Forum Sahabat Silat

Bahasa Indonesia => Aliran Pencak Silat => Topic started by: Gus Nang on 16/06/2007 22:31

Title: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: Gus Nang on 16/06/2007 22:31
Salam kenal...dengan temen2 dari berbagai aliran pencak silat.
saya Gus nang dari perguruan pencak silat POPSI (Pelopor Olahraga Pencak Silat Indonesia) Bhayumanunggal yang masih exis sampai sekarang.mohon berkenan temen2 memberikan informasi mengenai Bhayumanunggal yang dahulu mempunyai guru besar Eyang Ki Joyo Suwito. :)

salam dari perguruan

bhayumanunggal.blogspot.com
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: baruklinting on 17/06/2007 04:09
Di situsnya KPS Nusantara bisa dilihat tuh.
setahu saya sih ada hubungan anatra Perpi Harimurti.
Lengkapnya singgah deh di situs tsb.
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: kisawung on 17/06/2007 10:53
selamat bergabung Gus Nang di sahabatsilat.com  [top]

bagaimana kalau Gus Nang menceritakan dahulu tentang apa itu perguruan Bhayumanunggal dan aliran silatnya berasal dari mana..

ditunggu ya.. :)
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: Sosro_Birowo on 19/06/2007 14:41
Bhayu Manunggal? masih hidup toh?....
wah selamat selamat...selamat datang..
ayo jangan sungkan-sungkan memperkenalkan perguruan anda. Gimana sejarahnya, falsafah atau kaedahnya juga jurus (ada jurus gak?), metode latihan dan alamat tempat latiannya (sekretariat)..mungkin saja banyak yang minat dan mau gabung  :)

...

salam kenal
S. Birowo.
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: bawortanding on 19/06/2007 16:57
EEEEEalah iya....salah satu aliran in yang pernah saya denger waktu saya masih kelas 5 SD, pas lagi seneng2 nya belajar he...
cmn dulu jauh banget antara Banyumas dan Ngayogyakarta he... di kampungku terkenalnya bayumanunggal d djokdja sebagai salah satu aliran kebatinan juga.

Bener ato ga yah...

salam kenal poro sahabat silat
Title: BHAYUMANUNGGAL
Post by: Gus Nang on 23/06/2007 17:49
emm...ya, thanks. tapi kalo dari situs yang laen, ato dari informasi lain ada gak ya :)

sebagai orang beru tentunya saya pengen banget mengetahui sedetailnya, hehehe...
Title: BHAYUMANUNGGAL MASIH EXIST
Post by: Gus Nang on 03/07/2007 18:51
Saya seh juga gak begitu paham juga, cuma dengar2 informasi dari guru besar dulu yagn juga pernah menjabat sebagai Ketua dewan pendekar seluruh indonesia..saya yakin dari temen2 pasti banyak yang tahu, atau mungkin dari sesepuh perguruan temen2.gerak dasar tangan dari bhayumanunggal informasinya sudah mewakili dari banyak perguruan, karena pengembaraan sang guru.
Yang jelas sampai sekarang Bhayumanunggal masih exist, baik dari pencak silatnya maupun dari pengobatannya..kita juga masih sering mangadakan bakti sosial pengobatan gratis.banyak metode yang digunakan ada Prana, Akupuntur, bekam, Akupresure, dll.
untuk Padepokan sekarang berada di Ambar ketawang Gamping Sleman, jogjakarta...petilasan keraton.untuk latihannya sendiri setiap hari minggu mulai jam 07.00 sampai selesai...ada juga di Sleman timur di daerah maguwo, Sleman utara daerah tempel tepatnya, SD N kadirojo, tempel, sleman, jogjakarta.selain itu juga di padepokan malem rebon kami menyebutnya tiap malam rabu jam 20.00.

Bhayumanunggal memang jarang di expose, makanya terlihat gak ada, saya cari di silat indonesia juga gak ada.

dari sinilah saya mau kenalkan perguruan ini kepada sahabat semua...biar jalinan silaturahmi bisa lebih akrab lagi.
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: Maheso_Jenar on 04/07/2007 09:31
Alhamdulillah...selamat datang Gus ..... sudah lama, bayu manunggal tidak terdengar namanya, padahal merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang besar di Kancah Persilatan Indonesia .....
Monggo Gus ...untuk lebih mengenalkan kembali Bayu manunggal ke rekan2 sahabat silat......
 ^:)^ ^:)^ [top]
Title: POPSI BHAYU MANUNGGAL
Post by: Gus Nang on 05/07/2007 19:45
 Bhayu manunggal selain juga bergelut dalam pencak silat, juga bergelut dalam bidang pengobatan...berkembang didaerah jogjakarta.

