 »
@ mas mpcrb, saya sepakat.
Sepertinya ungkapan hasil pena/pencetan keyboard anda makin nyambung dengan rasa, makin tajam namun indah. Hehehe, Alhamdulilah.

Saya tanya ke mas Poeng, meski menunjuk dan  mengangkat seorang guru merupakan hak prerogatip guru besar dan pewaris, yg kemudian disahkan oleh Munas, maka demi masa depan yg tetap tertib, apakah bisa dijelaskan maksud "bermental guru", agar sedapat mungkin diimplementasikan secara konsisten.
Mas Poeng memberi ciri sederhana.
Tentu sang calon harus memenuhi syarat standar, yaitu keilmuan yang cukup, dan prestasi kepelatihan yg tercermin pada terpeliharanya kualitas dan kuantitas  muridnya. 
Apabila pelatih sengaja menunda nunda ujian kenaikan tingkat murid/adik tingkat, karena kawatir tingkatnya didekati atau disamai adiknya, pelatih tsb bisa diberi catatan merah.
Karena seseorang pelatih yg bermental guru, akan selalu mersudi, agar muridnya bisa lebih berhasil.
Karena mungkin saja seorang murid berhasil melebihi gurunya dalam suatu keilmuan, oleh karena si murid memiliki kelebihan2 dalam berbagai hal (yang melebihi gurunya) , yang bisa lebih menunjang pencapaian hasil yg lebih baik dalam keilmuan yg dilatihkan oleh guru tsb.


Merpati Putih, "mersudi patitising tindak, pusakane titising hening" (mencari sampai mendapat tindakan yang benar, dengan ketenangan).

Dulu pernah dipertanyakan tentang "titising hening" yang diterjemahkan menjadi "ketenangan".

Betul, "titising hening" memang bukan "ketenangan" . Ketenangan adalah salah satu sikap untuk membaca "titising hening".
Titising hening adalah MATA HATI.
Sehingga memang bisa lebih tepat kalau diterjemahkan dengan : "mencari sampai mendapat tindakan yang tepat dan benar, dengan menggunakan mata hati".

Namun akan terjadi pertanyaan lebih lanjut (penjelasan yang malah menjadi/mengundang pertanyaan), apa itu mata hati ?

Mas Poeng menjelaskan, dalam khasanah Jawi ada istilah "roso sak jroning roso" (rasa didalam rasa).
Dicontohkan, keadaan mabuk kepayang. Apabila lewat didepan rumah sang kekasih aja, RASA nya udah berbunga bunga. Apalagi duduk berdekatan, RASA nya tentu selangit. Ketika tangan mulai menggerayang, meski dalam RASA mabuk kepayang, maka "roso sak jroning roso" akan memberi alarm, " bocah bagus, jangan, belum waktunya, belum menjadi hak mu".

Itulah salah satu contoh pengejawantahan " mata hati".
Murid pasti seneng, dijelaskan dengan contoh itu. Tapi terlalu  panjang.
Biar saja seperti terjemahan yang ada, mudah diterima. Kalau nalarnya mempertanyakan, baru dijelaskan.

Salam.

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #138 on: 12/10/2010 03:30 »
Kembali ke masalah MP, sebuah paguron tradisional.

Awal tahun 90an, bp Eddie M. Nalapraya, selaku anggota dewan pembina MP  memberi sinyalemen dan masukan.
A. Bahwa MP mempunyai potensi yang bisa dikembangkan, membuat berbagai program latihan, yang bisa mengakomodasi berbagai kepentingan dan berbagai kelompok usia.

B. Sedini mungkin harus diupayakan, rekayasa untuk mencegah kemungkinan perpecahan yang bisa berujung pada berdirinya perguruan sempalan. Upaya bp Eddie selaku Ketum PB IPSI waktu itu, untuk menyatukan perguruan2 sempalan agar kembali ke induknya, bersatu menjadi paguron yang lebih kuat, nyaris tidak menunjukkan hasil. Jadi lebih baik preventip daripada merekonsiliasi setelah  pecah.

Kedua saran itu tentu memiliki dasar, sehingga entah mengalir entah sengaja, mewarnai kebijakan MP.

Kita review dulu saran B.

Yang berpotensi untuk memisahkan diri, adalah senior yg sudah memiliki modal keilmuan yang cukup untuk mendirikan perguruan baru.
 
Sedangkan sifat keilmuan MP, justru berpotensi mengakibatkan perbedaan diantara para senior. Keilmuan MP ditingkat atas, justru bersifat menggali dan meningkatkan jatidiri masing2 praktisinya sesuai pribadi masing2, bukan mengkloning atau mencetak orang2 yang seragam.

Juga dengan bertambahnya kelonggaran untuk memisahkan diri oleh senior, setelah mas Poeng menghapus JANJI ALAM,  semacam janji kesetiaan yg disaksikan alam seisinya, yang bisa berakibat buruk bagi yang melanggar.

