Cerita ini bukan nyata dan merupakan imaginasiku belaka, jika ada nama atau kondisi yang kebetulan sama...please jangan dimasukin hati atau di pikirin tapi abaikan saja..., namanya juga cerita.
Aku persembahkan cerita ini untuk sahabat silatku yang baik dan terimakasih sudah menjalin persahabatan yang penuh kekeluargaan dan saling menimba ilmu bersama. Buat Bang Ochid my prince of Batavia, Bang Naga si Pamanah Rasa, Culix alias si Dodol Buluk dengan aura kuningnya dan Sunan Respati si pendekar Kecemete, please maaf kalo ada salah kata dalam cerita ini.
Bang Naga, jangan lupa kacang dan kopinye diedarin.
Buat Culixxx, dah pamit belon ama istri.., nih cerita bisa sampai larut bacanye..
Bang Ochid jangan sakit pinggang ya? karena kelamaan nongkrongin.
Sunan KECEMETE... duh.. wajah tampanmu menarik siape nih..., pasti asyiikk deh cerita ini buat kamu..
So buat sahabat yang lain, silahkan menikmati cerita ini.
LIMA (5) PENDEKAR"
EPISODE:
PERTARUNGAN MELAWAN KAPAK HITAM
Siang itu di Lembah Bambu Kuning….
Terjadilah pertarungan antara utusan Kerajaan di Lembah Bambu Kuning melawan murid Perguruan Kapak Hitam tidak dapat dihindarkan lagi.
Lembah Bambu Kuning terletak di wilayah perbatasan kerajaan di daerah selatan Tanah Jawa. Siang yang terik di Lembah Bambu Kuning tak lagi sunyi seperti biasanya, gemuruh adu kekuatan antara pendekar dan lawan mengiringi pertarungan yang cukup hebat. Lembah Bambu Kuning dikenal dengan lembah hijau yang sunyi dan sejak 3 tahun terakhir jarang ada yang berani melewatinya, itu karena perbuatan dari murid Perguruan Kapak Hitam.
Sudah sejak lama perguruan itu selalu menentang kerajaan dengan ulahnya membuat masyarakat desa serta beberapa wilayah kerajaan tidak aman. Banyak laki-laki yang mereka culik dari keluarganya dan hasil pertanian yang mereka rampas untuk membangun kerajaan mereka. Perguruan Kapak Hitam dipimpin oleh Ki Durgo Suryo Pakso, yang memang terkenal dengan ajarannya yang kejam dan menyalahgunakan ilmu silatnya untuk membunuh.
Utusan dari desa menghadap raja untuk melaporkan kedaan desa mereka yang tidak lagi mempunyai energi kehidupan. Sebenarnya prajurit kerajaan sudah dikerahkan untuk memperingatkan mereka, akan tetapi kesaktian dan kekuatan yang dimiliki oleh perguruan itu mampu membobol pertahanan sehingga banyak pasukan yang mati oleh peperangan kecil tersebut. Masuknya murid Perguruan Kapak Hitam ke dalam kerajaan semakin memperkeruh kondisi di dalam pemerintahan kerajaan itu sendiri. Pengkhianatan dan pertikaian di dalam wilayah kerajaan membuat raja sulit untuk mempercayai para menteri dan pejabat kerajaan. Hanya juru kunci kerajaaan Ki Soemo dan Pendekar Pengampun yang bisa menjadi tumpuan raja dalam mengatasi masalah tersebut.
Keputusan Raja Suryo Panunggal untuk berperang terpaksa dikeluarkan ketika perbuatan dari para murid dari Perguruan Kapak Hitam merusak ketentraman masyarakat kerajaan menjadi semakin merajalela dan tidak lagi mengindahkan peringatan raja. Untuk itu raja memerintahkan juru Kunci untuk mengumpulkan “Pendekar 4 Penjuru” dan menyusun strategi dalam menghadapi kebiadapan perguruan Kapak Hitam.
Kerajaan Banyu Biru memiliki 4 penjaga gerbang wilayah kerajaan yang masing-masing dipimpin oleh pendekar dari 4 Perguruan setia kerajaan. Masing-masing pemimpin wilayah tersebut mempunyai keunggulan dalam jurus dan teknik yang tidak terkalahkan. Bukan ilmu kanuragan yang mereka miliki, tetapi pemberian Sang Pencipta yang luar biasa istimewa kepada mereka sebagai hadiah kepada raja.
Di Gerbang Utara dijaga oleh Pendekar Cilik yang terkenal dengan "Jurus 7 Gerak Saka" dan selalu berhasil membendung musuh yang dihadapinya. Gerak dan langkah Orray bagaikan ular mampu mengelabui musuh untuk masuk dalam penjuru lepasannya. Sebagai pasukan pengintai kerajaan, Pendekar Cilik cukup dapat diandalkan dan menjadi kekuatan barisan pertama kerajaan. Tanpanya, maka kerajaan tidak akan mampu menerobos pertahanan lawan, terutama dalam mencari petunjuk mengenai keadaan lawan. Sifat keingintahuannya yang tinggi sering hampir mencelakakan dirinya sendiri.