Minggu 08 Juli 2007 besok, akan diadakan ujian untuk tingkat Badge.bertempat di SD Kadirojo Tempel Sleman Jogjakarta.

Minggu 01 Juli 2007 kemarin diadakan wisuda di kaliurang.

Bhayu Manunggal masih exist.


Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: Gus Nang on 10/07/2007 19:11
Dalam Bhayu Manunggal dikenal 15 gerak dasar tangan...untuk saat ini saya perkenalkan 5 gerak dasar tangan dulu :):

1. Kapyukan
2. Tamparan
3. Pukulan
4. Tebangan
5. Potongan
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: loka on 20/07/2007 21:04
ambar ketawang gamping sleman ?

bukannya itu situs purbakala ? bisa jadi padepokan pak ?

Title: Padepokan Ambar Ketawang
Post by: Gus Nang on 23/07/2007 19:17
 x-))

Emang seh Ambarketawang Gamping sleman yang dijadikan Padepokan POPSI Bhayumanunggal sekarang ini dulunya emang bekas keraton jogjakarta yang pertama kali.disitu masih tersisa beberapa bangunan keraton lama.

Sewaktu Eyang Joyo masih hidup, padepokan bertempat di prawirotaman, namun sepetelah beliau meninggal sekarang berganti di padepokan Ambar ketawang Gamping Sleman, dengan mengangkat guru besar yang baru yaitu Eyang Tarsono.

Pada hari sabtu, malam minggu kemarin tgl 21 Juli 2007, bertempat di SD N Kadirojo, Ngamboh Margorejo tempel, telah diadakan wisuda dan tasyakuran. dengan mengundang banyak macan2 yang sudah tidur,.kemarin menyempatkan diri unruk hadir dalam acara tersebut. sekaligus reoni :).

Banyak yang hadir, baik dari padepokan maupun dari daerah lain seperti kulonprogo,bantul dll. Acara yagn dikemas apik itu mendapat sambutan yang luar biasa dari para raka...hal ini sekaligus sebagai pijakan kedepan untuk pengembangan perguruan.

Hal tersebut dapat di lihat juga di Kompas 23 juli 2007, bagian Jogjakarta, Dikbud, segmen olahraga [top].
Title: GURU BESAR POPSI BHAYU MANUNGGAL
Post by: Gus Nang on 28/07/2007 20:05
Guru Besar POPSI “Bhayu Manunggal” Yogyakarta
Pandita Dharmawirya Ki DJOJO SOEWITO

Lahir dan dibesarkan di lingkungan kampung Prawirotaman. Pelajaran pencak silat yang diterima oleh beliau pada saat itu masih berupa sistim silat pesantren , yang bertumpukan pada jurus dan wiridan. Hal ini masih berlanjut sampai pada saat eyang merantau kedaerah-daerah Jawa, Madura, Bali dan Sumatera. Beberapa daerah yang pernah disinggahi dalam perantauan Eyang untuk memperdalam ilmu pencak silat antara lain:
Jawa Barat – Daerah Banjar, Tasik, Banten, Pandeglang
Jawa Timur – Pacitan, Ponorogo, Bojonegoro dan Madura
Bali – Klungkung
Sumatra – Palembang, Pagarruyung (Minang dan Aceh)
Beberapa sekolah yang pernah diajar Eyang antara lain : SMP N II Bantul, STM Yapera Jogjakarta, SPBMA MM’52 Jogjakarta (1952-1967), SPBMA Indonesia Jogjakarta (1975-), SPBMA PGRI Sleman (1978-)
STIPER (INSTIPER) Jogjakarta.