Upaya pertama yang dilakukan, adalah dibentuknya korps Wira Adiguna, yang bertugas menyelesaikan konflik antar senior, atau konflik yang tidak seimbang, antara senior dengan pengurus cabang. Sehingga konflik2 bisa diselesaikan dengan adil, bijaksana dan terhormat, tidak perlu mutung dan keluar.
Upaya kedua, mengatur ujian kenaikan tingkat menjadi lebih tertib dan termonitor. Dasar I sampai ke Kombinasi I dilaksanakan di Cabang, Kombinasi I ke Kombinasi II di Pengda atau gabungan beberapa Cabang (yang menguji bukan pelatihnya sendiri). Sedangkan yg terpenting, ujian Kombinasi II ke Khusus I dan selanjutnya, hanya diselenggarakan di Parangkusumo, Yogyakarta. Baik untuk peserta dari dalam maupun luar negeri.

(bersambung)

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #139 on: 12/10/2010 11:15 »
(lanjutan)

Sebelumnya, antar senior yang berjauhan, bisa kurang mengenal akrab satu dengan yang lain. Dengan ujian multi cabang dan ujian nasional, maka tingkat hubungan, ke saling terikatan, menjadi lebih meningkat. Merasa berasal dari sumber yang sama, mengurangi drive untuk memisahkan diri. Disamping tentu saja, standar mutu bisa lebih termonitor, terjadi tukar pengalaman, dst....

Bahkan karena menyadari esensi jangka panjangnya, pada awal2 ujian nasional, tim penguji dan dan peserta ujian bersama sama naik kereta api dari Jakarta ke Yogya, melakukan ujian tata gerak di Sasono Hinggil, ujian getaran di alun-alun Kidul kraton, uji stamina lari dari alkid Yogya ke Parangkusumo, langsung uji tenaga di Parangkusumo. Kemudian sama2 pulang ke Jakarta lagi.
Dengan padatnya wisatawan di alkid dan Sasono Hinggil, sekarang seluruh mata acara ujian kenaikan tingkat nasional/UKT Nas., dilaksanakan di Parangkusumo dan sekitarnya.
Upaya lain adalah mengurangi sumbatan komunikasi keilmuan antar senior dan dewan guru. Mengurangi distribusi informasi yang tidak merata.  Menurut hasil kajian, bisa dengan memanfaatkan intranet atau internet. Tapi tetap saja harus didukung pusat data dan pusat kajian, yang idealnya ada di padepokan pusat. Menambah lagi esensi pentingnya merealisasikan padepokan pusat keilmuan di Yogya, kota kelahiran MP.

Salam.

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #140 on: 12/10/2010 13:13 »
@ mas mpcrb, saya sepakat.
Sepertinya ungkapan hasil pena/pencetan keyboard anda makin nyambung dengan rasa, makin tajam namun indah. Hehehe, Alhamdulilah.

Entahlah mas, sejujurnya saja juga tidak tahu. Akhir-akhir ini, setiap kali saya membaca suatu tulisan (apa saja), seolah saya bisa menyelami masa saat itu ditulis, keadaan, maksud kearah mana, dsb. Dulu, pengalaman membaca buku Senopati Pamungkas dan Tembang Tanahair tidaklah sedahsyat seperti sekarang. Dulu hanya menikmati sebatas cerita saja, sebatas novel, hiburan, tidak lebih. Tapi entah setelah diri ini mengalami proses perenungan hidup, kegagalan, ketakutan, kejatuhan, hampir putus asa, menthok, dan pada akhirnya memulai kembali latihan dari awal, rasanya benar-benar berbeda. Sebelumnya tidak demikian.

Saat menulis sesuatupun demikian. Rasanya bila membaca catatan, kidungan, atau sesuatu yang ada di depan mata ini, seolah saya terjun kesitu, seolah mengikuti, masuk, larut, mencari celah, mencari jalan keluar, mencari jalan tikus, yang saya sendiri tidak pernah pikirkan. Mengalir begitu saja, mengikuti kreteg hati. Tidak berani mengklaim selalu benar, karena masih dalam proses.

Sejujurnya, apa yang ditanam itulah yang dipetik kemudian.

Perbedaan di level Senior bahkan sangat terasa di daerah mas. Termasuk kondisi melarang/mempersulit kenaikan tingkat seorang anggota yang umumnya dikarenakan ia lebih bisa dari pelatihnya, lebih maju dari pelatihnya. Merasa tersaingi, merasa seperti direndahkan. Secara pribadi saya melihat masih wajar ini terjadi. Ya namanya manusia, tentunya hal seperti itu memungkinkan muncul. Yang ingin saya soroti dengan kondisi tersebut adalah penanaman filosofi nilai-nilai yang masih kurang. Pelatih, dapat menjadi standar mutu keilmuan. Tetapi seringkali standar mutu moralitas pada nilai-nilai diabaikan. Bahkan terkadang oleh senior sendiri. Ini juga memang terjadi di perguruan-perguruan lain. Tapi spefisik untuk MP saya rasa pelatih yang diangkat, ditunjuk jadi pelatih harus juga memiliki standar nilai-nilai kepatutan. Ini yang terkadang jarang disadari.

