salam sahabat, ini thread baru saya sebagai member baru, jadi mohon maaf kalau ada salah karena saya juga baru mengenal dunia silat yang memang kaya dan luas, semakin digali, semakin kita merasa kurang
beberapa saat lalu saya iseng membaca artikel pencak silat di wikipedia dan di sana ada kutipan yang mengatakan bahwa bela diri pulau nias adalah contoh silat yang belum terpengaruh oleh budaya luar nias. dengan kata lain sile ono niha adalah murni dan original, menurut artikel tersebut.
Saya merasa tersentil membaca artikel ini karena saya sendiri anak asli keturunan nias, akan tetapi saya lahir dan dibesarkan di metropolitan yang bikin saya buta akan budaya sendiri. Belum lagi karena saya selama ini baru sekali ke nias bareng keluarga karena keterbatasan biaya
Pulau nias sendiri memiliki sejarah yang panjang tentang pertikaian antara berbagai kelompok adat yang hidup di sana. Ada satu kebudayaan nias yang tidak banyak diketahui orang yaitu kebudayaan memburu kepala atau magai hogo. Orang nias memenggal kepala2 lawannya dan memajang kepala tersebut sebagai tolak ukur reputasi, kekayaan, hingga kebangsawanan (cmiiw). Daerah nias yang dipenuhi konflik kekerasan dan dilatar belakangi budaya seperti ini menurut saya adalah ladang yang subur bagi lahirnya sistem beladiri yang mematikan.
Jadi, saya coba cari informasi tentang sile ono niha ini, dan sejauh penelusuran saya, sile ono niha mempelajari tentang titik2 tertentu pada tubuh manusia sebagai sasaran serangan andalannya yaitu totokan. Pendekar dapat menjatuhkan lawannya hanya dengan satu jari saja dan sebagaimana ilmu beladiri kuno lainnya, sile ono niha penuh dengan berbagai teknik seperti pukulan jarak jauh hingga transformasi manusia menjadi harimau besar.
Hal lain yang saya dapatkan adalah pada umur saya yang 20 tahun ini saya baru tahu kalau bapak saya adalah pesilat, paman saya ternyata adalah pelatih sile ono niha di nias, dan alm kakek saya bahkan memiliki teknik tinggi sehingga dapat berubah menjadi harimau besar. Maklum beliau dulu kepala adat sehingga beliau dan anak anaknya wajar bila dibekali ilmu sile.
Ketika saya minta bapak saya ajarkan beliau bilang kalau beliau selalu mengiyakan tapi melihat waktu kerja beliau dan umurnya yang sudah tidak muda dan jarang olah raga saya memaklumi dan tidak mau memaksa beliau, apalagi bapak memang tsudah hampir tidak mempraktekkan sile, sedangkan untuk belajar dengan paman saya harus ke nias dulu, jauh, butuh duit, butuh waktu.
Pada saat ini saya menemukan sile ono niha memang mulai tidak mendapat tempat di hati pemuda-pemuda nias, dan saya tidak mau ini punah. Cita-cita saya sih saya bisa suatu saat meneliti tentang sile ono niha dan mendokumentasikannya dalam bentuk buku agar ilmunya tidak punah.
Pengetahuan saya tentang silat sendiri masih cetek, jujur saya baru 2 bulan belajar silat di mp,
Jadi buat sahabat-sahabat yang punya pengetahuan mengenai
Sile Ono Niha ini monggo di share jangan malu-malu bagi-bagi pengetahuan