Kegiatan Organisasi, diantaranya:
-Ketua Badan Inteljen BPRI (Badan Pemberontak Republik Indonesia)Wilayah jogjakarta yang didirikan oleh Bung Tomo.
-Aktif dalam kepengurusan PRN (Partai Rakyat Nasional) mendampingi Mr Djoedi Gondkoesoma (alm).
-Dalam rangka pembinaan laboratorium pencak silat di jogjakarta, beliau turut merintis pendirianya bersama-sama Alm. Bp Tarjonegoro (PASADJA), Alm. Bp Poerwowarso (SHO), Alm.Bp Secodipoero (SHT), Alm.Bp Brototaryo (BIMA),dll. [top]
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: Sosro_Birowo on 02/08/2007 10:15
Sahabat silat,

Salah satu perguruan tua di Jogya : Bhayu Manunggal, masih eksis di Jogya dan menunjukkan keberadaannya dan bahkan kegiatannya diliput oleh koran nasional Kompas.

Selamat untuk Bhayu manunggal
Berikut ku copy pastekan:

Salam
Ian
==


Seni Bela Diri Tradisional Tetap Bertahan Yogyakarta
[/b]
Kompas -

Di tengah maraknya seni bela diri impor terutama dari China, seni bela diri tradisional tetap bertahan. Peminatnya juga tak hanya berasal dari dalam negeri, tapi juga dari turis mancanegara yang tertarik mempelajari seni tradisi Indonesia.

Di waktu mendatang pemerintah harus memberi lebih banyak perhatian untuk kelestarian seni bela diri ini. "Melalui seni bela diri mampu tertanam budi pekerti, ketangguhan, dan rasa tanggung jawab.
Setelah belajar pencak silat, anak-anak akan tahu sakitnya dipukul dan tidak gampang untuk bisa memukul sehingga tumbuh rasa saling pengertian," ujar Ketua II PB Pelopor Olahraga Pencak Silat Indonesia Bhanyumanunggal Didin Hernomo di sela acara wisuda 25 anggotanya di Desa Ngamboh Sleman, Sabtu (21/7).

Dukungan dari pemerintah, lanjut Didin, sangat diperlukan untuk pelestarian dan penggalian potensi yang selama ini belum optimal. Didin menegaskan, dukungan tak harus berupa bantuan anggaran, tapi bisa dalam bentuk kebijakan. "Mestinya di tiap sekolah harus diwajibkan adanya ekstrakulikuler pencak silat," katanya. Saat ini baru sekitar 30 persen sekolah yang mengajarkan bela diri tradisional. Bela diri tradisional itu, antara lain, Perisai Diri, Asat, Tapak Suci, dan Merpati Putih. Uji tanding antara perguruan pencak silat acapkali digelar untuk meningkatkan kemampuan sekaligus promosi.

Belum Mengakui


Pemerintah, katanya, juga masih belum mengakui seni bela diri sebagai warisan budaya. Hal ini terbukti dari kurangnya dukungan dan perhatian pemerintah. Padahal, seni bela diri pencak silat juga sudah menjadi salah satu cabang olahraga di Pekan Olahraga Nasional.

POPSI Bhanyumanunggal yang didirikan sejak 1930 oleh Ki Joyo Suwito kini telah memiliki puluhan ribu murid. Ranting dan cabang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Yogyakarta dan berpusat di Padepokan Ambar Ketawang. "Kami tidak menciptakan jurus tapi hanya melatih gerak dasar untuk kemudian dikembangkan secara pribadi," tutur Didin.

Supaya tidak punah, POPSI Bhanyumanunggal terus melakukan pembenahan organisasi. Mereka juga bertekad menghilangkan stereotip pencak silat hanya untuk kalangan menengah ke bawah. "Kami mencoba menembus lewat akademisi dengan masuk ke sekolah hingga perguruan tinggi," ujarnya.

Selama ini banyak anak muda beralih ke seni bela diri impor karena merasa lebih percaya diri dengan membayar kursus yang mahal. Di POPSI Bhanyumanunggal tiap murid harus membayar iuran Rp 5.000 per bulan. Pengaruhnya seni bela diri impor masih bisa ditekan karena tiap perguruan pencak silat memiliki basis yang mengakar di masyarakat. (WKM)

sumber :http://www.kompas. com/kompas- cetak/0707/ 23/jogja/ 1040172.htm senin 23 uli 2007
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: plt on 20/11/2007 19:23
Salam Pencak Silat,