Saya mengerti, menjadi legowo itu sulit. Perlu kebesaran jiwa. Apalagi melihat murid yang dulu tingkatannya jauh diatas kita, tapi sekarang sudah satu tingkat dengan kita. JIka tidak dibarengi dengan nilai-nilai filosofi perguruan, yang muncul kepermukaan adalah sikap-sikap kurang terpuji seperti itu (mempersulit kenaikan tingkat). Pada akhirnya akan berimbas pada nama perguruan sendiri.

Ada beberapa pengalaman yang saya dapat ketika berinteraksi dengan rekan dari beladiri lain. Seringkali saya menjumpai mantan MP tingkatan tertentu yang masuk pada beladiri lain. Meskipun itu pilihan dan hak orang tersebut, tapi yang menggelayut di pertanyaan saya adalah ... apakah penyebabnya? Apakah keilmuan MP tidak menarik? Kurang sakti? Ataukah bagaimana? Gerakan-gerakan sudah diberikan, olah nafas juga sudah diberikan (sesuai standar tingkatan, dan bahkan terkadang nafas-nafas penunjang yang sifatnya khusus juga sudah diberikan), tetapi masih juga keluar dan pindah perguruan. Ada apa ini?

Saya sepakat dengan penjelasan mas Poeng kalau pelatih yang mempersulit anggotanya untuk naik tingkatan akan dikenakan catatan merah, kecuali memang anggota tersebut melakukan tindakan indisipliner atau melanggar aturan perguruan. Membaca perjalanan 'karir' pesilat MP, saya melihat mas Poeng sesungguhnya sangat moderat. Memberikan 3 jalur yang berbeda untuk tiga tipe karakteristik sudah sangat memenuhi semua ruang. Mau jadi pesilat murni, silahkan masuk pada jalur pesilat murni, hingga memungkinkan menyamai mas Poeng atau lebih dari itu. Mau jadi pengurus, silahkan main di organisasi hingga mencapai puncak yakni Ketua Umum. Ingin jadi pengajar, silahkan masuk pada jalur kepelatihan hingga menjadi dewan guru. Ini sangat moderat. Masalahnya, apakah distribusi informasi ini nyampe ke cabang-cabang, dan apalagi ke para pelatih? Yang sering saya lihat, missing link sering terjadi. Kesan yang muncul, pusat tidak konsisten. Sering berubah-ubah. Tahun kemarin X, tahun sekarang Y, tahun depan Z. Alasan yang mendasari terjadinya perubahan tidak diketahui oleh kebanyakan pengurus cabang atau bahkan pelatih.

Seperti misalnya (mohon maaf mas suprapto), saya ingin mengkritik terhadap materi tata gerak. Yang seringkali berubah dari waktu ke waktu. Memang tidak prinsipil, tetapi perubahan tetaplah perubahan. Pada gerak langkah misalnya. Dahulu saya menyukai MP karena setiap gerak langkah selalu dibarengi dengan entah itu tangkisan bawah, tangkisan atas, ayunan, potongan, atau tepakan dua atas. Ini unik, dan sangat khas. Sekarang sudah tidak ada lagi. Sudah tidak ada bedanya dengan Karate. Pada gerak langkah, tangan selalu mengepal disamping pinggang. Hanya pinggang dan kaki saja yang bergerak. Where is the art in MP movement? Padahal seni di dalam suatu gerakan, seringkali menyimpan rahasia tersembunyi yang bahkan cukup mematikan. Saya mengerti, bisa jadi ada proses diskusi yang cukup alot yang terjadi di pusat ketika memutuskan untuk merubah ini.

Ketika saya mengatakan untuk apa seni apabila fokus pada efektivitas itu bukan tanpa dasar. Ternyata gerak dasar MP sekarang lebih mengarah pada efektivitas. Masih nanggung. Dibilang seutuhnya menuju efektivitas ya nggak, dibilang menuju seni ya nggak. Gerak langkah dengan kembangan, mungkin dianggap tidak efektif di dalam fight, hingga akhirnya dihilangkan kembangannya dan diganti dengan posisi tangan mengepal disamping pinggang. Ini memang efektif dalam bergerak, ya namanya gerakan langkah ya cukup langkah saja. Arahnya jelas, ke arah efektivitas. Tapi lucunya, gerak dasar pada kaki masih menyertakan gerakan tangan. Pada tendangan belakang contohnya. Gerakan tangan tangkisan atas dan tangkisan bawah masih disertakan. Kenapa? Bukankah tendangan cukup menggunakan kaki saja? (wong namanya juga tendangan). Kenapa tangan harus ikut main? Kenapa pada langkah gerakan tangan dihilangkan, tapi pada tendangan gerakan tangan masih dipertahankan. Ini yang saya sebut dengan nanggung.