Pendekar Cilik dari Gerbang Utara juga dikenal sangat loyal dan ramah oleh para pendekar di Tanah Jawa. Postur tubuhnya yang kecil dan gerakannya yang lincah menunjang keampuhan 7 Gerak Saka dalam melumpuhkan lawan. Auranya memancarkan kesetiaan dan kebersihan hatinya membuatnya sangat disegani walaupun tingkah konyolnya sering membuat pendekar yang lain mengkhawatirkannya.
Pendekar Nagapasa yang dikenal dengan "Pendekar Pemanah Rasa“ bersenjatakan panah 7 Naga memimpin Gerbang Selatan. Gerbang Selatan dikenal dengan "Pintu Maut“, karena Nagapasa maka raja menggunakan strategi "Giring Kidul“ yang cukup handal dalam mendesak musuhnya untuk berada di wilayah selatan dan berhadapan dengan pasukan Nagapasa. Panah 7 Naga sungguh tidak bisa diampuni oleh musuh kerajaan, kekuatan Nagapasa sangat tidak tertandingin. Sebab kekuatan yang dimiliki hampir menyamai dengan kekuatan 100 pendekar. Langkah dari "Jurus Suliwa" yang sigap dan tidak bersuara mampu melemahkan musuh dari jarak jauh. Pintu Maut di Gerbang Selatan tak kenal ampun untuk musuh yang biadap dan keji. Nagapasa diberi 3 kekuatan oleh Yang Maha Suci, dan yang terakhir terletak pada cincin "Ajian Pengasih“ atau "Ajian Pemberi“ yang dijaga oleh "Cohyo Nogososro“ tidak hanya memancarkan cahaya kuning Mahkota Naga, tetapi cincin ini merupakan senjata terakhir dari Nagapasa dalam melumpuhkan lawan dan menjaga dirinya.
Di bagian tengah selain juru kunci kepercayaan raja, Ki Soemo adalah Pendekar Pengampun atau dikenal dengan "Pendekar Berambut Putih“. Kebijaksanaan dan kerendahan hatinya menjadi kekuatan raja dalam mengambil keputusan di saat kondisi kerajaan kritis. Pendekar pengampun mempunyai strategi perang dan pertarungan yang sangat handal dan sulit diperkirakan oleh lawan. Pendekar Pengampun mampu melemahkan lawannya tanpa harus mencederai. Kekuatannya ada pada pukulan lurus "Jurus Kosong Isi" dan sangat ditakuti oleh musuh. Sekali hentakan langkah dan pukulan yang keras dikeluarkan, musuh akan merasakan getaran "Rogoh Sukmo“. Kegagahan Pendekar Pengampun dengan postur tubuhnya yang tinggi serta karakter yang sabar menambah aura raja dalam memimpin Kerajaan Banyu Biru. Tutur katanya yang halus dan keputusan yang bijak selalu menjadi penantian bagi raja dan pendekar yang lain.
Pada bagian Timur dijaga oleh Guru Bayu Sejati dari "Perguruan Perisai Teratai". Guru Bayu Sejati tidak lagi menggunakan kekuatan raga dalam membantu raja melawan musuh kerajaan, dengan kasampurnan sukmanya, Guru Bayu mampu mengeluarkan cahaya yang memancarkan "Aura 8 Penjuru Dunia" .
Posisi Timur yang sering dianggap sebagai sumber atau "Aura Kehidupan“ sangat sesuai dengan kemampuan Guru Bayu Sejati untuk tetap menghidupkan dan menjaga kejayaan Kerajaan Banyu Biru. Guru Bayu Sejati tidak lagi berperang dan bertarung, tugasnya adalah menjaga raja dan menjaga Gerbang Timur sebagai sumber kehidupan Kerajaan Banyu Biru.
Guru Bayu memiliki 2 putri yang kelak akan mewarisi ilmu dan kepemimpinan ayahnya. Putri Teratai Kuning dan Putri Teratai Merah yang sejak kecil sudah berlatih silat dan banyak menimba ilmu dari ayahnya cukup dikenal di daerah Timur. Mereka berada pada barisan depan di Perguruan Perisai Teratai, siap menjaga nama marga dan nama perguruan. Bertarung layaknya pendekar serta mampu melumpuhkan musuh. Kepiawaian kedua pendekar putri ini dikenal di seluruh perguruan yang ada di Tanah Jawa. Kedua pendekar putri ini mewarisi "Pedang Naga" ayahnya yaitu Pedang Putri bertaktahkan berlian pada kepala pedang memancarkan sinar pelindung, serta ukiran Naga emas di ujungnya untuk menjaga kekuatan putri dalam bertarung. Senjata yang cukup ditakuti oleh musuh, goresan pedang akan meninggalkan bekas yang tak akan bisa dilupakan yaitu berupa luka yang berbentuk seperti lidah naga. Kedua putri itu dibekali "Jurus Putri" oleh ayahnya dan jurus itu merupakan jurus tertinggi yang tiada tanding.