Menambahkan sedikit untuk melengkapi sejarah POPSI Bhayu Manunggal yang diserap sebagian dari cerita raka-raka murid Eyang Djoyo Suwito, untuk direnungkan dan dikonfirmasikankembali terutama bagi raka pinisepuh, maupun rekan pendekar dari perguruan lain yang mengenal beliau, kadang katut maupun siswa beliau sejak di kebun praktek Kawunganten, kawan pertempuran dengan DI TII Kartosuwiryo di Kawunganten, rekan pejuang pengambil alihan Gudang Mesiu  Lanud Adisutjipto, siwa SPBMA MM dan Indonesia, STM Yapera STIPER/INSTIPER, Kursus keluarga maupun angkatan bersenjata yang masih mengenal beliau. Semoga bisa menambahkan petikan cerita yang merupakan kenangan beliau dalam rangka menyambut rencana MUNAS POPSI Bhayu Manunggal di Yogyakarta pada bulan desember 2007 ini.

Ki Djojosoewito (1889-2000) dan Falsafah Bhayu Manunggal

Biasa dengan panggilan Mbah Djojo oleh kalangan persilatan umumnya atau
Eyang Djojo dalam lingkungan perguruan Bhayu Manunggal. Adalah seorang
yang masa hidupnya dihabiskan di dunia Pencaksilat. Dilahirkan di
Yogyakarta, pada hari Minggu Legi tahun 1889, putra ke tiga Ki
Martoredjo. Beliau bersaudara lima orang, kedua kakak, perempuan dan
laki-laki, kedua adik perempuan semua, dari trah  Wangsa Manggala,
Prajurit Pangeran Diponegoro. Mewarisi seni beladiri dari leluhurnya.
Beliau dibesarkan di kampung Prawirotaman Yogyakarta, pada masa mudanya
lebih dikenal  dengan julukan  Djojo Ngali. Di kemudian hari nama
tersebut di tanggalkan karena dianggapnya tidak sesuai lagi dengan
masanya. Hingga akhir hayat Mbah Djoyo tidak berputra, sehingga kedekatan kepada murid-muridnya seperti kepada anak-anaknya sendiri.
Kesederhanaan kepribadian beliau sejakremaja memudahkan pergaulannya kesemua lapisan masyarakat. Demikian pula pergaulan dikalangan perguruan seni beladiri Nusantara ini, mulai dari daerah-daerah di pulau Jawa hingga Ranah Minang. Banyak kawan  upaya tak berlawan adalah  bagian dari motto yang dapat dipetik dari beliau. Hingga suatu saat, si putra Jawa yang mewarisi ilmu seni beladiri darileluhur Jawa  ini menciptakan ilmunya yang bercorak, ragam dan isi Nusantara diberi nama Bhayu Manunggal  yang mengandung arti : Unsur  yang
terpadu  menjadi  pedoman  mewujudkan  kesempurnaan.

Dalam situasi zaman yang serba sulit di awal bangkitnya kesadaran
berkebangsaan itulah Ki Djojosoewito muda berkembang mencari bentuk
kehidupannya. Semangat perjuangan yang demikian dalam tertanam di sanubari
Ki Djojosoewito muda mendorongnya untuk senantiasa berbuat sesuatu bagi
bangsanya. Beliau mulai menyebarkan tata beladiri yang dikuasainya secara
diam-diam, melalui lingkungan budaya kesenian, pribadi-pribadi,
pertemanan, kekeluargaan, berpindah-pindah tempat dari satu daerah ke
daerah yang lain. Belanda selalu memata-matai orang – orang seperti
beliau, namun dengan perkenan Tuhan Yang Maha Kuasa,  sekalipun  beliau
tidak pernah tersentuh.

Perubahan yang luar biasa dialaminya ketika bala tentara Jepang menguasai
Indonesia. Para Pendekar justru diberi keleluasaan menyebarkan ilmunya.
Tidak jarang para pendekar jago-jago negeri Sakura saling mengasah ilmu
dengan pendekar-pendekar lokal. Hal ini biasa dialami Ki Djojosoewito. Dan
mulai saat itu Bhayu Manunggal diajarkan lebih terbuka, dengan program
melalui kursus-kursus jangka pendek bagi lembaga, instansi pemerintah
yang membutuhkan dan generasi muda yang berminat. Sebagian besar
pribadi-pribadi tersebut melanjutkan pendalam  dan masuk menjadi anggota
perguruan Bhayu Manunggal yang bersifat kekeluargaan. Ketika itu Ki
Djoyosoewito tidak dianugerahi putra, murid-murid  dianggapnya anak
anaknya sendiri. Masing-masing dikembangkan berdasarkan bakat yang
dimiliki.