Kalau memang fokusnya pada efektivitas, no problem. Tapi sudah seharusnya harus dipikirkan seperti apa 'style fighting ala MP'. Karena akhir dari suatu gerakan dibuat seefektif mungkin tak lain dan tak bukan adalah mengarah pada teknik pertarungan. Itu yang awalnya jadi pertanyaan pada diri saya. Mengamati gerakan, gerak praktis, gerak terikat, gerak bebas, gerak naluri, hasil akhirnya pada efektivitas. Tetapi tidak sampai memunculkan seperti apa style fighting MP yang ada di pemikiran pusat. Yang menjadi paradox adalah gerakan-gerakan dievaluasi, tapi tetap tidak menemukan 'pencerahan' mengenai style bertarung MP itu seperti apa? Pada akhirnya, cabang-cabang, khususnya pesilat MP akan menjadi liberal dengan mengadopsi gerakan apapun yang menunjang kebutuhan aspek fight dirinya. Ia tidak menemukan itu di MP, ia tidak menemukan style fighting di MP, maka ia mencarinya diluar. Apakah ini baik? Apakah ini bagian dari proses mersudi yang diizinkan? Entahlah. Pengurusnya berusaha moderat, tapi anggotanya sudah (terpaksa) liberal duluan. Ini kenyataan di lapangan. Berapa banyak pesilat kita yang 'terpaksa' harus belajar diluar perguruannya. Iya kalau kembali lagi, kalau nggak? Kita akan kehilangan asset berharga.

Saya mengerti, namanya ngelmu ya boleh dengan siapa saja. Seperti halnya mas Poeng yang disuruh berguru pada guru-guru silat di Yogya. Bedanya adalah Mas Poeng sudah memahami hakekat, maka beliau tetap di ke-MP-annya. Beliau tidak 'silau' dengan yang lain. Tapi pada anggota biasa? Belum tentu. Kecenderungan ia balik lagi ke MP 100% itulah yang menjadi tidak jelas.

Saya ingin mengambil contoh MP di USA.

Sekarang ini MP di USA masih seperti MP pada tahun 80-an di Indonesia, masyarakat US masih cukup terkagum-kagum dgn demo peragaan pemecahan benda keras yg dilakukan MP. Tetapi masyarakat US memang jauh lebih kritis dibanding dgn masyarakat di Indonesia - dalam waktu tidak lama masyarakat US bisa cepat melihat kekurangan MP yg tidak fighting oriented. Sudah mulai muncul keraguan akan kemampuan tarung MP di kalangan masyakat US - khususnya bagi mereka yg pernah belajar MP.

Saya rasa tidak lama lagi akan bermunculan praktisi MP USA yg mulai gatal untuk mencoba melakukan pertarungan dgn praktisi beladiri lain dan mencoba kemampuan Power MP dalam situasi pertarungan sesungguhnya. Dan jika mereka pun mengalami situasi di mana Power MP ternyata tidak memberi efek seperti yg mereka bayangkan - saya rasa implikasinya akan lebih serius daripada yg terjadi di Indonesia.

Di internet akan bermunculan komentar dari mantan praktisi MP USA yg tidak puas. Dan jika ini menyebarluas - mungkin ini akan menjadi pukulan yg lebih kuat bagi MP dibanding kegagalan MP di Tantangan Randi. Jika dulu hanya kemampuan vibravision MP yg dianggap hoax maka kali ini MP akan dianggap sebagai beladiri hoax - latihan power MP yg dilakukan secara khusus bertahun-tahun akan dianggap tidak memberi efektifitas beladiri yg cukup bagi praktisinya selain daripada aspek kesehatan.

MP USA akan dianggap sebagai Mc Dojo yg hanya bertujuan untuk mengeruk keuntungan finansial dari praktisi-praktisinya tanpa memberi hasil yg sesuai dgn uang yg sudah di investasikan. Saya rasa kemungkinan ini juga harus kita cermati.

Mohon maaf atas kalimat yang kurang berkenan. Semua saya lakukan demi kemajuan MP. Pahit, getir, MP adalah perguruan yang saya cintai.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #141 on: 12/10/2010 15:17 »
@ mas mpcrb.

Tentang latihan langkah. Yang  terjadi adalah perubahan latihan gerak baku langkah, agar lebih fokus. Bukan kemudian melarang sikap tangan yg menyertainya. Atau mengebiri kelengkapannya. Ada rencana lanjutan untuk menambah latihan pola langkah ditingkat awal. Sepenuhnya kehendak  mas Poeng. Yang menjadi sasaran tembak malah para perangkat dewan guru/PPMP, dianggap tidak konsisten.

