Pencak Silat Persatuan Hati (PH)

[samber gledek]

@ samber gledek

Griya Bukit Jaya, Gunung putri Mas

Mas Phong kalau kasih alamat didkit dikit ... he..he.. mAs Kalau Griya Bukit Jaya kan luas ada lamat lengkap nggak mudah2an suatu waktu bisa mampir he..he..

[mas_phong]

@samber gledek

Mas,.. contak email PH di bogor : persatuanhatibogor@yahoo.co.id

Salam,

[mas_phong]

http://pencaksilatphbantul.blogspot.com
http://pencaksilatphbogor.blogspot.com

[Sosro_Birowo]

sundul lg nih thread

Dalam perjalanan berselancar di dunia maya, menemukan sebuah artikel menarik dari blognya PH Bogor. Cekidot:

Sejarah Persatuan Hati (PH).

Menurut Penuturan Mendiang Bpk FX.Marto Harjono Kepada Siswa Baru:
Pada awal 1920 an di Jogjakarta ada paguyuban/perkumpulan pencak yang merupakan para ahli waris dari sisa-sisa prajurit Pangeran Diponegoro dari Trah Wongso Manggolo, mereka tergabung dalam perkumpulan " Be United" tujuan dari paguyuban ini adalah nguri-uri atau melestarikan warisan budaya /seni dan nilai perjuangan Pangeran Diponegoro.

Pada awalnya pencak yang diajarkan dalam perkumpulan ini adalah pencak dari keturunan prajurit Mataram sejak jaman Panembahan Senopati, pada jaman itu pencak diajarkan hanya untuk prajurit dan perwira, serta ksatria Mataram.

Ketika pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, banyak prajurit P.Diponegoro yang kocar-kacir melarikan diri dari kejaran tentara Belanda ke seluruh pelosok pulau jawa, untuk menghindari penangkapan. Sedangkan yang tersisa dan sembunyi di wilayah jogjakarta mereka membentuk suatu paguyuban secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Tokoh tokoh "Be United" yang sering disebut-sebut dikalangan PH antara lain: Rm Mangku Pujono(Guru Besar), Rm Nardi, Mbah Djoyo, Pak Wignyo dll.

Pada akhirnya tahun 1927 "Be United" secara terbuka mengubah nama menjadi " Persatuan Hati" yaitu Perkumpulan Pencak "Persatuan Hati" ini dikarenakan didirikan oleh para sesepuh/pendekar sepuh di kalangan Ngayogjokarto hadiningrat, dan para sesepuh mendapat mandat dari kasultanan untuk menyebar luaskan ke masyarakat. Tujuanya adalah agar nilai-nilai keprajuritan/bela negara dapat diajarkan ke masyarakat umum.

Menurut buku lama "PH" yang masih berjudul "Be United" disebutkan para sesepuh PH belajar bersama-sama ilmu pencak di sebuah lereng "gunung sempu" . Sebuah lereng pegunungan didaerah barat daya kota jogjakarta
http://pencaksilatphbogor.blogspot.com/

Ckckckc..baru tahu kalo tahun 1927 adalah tahun kelahiran PH..lama bener ya...
Pertanyaannya, apakah nama2 yg disebutkan di atas, adalah eks prajurit?
atau berguru dengan para prajurit trah wongso manggolo??

[mas_phong]