Setelah kemerdekaan Indonesia dikumandangkan,  jiwa dan semangat para
pendekar semakin bergelora untuk mewujudkan identitas seni tata beladiri
Nasional. Ki Djojosoewito yang tergolong kelompok tua, berupaya mendorong
para pendekar muda membentuk wadah untuk mempersatukan tata beladiri
Nusantara ini. Buah dari semangat para Pendekar tersebut pada tahun 1948
di Solo, di wakili beberapa perguruan  yang menghadiri pertemuan dapat
didirikan cikal bakal IPSI. Perwakilan ini  kemudian  menjadi 10 Perguruan Historis.
(Gus Nang, nyuwun sewu mohon dikonfirmasikan dengan Kang Oong Maryono)

Ki Djojosoewito yang mewarisi tata beladiri dari lingkungan prajurit
tempur, menurunkan ilmunya seperti cara yang dipahaminya. Sederhana
sesuai kepribadiannya dan mendasar. Mudah dipahami dan dikembangkan
sesuai keinginan. Bagian dari prinsip hidupnya adalah Prasaja, ojo
kumowasis, ojo kumalungkung, ojo nggumunan, andap asor, sapada-pada.
Sikap hidup mBah Djojo ini, diterapkan terhadap anak-anak asuh
(murid-murid beliau) dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak murid yang
kulino nyantrik di padepokannya diterapkan sikap  sederhana. Disini semua
dibiasakan untuk menyiapkan, mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan diri sendiri ataupun untuk keperluan latihan perguruan, dengan
tidak membedakan siapapun dan apapun tingkatnya,  bekerjasama tanpa
pamrih.

Gaya atau sistim dengan konsep tempur tersebut tetap dipertahankan dan melekat pada pengembangan ilmu Bhayu Manunggal, hingga kini (merupakan bagian dari  aspek beladiri dan mental spiritual/bathin), bahkan konsep dengan
gelar-gelar laskar pasukan tempur tradisional medan terbuka masih
merupakan bagian dari ilmu Bhayu Manunggal yang dilestarikan dan
diturunkan pada siswa keluarga yang telah berada pada tataran tertentu.

Pada awal konsep sabung bebas ini di ajarkan terbuka untuk umum, sempat
menimbulkan  pro kontra di kalangan aliran perguruan silat tanah air
khususnya pulau Jawa. Pada perkembangan kemudian justru gaya ini menjadi
konsep berbagai aliran seni beladiri modern masa kini.

Setelah kemerdekaan RI selain melalui Padepokan Pencaksilat, beliau menyebarkan ilmunya di berbagai  lapisan masyarakat, baik secara pribadi ataupun berkelompok, kursus pencak silat yang diadakan  /diselenggarakan oleh para tokoh pencaksilat  maupun instansi pemerintah, beliau sebagai guru panggil.
Disini biasanya beliau memberikan latihan untuk tingkat lanjut (teknik
pertarungan bebas). Beberapa sekolah yang pernah diajar Mbah Djojo antara
lain : SMP N II Bantul, STM Yapera Jogjakarta, SPBMA MM’52 Jogjakarta
(1952-1967), SPBMA Indonesia Jogjakarta (1975-), SPBMA PGRI Sleman
(1978-), Sekolah Tinggi Perkebunan (STIPER/INSTIPER)  menjadi
kurikulum/mata kuliah wajib. Murid- muridnya telah pula melatih Pasukan Komando TNI. Yaitu antara tahun 1968-1970, beberapa orang  siswa keluarga  perguruan Bhayu Manunggal melatih Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU Lanud Adisucipto Yogyakarta. Model latihan ini merupakan awal masuknya  Pencaksilat ke jajaran Pasukan Komando TNI.