Memang tidak melibatkan dewan guru, yang saat itu terlibat kontroversi cengkok madiun dan barat pada bentuk latihan gerak baku. Sehingga mas Poeng memberi penegasan, cara latihan gerak baku, yg menjadi standar MP, menyelipkan sedikit perubahan, yang bukan tiada maksud.
Tidak dilibatkannya dewan guru, menyebabkan rumor yg menyerang PPMP didiamkan berkembang. Kurang bisa memahami maksud mas Poeng, boleh ada perbedaan, tapi jangan membingungkan anggota. Dilain pihak juga harus disadari, mengikut sertakan para pihak, akan meningkatkan tingkat partisipasi.

Penataran pelatih (tingkat nasional), memang masih jauh dari ideal, tapi berangsur angsur ada kemajuan. Setidaknya terselenggara sekali dalam setahun.
Ada kendala keterbatasan dalam jumlah waktu ideal. Menyangkut cuti kerja peserta penataran maupun implikasi biaya.
Mengenai materi penataran, juga sudah melibatkan pakar ilmu kepelatihan dari perguruan tinggi. Kalau dulu hanya mendengarkan dan praktek, sekarang ada hand out lengkap, baik materi pokok dan penunjang, termasuk vcd. Waktu lebih dihabiskan untuk materi keilmuan, termasuk praktek dan tanya jawab yang tiada habisnya.
Bintal dan falsafah keilmuan belum mendapat porsi yg cukup, termasuk bentuk dan cara penyampaian. Mas Poeng terbiasa enjoy dengan bentuk dialog,  ngobrol sambil wedangan, pada kesempatan latihan luar/alam.

Koordinator pelatih MPUSA, mas Mike Zeleznick, adalah lulusan terbaik saat UKT Nas di Parangkusumo, baik di uji stamina, uji tenaga, uji tata gerak beladiri dan ujian getaran.
Dikala remaja, mas Mike Zeleznick adalah petarung MMA tak terkalahkan di Utah. Badannya nyaris tdk tersentuh serangan lawan. Ketika dirumahnya, sebuah farming di Huntsville, Ogden, Utah, dia mau nyoba pesilat MP yg kami bawa. Hasilnya blag blug, sampai Mike tidak berkutik. Itu mungkin yg kemudian memotivasi Mike rajin latihan, dan bawa rombongan ke Indonesia. Jelas temen2nya penggemar tarung MMA ngumpul di MP. Oleh kakaknya, Nate, tidak boleh dipublikasikan. Krn tarung MMA adalah show biz. Saya tidak kaget kalau tiba2 dapat berita tentang petarung MP di MMA USA. Mike pengalaman dan ambisius, Nate bijaksana dan penuh perhitungan. Terserah mereka.

Salam. 

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #142 on: 12/10/2010 15:39 »
Sepertinya saya mulai paham benang merahnya.

informasi-informasi seperti ini, apakah seluruh cabang mengetahui? atau apakah PPMP pernah melakukan semacam riset mengenai tingkat penetrasi pengetahuan hal-hal seperti ini pada pengurus cabang? sangat disayangkan, betapa banyak informasi berharga dari mas suprapto pada forum ini yang saya yakin tidak diketahui oleh cabang, khususnya pelatih. Sebaran informasi lintas geografis hanya bisa dijembatani oleh internet.

Untuk itulah saya rasa, perlu disegerakan untuk membuat website resmi yang didalamnya berisi informasi-informasi lengkap, detail, mengenai hal ikhwal kegiatan merpati putih atau segala sesuatu yang diizinkan untuk dipublikasikan. Agar tidak terjadi perbedaan informasi secara signifikan. Saya perhatikan dari awal thread mengenai MP ini, rasanya ada sangat banyak pengetahuan, informasi-informasi, yang kalau diketahui bersama oleh anggota MP lainnya, maka akan berdampak sangat baik. Meskipun kenyataannya, thread ini diisi (kebanyakan) oleh kita berdua. :) Saya juga sudah mengkontak kawan-kawan MP lainnya untuk memanfaatkan fasilitas forum diskusi SS ini.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #143 on: 12/10/2010 15:57 »
@ mas mpcrb.

Permasalahan MP yang se gudang, diantaranya sebagai yang anda ungkap, memang harus di review dari dasar fondasinya, kebijakan strategis dan dampaknya, kebijakan taktis dan seterusnya. Harus dikupas habis, seperti misal besaran iuran, kaitannya dengan partisipasi jangka panjang, dst.....
Yang harus berujung pada lebih patitisnya penyusunan road map MP, garis2 kebijakan dasar, dalam meretas jalan sukses dimasa depan.

Salam.


mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #144 on: 12/10/2010 16:52 »
hehehe, benar sekali mas.