Baik, menjawab pertanyaan dari mas Sosro_Birowo,.
- Kalau nama" yg disebutkan di atas merupakan exs. prajurit P. Diponegoro, tentu jawaban kok tidak mungkin,....rentang waktunya terlalu jauh,...Perang P. diponegoro (Perang Jawa bergulir kira" thn 1825 s/d 1830) ,...tapi kalau dibilang belajar dari ahli waris Prajurit P diponegoro, itu lebih masuk akal...misalnya para sesepuh PH belajar dari Bapak" beliau atau belajar dari kakek" beliau,..
Tapi begini,...ketika saya masih belajar di gabusan, kepada Mendiang Bpk Marto Harjono,..pernah suatu ketika beliau mengasih kesempatan kepada kami para muridya untuk bertanya,...silahkan tanya apa saja bebas,....ada salah satu rekan saya yg menanyakan " Pak,... Para sesepuh PH itu belajar ilmu pencak dari mana/ dari siapa?. Jawaban Beliau adalah " Para sesepuh PH tidak pernah menyebutkan dari mana dan dari siapa mereka mendapatkan Ilmu pencak, hanya saja para sesepuh belajar ilmu pencak bersama-sama di sebuah lereng gunung sempu." ini jawaban dari beliau yg kurang lebih disampaikan sekitar  22/21 thn yg lalu ( thn 89/90) . 

[mas_phong]

Baik ada tambahan informasi dari saya buat SS,.......
Dulu kira" 18 thn yg lalu saya pernah di kandani (diberitahu) oleh putra salah satu sesepuh dan tokoh penting di PH,....Beliau adalah temen saya,....dan pernah di ceritain oleh mendiang Romo/bapak beliau,...
Bahwa sebenarnya, dulu semua pencak aliran sepuh yg ada di tlatah jogjakarta adalah masih " Tunggale kabeh" kemudian beliau menyebutkan : Romo Nardi (Tunggal Hati) di plengkung gading, Mbah Djoyo (Bayu Manunggal) di prawiro taman, Mbah Wigyo dan pak Tarjo ( Phasaja) di Bausasran, Romo Wiji Hartani di Mbeji, kemudian pak Broto ( Bima) di Bronto kusuman, dan Romo Hari Murti di Ndalem Tejokusuman, dan Pak suko (Perpi) serta Romo Mangku (PH) masih ada hubungan saudara/Tunggale,......menurut beliau informasi ini tidak banyak orang yg tahu, kecuali para sesepuh dan orang " tertentu saja,........     

[si faqih]

semakin menarik.....ijin nyimak

[mas_phong]

Tambahan lagi dari saya,..
Masih menurut penuturan Mendiang Bpk FX Marto Harjono kepada kami murid " PH,....

" Dulunya para leluhur perkumpulan pencak ini,....merupakan para prajurit mataram, yang tergabung dalam pasukan/prajurit " telik sandi" dan juga prajurit yg bertugas sebagai pengirim pesan (Kurir) dijaman itu,....."


Kemudian menyambung cerita temen saya yg ngandani (memberitahu) saya
" Dulu Romo/bapak pernah bercerita,... sewaktu masih muda (jauh sebelum RI terbentuk/Merdeka),....Bapak sering mendapat tugas/mandat dari penguasa pada waktu itu, untuk mengantarkan pesan dan untuk mengajarkan pencak ke negari/negara lain di Nusantara,......Temen saya menyebutkan,......kearah barat ke negari pasundan,....kearah timur,....ke bawean madura dan bali,......serta jawa bagian timur,.....kemudian ke tanah minang di sumatera dan ke Makasar sulawesi,.....Karena menjalankan tugas dan mandat penguasa saat itu,..........Bapak/romo sampai sering lupa memikirkan keluarga yang di tinggalkanya,.......karena kalau sedang menjalankan tugas ,.....sampai berbulan " bahkan sampai bisa dalam waktu hitungan tahun,......"
Kemudiaan saya bertanya ke beliau " Siapa yang ngasih tugas pada waktu itu?",...Di jawab oleh temen saya,......Bapak mendapat tugas/mandat dari pemerintahan Kraton,..../Kasultanan,.....". Kalau ini merupakan perjuangan pergerakan bawah tanah,....untuk melawan penjajah/ Belanda,........

Mungkin dari informasi diatas bisa di cari kesimpulan bahwa jauh-jauh sebelum RI berdiri sudah ada hubungan antar pemerintahan pada saat itu, dan sudah ada saling silang /pertukaran budaya dan pertukaran para pendekar pencak/silat untuk saling belajar dan mengajar ke daerah lain,.....