(Bagian pertama)

Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: CrYPTON on 20/11/2007 22:52
Salam kenal...dengan temen2 dari berbagai aliran pencak silat.
saya Gus nang dari perguruan pencak silat POPSI (Pelopor Olahraga Pencak Silat Indonesia) Bhayumanunggal yang masih exis sampai sekarang.mohon berkenan temen2 memberikan informasi mengenai Bhayumanunggal yang dahulu mempunyai guru besar Eyang Ki Joyo Suwito. :)

salam dari perguruan

bhayumanunggal.blogspot.com
salam kenal juga ya
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: plt on 26/11/2007 12:54
(Bagian Kedua)


Sejarah Perguruan Bhayu Manunggal
Tata gerak, sistim latihan, gaya/style pertarungan yang diterapkan, secara teknis sangat memenuhi syarat untuk dimiliki  dan melengkapi keterampilan pasukan perang. Murid- muridnya telah pula melatih Pasukan Komando TNI. Yaitu antara tahun 1968-1970,beberapa orang  siswa keluarga  perguruan Bhayu Manunggal melatih Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU Lanud Adisucipto Yogyakarta. Modellatihan ini merupakan awal masuknya  Pencaksilat ke jajaran Pasukan Komando TNI.
Sejak masa muda, beliau terbiasa bersahabat dan bergaul dekat dengan tokoh-tokoh persilatan Nusantara dari daerah-daerah Jawa, Madura, Bali dan Sumatera. Beberapa tokoh tersebut berasal dari antara lain :JawaBarat – Daerah Banjar, Tasik, Banten, Pandeglang, Jawa Timur – Pacitan,Ponorogo, Bojonegoro dan Madura, Bali – Klungkung, Sumatra – Palembang,Pagarruyung (Minang dan Aceh). Juga para tokoh/praktisi seni beladiri lain dari luar Nusantara, misalnya di lingkungan klenteng Cina dan perkumpulan kung fu cina (sam bang po – Pathuk Yogyakarta) dan prajurit bala tentara Jepang. Pergaulan yang luas ini diantaranya mempengaruhi ciri-ciri ilmu yang diciptakannya di kemudian hari. Adalah hal biasa pula bagi beliau, menyebarkan ilmu kepada pribadi-pribadi muda, walaupun bukan muridnya sendiri. Ilmunya menyebar secara tidak langsung di dalam berbagai aliran perguruan Nusantara dan luar Negeri. Berdasarkan falsafahnya bahwa beladiri adalah kodrat makhluk hidup.
Manusia berhak belajar dan mengajar. Hal ini diantaranya yang mendasari sikap beliau dalam menyebarkan ilmunya. Hal ini pula yang pada suatu masa membawa beliau  berada dan mengasuh salah satu  Perguruan Historis IPSI.
Beliau sempat merintis pendirian laboratorium Pencak silat di Djogyakarta bersama-sama (alm) Ki Tarjonegoro(PHASADJA),(alm)Ki Poerwowarso (SHO), (alm)Ki Secodipoero (SHT), (alm) Ki Brototaryo (BIMA),dll.
Pada masa muda aktifitas perjuangannya melalui badan-badan organisasi diantaranya  sebagai Ketua Badan Intelejen BPRI (Badan Pemberontak Republik Indonesia)Wilayah Djogjakarta yang didirikan oleh Bung Tomo. Dan aktif dalam kepengurusan PRN (Partai Rakyat Nasional) mendampingi Mr Djoedi Gondkoesoma (alm).
Pada antara tahun 1950 - 1965, ketika situasi politik sedemikian rupa, nuansanya secara perlahan merasuki perguruan beladiri negeri ini.  Rasa “super” para tokoh perguruan pencak silat masing-masing ingin ditonjolkan namun kurang didukung dengan kemampuan berorganisasi, lambat laun hubungan didalam perguruan masing -masing tidak harmonis, akibatnya banyak perguruan di pulau Jawa yang pecah, khususnya di Yogya. Perguruan tua pecah menjadi beberapa perguruan.
MBah Djojo yang menyebarkan ilmu demi lestari dan berkembangnya seni beladiri bangsa ini, merasa gerah dan geram melihat situasi. Beliau kemudian menjaga jarak dan melepaskan diri dari lingkungan yang tak nyaman tersebut. Beliau sangat prihatin mengamati kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak dalam bentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Padahal semasa mudanya  semangat dan jiwa bangsa dibangun dengan mengorbankan jiwa raga para pejuang demi persatuan dan kesatuan bangsa tersebut. Ketika itu pintu perguruan Bhayu Manunggal tetap terbuka selebar-lebarnya bagi generasi muda yang berasal dari kelompok atau golongan manapun tanpa kecuali, dengan tujuan melestarikan tata beladiri sebagai seni budaya bangsa. Dalam kekecewaan tersebut, Ki Djojosoewito sempat bersikap dengan membentuk organisasi pencak silat antara lain ;
Pencak Ikhlasing Rasa Persatuan Indonesia (PERPI) – ( bukan
salah satu perguruan historis IPSI hanya sama nama ),
Rasa Manunggaling Timbuling Kasantosan (ROMANTIKA) dengan pengurus
Drs.V.Munandir(alm),Agus Sugeng SH, Prof.Dr.Ir.Joko Prayitno Msc).