Membaca dari awal thread ini, saya jadi lebih mengerti beratnya jalur pengurus. Jalur pesilat murni, lebih aplikatif dan lebih mudah diterapkan karena sifatnya yang personal atau paling banter local area. Tidak perlu ribet dengan pertimbangan ini itu. Langsung bisa diterapkan, selama sudah dipahami benar dari pengalaman pelatihnya. Sedangkan jalur pengurus tidak demikian. Apalagi dewan pertimbangan. Mengakomodir banyak keinginan tentu mustahil. Pasti ada yang tidak berhasil diakomodir. Efeknya, tetap akan ada ketidakpuasan. Memang sudah konsekwensi. Meski demikian, saya tetap optimis yang terbaiklah yang akan dipilih. Hasil akhirnya, harus sama-sama legowo menerima kenyataan.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #145 on: 12/10/2010 19:23 »
@ mas mpcrb.

1. Sasaran dan ukuran utama dari road map MP, adalah mutu dan jumlah PESILAT MP. Yang diusahakan unggul disemua matra, baik matra pokok maupun pengembangannya.

2. Jalur keilmuan, pelatih dan dewan guru, bertugas untuk melaksanakan pendidikan dan latihan, melakukan penelitian dan pengembangan keilmuan dan seterusnya demi tercapainya sasaran no 1 tersebut. Tentu harus ada mekanisme timbal balik, resiprokal dengan perkembangan dan tantangan yang dihadapi pesilat dilapangan. Idealnya mekanisme ini dilembagakan.

3. Jalur pengurus, adalah kelompok pendukung agar pelaksanaan rangkaian kegiatan keilmuan bisa terlaksana dan sukses. Tentu disamping kemampuan manajerial menyangkut internal dan hubungan external, juga harus familiar dengan keilmuan dan permasalahannya.

Salam.

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #146 on: 12/10/2010 20:13 »
Saya jadi penasaran, apakah peta pemikiran di kalangan sesepuh, senior di internal MP, terutama yang pusat sedikit banyak seperti mas? Sebab jujur, beberapa yang saya temui dan ajak diskusi, hampir tidak pernah se-moderat seperti halnya diskusi saya dengan mas. Termasuk ketika menyinggung masalah-masalah yang cukup sensitif yang bisa jadi tidak bisa diterima atau malah dianggap saru-siku. Memahami jawaban-jawaban mas suprapto, membuat pemahaman saya pribadi jadi bertambah. Tidak skeptis dengan pertanyaan atau argumen saru. Ini baru saya temui selama perjalanan panjang di MP. Mungkin karena di daerah, sehingga sedikit banyak komunikasi dengan pihak pusat menjadi lebih sedikit. Lebih sering berinteraksi dengan senior daerah.

Saya jadi memahami pentingnya perbaikan management di MP.

Mas bagaimana sebenarnya peta pemikiran dalam kalangan internal dl MP itu sendiri. Apakah memang sedikit sekali senior yg memiliki keterbukaan pemikiran ? dan bagaimana di kalangan jajaran pelatih muda di MP - apakah tidak banyak yg sepemikiran dgn mas Suprapto?

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #147 on: 12/10/2010 20:54 »
Jika memang pembabaran keilmuan 'sakti' sudah dilakukan, dan sudah mencapai hasil (meski belum maksimal) mungkin ada baiknya untuk mulai dipikirkan bagaimana penetrasi filosofi menjadi dikuatkan dari sejak awal murid baru masuk menjadi anggota. Sebab jika tidak, maka efeknya akan bersifat jangka panjang. Murid jadi kurang memahami keluhuran keilmuan MP. Mungkin bisa dipikirkan untuk harus adanya semacam 'fit and proper test' bagi pelatih mengenai penguasaan keilmuan filosofi dibanding keilmuan standar MP sesuai tingkatannya. Sehingga kaitan antara apa yang diajarkan dan nilai-nilai menjadi klop. Tidak musti ideal, tetapi setidaknya bisa menjadi lebih baik. Karena saya lihat, pada tataran ini, penguasaan keilmuan MP (yang saya pahami) adalah sejatinya berawal dari pemahaman yang baik akan filosofinya. Dengan demikian, maka target penguasaan keilmuan menjadi ikutan baik.

Sebagai contoh, pemahaman mengenai 'titising hning' dimana kebanyakan diterjemahkan sebagai 'ketenangan', meskipun makna sejatinya adalah MATA HATI. Sedangkan ketenangan adalah suatu sikap untuk masuk pada 'titising hning'. Dengan demikian, untuk mencapai kondisi ketenangan yang maksimal tak lain dan tak bukan adalah dengan memasrahkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Pada kondisi itulah ketenangan sejati akan didapatkan sehingga proses mersudi untuk menemukan 'roso sak jroning roso' bisa lebih mudah tercapai. Disini masuk filosofi nalar dan rasa. Terkait pada salam hormat MP dimana tangan kiri dengan dua jari menunjuk pada kening dan tangan kanan yang mengepal berada tepat di depan dada. Simbolis dari salam hormat saja jujur masih banyak yang kurang paham, apalagi membabar maknanya. :( Satu sisi sedih, tapi sisi lain juga tantangan. Kendalanya adalah... menunggu ditanya, barulah kemudian jawaban diberikan. Kenapa tidak jemput bola? Karena itu sifatnya pengetahuan yang merupakan hal yang basic yang nantinya akan menunjang keberhasilkan suatu pelatihan materi tertentu seyogyanya sudah diberikan dan diinformasikan.

Berapa banyak anggota yang tidak memahami makna dari salam hormat MP? Padahal ini esensi untuk pemahaman pada latihan di dalamnya.

Tangan kiri dengan dua jari (jari tengah dan telunjuk) menunjuk pada kening, memiliki simbol makna nalar, makna pemikiran. Yang dipergunakan adalah tangan 'kiri', dimana kiri sering disimbolkan dengan jalan yang bisa (cenderung) salah. Jalan yang benar adalah jalan ke 'kanan'. Itulah kenapa tangan kanan digunakan untuk mengepal dengan kuat, menggenggam di dapan dada. Sebagai perwujudan dari 'roso sak jroning roso' yang harus digenggam kuat. Arah 'kanan' yang merupakan simbolis dari arah kebenaran berada pada posisi roso karena memang sejatinya 'roso sak jroning roso' itu akan selalu benar. Sebab ia adalah fitrah dari Tuhan, maka akan selalu mengajak kepada kebenaran. Akal bisa diakali. Nalar bisa diutak-atik. Tapi 'roso sak  jroning roso' tidak bisa. Dari salam hormat MP saja kalau ini bisa dijelaskan secara baik, dilaksanakan, dan dijadikan pedoman dasar di dalam melatih suatu materi, saya rasa efeknya sangat luar biasa. Dua jari mensimbolkan keeratan hubungan antara guru dan murid. Bisa jadi, jari tengah adalah simbol dari murid dan jari telunjuk adalah simbol dari guru. Kenapa menggunakan jari tengah untuk murid, karena bisa jadi murid bisa lebih melampaui gurunya. Jari tengah akan selalu lebih panjang dari jari telunjuk. Ini juga bisa disimbolkan agar para guru/pelatih tidak mengekang murid yang ternyata lebih maju. Ia harus tut wuri handayani sebagaimana jari tengah yang selalu sedikit lebih panjang dari jari telunjuk. Ini juga sekaligus simbol dari bahwa generasi yang akan datang (umumnya) akan lebih baik dari generasi sekarang. Akan lebih maju selangkah.

Ini juga sedikit banyak menjelaskan alasan kenapa Mas Poeng 'turun takhta' dan memberikan kepada pewaris muda. Sesuatu yang sangat berani, sangat beresiko, tapi juga sarat harapan. Bisa jadi, sintesa pengetahuan para pewaris muda (diharapkan) dapat meningkatkan kualitas keilmuan MP itu sendiri di masa datang. Lebih bisa menyesuaikan dengan keadaan, dan sesuai prinsip ilmu tumbuh, akan muncul 'pohon' baru keilmuan yang membawa perubahan. Apakah itu tercapai atau tidak, saya tidak tahu. Kita tunggu saja.

Dari filosofi salam hormat MP saja sudah sedemikian luas. Yang kalau dibabar akan membuka mata anggota dan mendidik mereka sedari awal untuk menyadari pentingnya makna filosofis.

Kenyataannya, pengajaran filosofis ini sangat minim. Belajar hanya dari tulisan saja yang sudah diberikan pada buku panduan. Dibaca ketika akan ujian sebagai persyaratan pengetahuan pada ujian tulis. Tapi (kebanyakan) pelatih tidak melakukan proses pembabaran kepada anggotanya. Hasilnya, anggota hanya terjebak pada kata-kata kiasan dan hafalan. Tanpa mengerti makna apa yang bisa dikembangkan dari situ.

salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #148 on: 12/10/2010 21:24 »
Banyak mas mpcrb.

Hanya mungkin masih sering terjebak mana sebab mana akibat, kadang terbalik balik.

Kemudian ada yg "melik", sehingga kurang  waspada terhadap kebenaran. Kebanyakan saling sikut untuk lebih "sakti". Atau membanggakan diri dengan posisi koordinator pelatih, tapi tipis mental guru.

Para guru sudah mengidentifikasi kelemahan ini. Entah bagaimana solusi yg mereka susun.

Kalau secara periodik kita mawas diri, melihat dari luar kotak, kelemahan ini memprihatinkan. Tapi masih banyak yang sehat daripada yang "sakit". Maklum ngumpulin anak macan, kadang nyakar. Keilmuan yg didesain ditularkan dengan hubungan dekat yang intens antar guru-murid, atas nama pemassalan, terpaksa meminta pelatih yg belum matang, untuk melatih murid.