Untuk lebih mempertegas sikap dalam rangka pengembangan organisasi dan atas desakan beberapa  generasi muda siswa keluarga Bhayu Manunggal senior, yaitu : Ragil Sardjono(alm),Ir.Cahyo Suryono(alm), Agus Sugeng SH, Drs. Suharto, Mayor Drs. Hery Warso(alm), Drs.V. Munandir (alm) serta Ki Djojosoewito(alm) sebagai Guru Besar Perguruan maka pada hari Minggu Kliwon tanggal 26 Juli tahun 1970 Masehi, didirikan Pelopor Pencak Silat Indonesia disingkat  POPSI sebagai wadah organisasi yang bebas dari nuansa politis, yang merupakan badan
organisasi dari Perguruan Bhayu Manunggal. Kata “Pelopor” diambil untuk menandai bahwa organisasi Perguruan Bhayu Manunggal bebas dari lingkungan atau kelompok yang bernuansa politik.

Saat itu, pada dekade akhir tahun 60an walaupun suhu politik meningkat dan situasi ekonomi memburuk dunia pencak silat negeri ini, seperti bangun dari tidur panjangnya. Pemerintah mulai memperhatikan seni budaya tata beladiri bangsa ini.  Perguruan-perguruan persilatan tua walaupun telah telah terpecah berbenah diri, perguruan-perguruan muda pecahan dari berbagai aliran bermunculan, seiring dengan masuknya seni beladiri import berbagai aliran dari bangsa Asia. IPSI aktif membenahi sistim organisasinya. Demikian pula Perguruan Bhayu Manunggal. Sejak berdirinya POPSI, aktifitas organisasi meningkat. Oleh siswa-siswa senior didirikan cabang-cabang organisasi POPSI diberbagai daerah. Setiap event yang diselenggarakan IPSI diikuti sebagai wujud kebersamaan.


POPSI Bhayu Manunggal
Antara tahun 1970-1980. Setelah beberapa tahun berdirinya POPSI sebagai organisasi, para  siswa keluarga Perguruan Bhayu Manunggal yang sudah lebih dahulu mendirikan organisasi, di inventarisasi, agar supaya kelak tidak kehilangan sumber ilmu. Berdasarkan kesepakatan organisasi, semua bersatu dalam satu bendera. Sebagai induk organisasi dibentuk Pengurus Besar POPSI Bhayu Manunggal. Kepengurusan pertama PB. POPSI Bhayu Manunggal  di motori oleh tiga orang : Ir. Widodo,  Drs. Warie Suharyanto,    R. Subur BA.
Sejak saat itu Perguruan Bhayu Manunggal berkembang melalui organisasi
POPSI Bhayu Manunggal. Tidak berbeda dengan perguruan-perguruan Pencak
silat yang lain di Nusantara. POPSI Bhayu Manunggal menyebar kesemua
penjuru tanah air dan manca negara. Pada dekade kedua PB. POPSI Bhayu
Manunggal, jalannya organisasi POPSI Bhayu Manunggal semakin solid, motor
organisasi menjadi empat orang : Ir. Wododo, Drs. Warie Suharyanto, R.
Subur BA dan Ahmad Husein Indrajaya Bsc. Organisasi  Perguruan sejak
berdirinya POPSI 1970, aktif mengikuti kegiatan persilatan
nasional/internasional . Beberapa siswa laga, dari beberapa daerah/ negara
selalu mewarnai persilatan nasional dan internasional.

Tercatat dalam pengembangan organisinya beberapa tempat latihan didirikan dan kurang dapat dikoordinasikan dengan baik antara lain :

1.   Cabang Borobudur (Mas Bakri, mas Dorie)
2.   Cabang Nusawungu-Kroya (Mas Imamudin)
3.   Cabang Pati (Mas Bowo)
4.   Cabang Wonosari – Dep. Transmigrasi, Kepek)
5.   Cabang Babarsari (Mas Djoko Santosa – UPN)
6.   Cabang Nanggulan, Sentolo (Mas Ngakoid)
7.   Cabang Kauman Yogyakarta (Mas Kofa)
8.   Cabang Brito Yogyakarta (Mas Yatno)
9.   Cabang Bekasi (Mas Daryanto)
10.   Cabang Tangerang (Mas Ichsan)

Beberapa cabang yang dengan baik masih berdiri sampai sekarang antara lain,
1.   Cabang Sleman, tersebar di banyak ranting
2.   Cabang Bendungan,Brosot - Kulonprogo
3.   Cabang Sleman, Padepokan Gamping

Sesuai dengan falsafahnya, bahwa beladiri adalah kodrat makhluk hidup. Maka demikian pula penyebaran ilmu Bhayu Manunggal berlangsung alamiah, melalui para pribadi yang pernah berguru secara pribadi langsung kepada Ki Djojosoewito sejak Perguruan Bhayu Manunggal berdiri maupun melalui siswa-siswa senior setelah dibentuknya badan organisasi POPSI yang kemudian menjadi POPSI Bhayu Manunggal. Hingga kini masih banyak pribadi-pribadi yang memiliki ilmu Bhayu Manunggal belum terjangkau oleh komunikasi Keluarga Besar Bhayu Manunggal baik di tanah air maupun di luar negeri. Sangat disayangkan apabila suatu saat kelak ilmu Bhayu Manunggal sebagai asset  peradaban manusia yang diciptakan oleh mendiang Ki Djojosoewito larut oleh zaman, lenyap tak berbekas. Sebagai penutup dari sejarah perguruan ini, untuk pengeling-eling weling Sang Guru Besar bahwa     Perguruan Bhayu Manunggal bersandar dan berlindung kepada Tuhan yang Maha Kuasa bersifat kekeluargaan dengan organisasi Pelopor Pencak Silat Indonesia (POPSI) yang tidak bernaung di dalam organisasi atau partai politik manapun. Weling yang wajib direnungi setiap insan Bhayu Manunggal, dalam melestarikan tinggalane sang Guru.

Pada bulan September hari Minggu Legi tahun 2001 Masehi, Ki Djojosoewito alias Pandita Dharmowiryo, Guru Besar Perguruan / Pencipta Ilmu Bhayu Manunggal tutup usia setelah sakit sepuh beberapa waktu. Meninggalkan ilmu Bhayu Manunggal pada para muridnya yang tersebar dipersada Nusantara ini dan luar Nusantara, dimana sebagian besar para murid tersebut belum berkomunikasi bahkan diantaranya belum saling mengenal. Sepeninggal beliau adalah merupakan kewajiban para murid tersebut untuk memelihara, melestarikan ilmu yang dimiliki masing – masing sebagai khasanah budaya bangsa yang diharapkan kemudian dapat diserahkan pada generasi berikut dari bangsa ini.

Dipetik dari tulisan raka : Warie Suharyanto
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: plt on 28/11/2007 20:43
Salam pencak silat,

Untuk rekan yang ingin mendalami tambahan dalam mengenal Guru Besar POPSI Bahyu Manunggal dari sisi pembicaraan raka senior, khususnya mas O'ong mungkin akan lebih baik kalau dilengkapi dengan masuk kedalam websitenya kps nusantara berikut :

http://www.kpsnusantara.com/cgi-bin/yabb2/YaBB.cgi?board=Malay;action=display;num=1043385722

Terima kasih kang O'ong yang mengingatan kembali kenangan kami kepada Bapak Guru kami. Thanks a lot
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: gulang on 20/02/2008 16:45
Thx infonya mas PLT...adik saya kebetulan blajar Bhayumanunggal juga tapi sampai sekarang masih blom tau ttg sejarah Mbah Joyo.  [top]
Title: Re: Salam kenal, salam pencak silat indonesia, DARI BHAYUMANUNGGAL
Post by: plt on 16/03/2008 19:04
mas Gulang,

Itu hal yang sangat wajar, sama seperti apa yang selalu disampaikan eyang, bahwa beliau memang tidqk mau dijadikan kultus. Yang penting sebagai pewarisnya kalau kita mengikuti selallu apa yang diajarkan bahwa kita harus selalu, kober -mampu menempatkan diri dimana kedudukan kita maka bukanlah hal yang terlalu sulit untuk mengangsu kawruh dari para senior Bhayu Manunggal. Salam Silat. Plt