Perjalanan sudah cukup panjang, berbagai eksperimen sudah dilakukan. Tinggal dievaluasi mana yg tidak efektip,  mana yang tidak efisien, revitalisasi  apa yang perlu dilakukan dst.

Tentu konyol dan kurang mensyukuri anugerah, apabila modal keilmuan yang "lumayan", tidak dikelola dengan baik sesuai tujuan.

Untuk itu kita perlu tahu, fakta obyektip yang terjadi, dengan mengupas semua masalah yang ada.

Keilmuan tidak ada masalah, organisasi dan manajemen perlu berbagai perbaikan.

Salam. 

Suprapto

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 86
  • Posts: 418
  • Reputation: 137
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #149 on: 12/10/2010 23:25 »
Kembali membedah manajemen MP.

SEKRETARIAT.

MP belum memiliki sekretariat pusat yang permanen. Masih n/a, numpang alamat, dan pindah2.
Ketidak seriusan mengusahakan sekretariat permanen, bisa jadi terpengaruh periode kepengurusan PPMP, tiga tahunan. Meski tidak membatasi berapa kali bisa dipilih lagi, biasanya kabinetnya dirombak. Orientasi program kerja hanya sebatas masa kerja.
Sekretariat yang seharusnya menjadi pusat pengendali operasi, sering kosong dari para eksekutipnya, terlebih ketika antar pengurus mengandalkan komunikasi email dst. Baru ramai kalau ada rapat2 event.
Sekretariat yg seharusnya menjadi "hub", interchange kegiatan, kehilangan fungsinya. Data otentik tercerai berai diberbagai personil dan berbagai tempat, sampai nggak keruan juntrungnya. Data base anggota, data base sertifikat tingkat, data base hasil ujian dst, tersebar di komputer pribadi pengurusnya. Apalagi surat2 masukan dari bawah!. Rancangan intranet dan internet sudah diketok palu.
Tapi dijamin kandas kalau sekretariat sebagai pengolah data, lebih berfungsi sebagai alamat surat.

Betul, komunikasi email pusat-cabang cukup lancar, tapi dari cabang ke pusat, sering tidak ditanggapi.

Disinilah biang berbagai sumbatan.

Sekretariat pusat adalah sebuah prasarana sangat penting yang harus segera direvitalisasi.

Demikian juga sekretariat cabang. Dengan alasan efisiensi, komunikasi bisa diganti dgn milis, fb dan sms, cabang2 yang biasa menyewa/meminjam property untuk sekretariat, mengganti dengan numpang alamat dirumah pengurusnya.  Fungsi sebagai "youth center" lenyap. Tidak ada tempat ngumpul, ngobrol keilmuan dsb. Yang menjadi nilai tambah MP dikalangan segmen muda.

Yang belum ada, kemudian harus ada, adalah PADEPOKAN PUSAT, sebagai pusat keilmuan.
Saat ini, dokumen2 penting keilmuan, hasil penelitian, catatan2/buku otentik, laporan perkembangan latihan dari para pelatih dan senior, dokumentasi foto/vcd/pita video/pita suara event keilmuan, tersebar "diselamatkan" para anggota senior.
Rapat dewan guru hanya kalau ada event  di Parangkusumo atau di padepokan Madiun, tanpa referensi dokumentasi.

Kalau konon katanya MP masih moncer, ya ajaib. Harus disyukuri. Masih ada dewan guru dan pelatih yang rajin bekerja tanpa fasilitas. Apalagi gaji!
Hehehehe.

Properti "permanen" yg dipakai sebagai prasarana kegiatan keilmuan ada tiga.

1. Padepokan MP di Madiun. Sekaligus ditempati mas Yadi Mintorogo, Ketua Dewan Guru. Berfungsi sebagai tempat latihan pendalaman para senior, didukung tempat latihan alam di Ngebel, pantai SRAHU di Pacitan dan pantai Ngliyep di Malang selatan. Juga biasa untuk latihan pendalaman sekaligus 1-2 peleton AD/AU/AL, bergantian.
Mas Yadi rajin mentranskrip materi2 latihan pendalaman.
Status tanah padepokan, milik mas Yadi. Sebagian bangunan, gotong royong anggota MP.
2. Padepokan MP Cirebon. Atas upaya ketua MP Cirebon waktu itu, mas E.M.Wongkaren, diserahkan ke MP Cirebon. Berfungsi sebagai tempat latihan dan gedung pertemuan.
3. Pesanggrahan MP di Parangkusumo. Fasilitas pendukung u acara Tradisi MP, UKT Nas dan latihan luar/alam bagi semua cabang. Status tanah, magersari kraton, bangunan, gotong royong MP.

Salam.

 

Powered by EzPortal