Perjalanan Pendekar Muda Respati menuju ke Barat dijumpai oleh Raja Suryo Panunggal yang sedang beristirahat dalam perjalanannya menuju ke gerbang Barat. Raja pada saat itu seolah langsung tertarik dengan kegagahan Ksatria Muda tersebut. Dengan pertimbangan dari Juru Kunci Ki Soemo dan Pendekar Pengampun maka raja menunjuknya sebagai Penjaga Barat atau Gerbang Barat. Raja tidak hanya tertarik dengan kegagahan Pendekar Muda melainkan kekuatan "Tongkat Maut Pembelah Bumi“ dan "Tendangan Penembus Raga Te" yang sanggup melumpuhkan lawannya menjadi keputusan raja untuk menyerahkan tugas sebagai pemimpin Gerbang Barat. Kepribadiannya luhur sesuai dengan jurus tangan kosong pukulan "Satrya Dewa" yang dimilikinya. Karakternya yang tenang dan ketampanannya cukup menarik banyak pesona wanita. Pukulan Satrya dari "Perguruan Perisai" cukup dikenal, gerakan Satrya yang juga untuk melindungi diri mampu melumpuhkan lawan dalam waktu yang singkat.
Para pendekar mendapat restu dari Guru Bayu Sejati untuk menerima perlindungan "Aura 8 Penjuru Dunia“ sebagai benteng terakhir kekuatan mereka.
Pertarungan siang itu dipimpin oleh Pendekar Selatan Nagapasa yang dibantu oleh kedua pendekar lainnya yaitu Pendekar Cilik dan Pendekar Muda dari Barat. Pendekar Tengah menjaga raja di barisan belakang, sedangkan Guru Bayu Sejati dan Juru Kunci Soemo mengamati pertarungan itu penuh waspada.
Di siang itu, aku mengajak adikku -Teratai Merah- untuk ikut menyaksikan pertarungan dan mengintainya dari jauh. Sebenarnya guru sudah memerintahkan kami untuk menjaga perguruan dan menunggu berita. Tetapi bukanlah hal yang menyenangkan untukku hanya duduk di padepokan dengan perasaan yang tidak tenang demi menanti kabar. Hal ini sudah menjadi kebiasaanku, sehingga tidak salah jika guru menyuruh adikku -Teratai Merah- untuk menjagaku serta mengingatkanku, jika aku harus menyusul guru.
Dan bujuk rayuku, akhirnya mengalahkan keteguhan Teratai Merah untuk tinggal dan diapun mengikutiku menyusul guru. Tentu saja aku meminta ijin Kakek Guru Dewa Sejati untuk menitipkan padepokan dan minta restu do'a perjalanan kami. Pertarungan yang aku lihat semakin dahsyat, yang tadinya diawali dengan pertarungan tangan kosong dan sekarang bunyi deting pedang mulai terdengar ketika gerombolan murid dari Kapak Hitam terdesak mundur. Sementara Ki Durgo mulai cemas melihat anak muridnya terdesak.
Kulihat Pendekar Muda yang cukup tampan dari Barat mulai menggunakan tongkat mautnya dalam menghalau pedang mereka. Pendekar Cilik mulai mundur dan digantikan oleh Nagapasa di barisan depan. Sebenarnya pertarungan yang tidak seimbang, tetapi sungguh luar biasa hebat para pendekar itu yang hampir melumpuhkan gerombolan Kapak Hitam. Aku menyukai pertarungan dan tidak pernah melewatkan setiap pertarungan yang terjadi di wilayah Kerajaan Banyu Biru. Keasyikanku sempat membuatku tidak sadar bahwa adikku Putri Merah sudah tidak lagi di sebelahku.
"Merah dimana kau?“ tanyaku setengah berbisik memanggilnya, sementara kulihat selendang dan pedangnya berada tidak jauh dari tempatnya tadi merunduk.
Tiba-tiba,“ HENTIKAN PERTARUNGAN ATAU GORESAN PEDANG BERACUN AKAN MEMBUNUHNYA“
"Teratai Merahh!!..,“ jeritku setengah berbisik dan kukepalkan tanganku geram.
Kulihat Teratai Merah dalam keadaan terikat dan mulut terbungkam dengan kain, aku tidak bisa hanya berdiam diri sementara adikku disini.
“Huuuhh.. SUNGGUH BIADAB!!!” pekikku setengah berbisik.
Masih dari tempat persembunyianku, aku mengamati keadaan yang tiba-tiba diam. Kulihat ayah Bayu Sejati juga mulai mengawasi sekeliling dan akhirnya pandangannya terhenti di semak tempat aku bersembunyi. Ayah Bayu Sejati hanya terdiam dan aku mengartikan tatapannya untuk menyuruhku untuk tetap di tempat.
Aku mulai gelisah dengan keadaan itu sebab kejahatan Perguruan Kapak Hitam sudah sangat dikenal dan akupun harus cukup hati-hati dalam mengambil langkah.
"Oh… adikku,” aku mulai berdesah sambil otak ini tak henti berpikir untuk mencari jalan keluar.
Pendekar Nagapasa meremas tangannya dan kulihat ia sudah tidak sabar dengan keadaan itu. Guru Bayu Sejati menyuruhnya tenang, dan mulai melangkah ke depan mendekati Durgo Suryo Pakso.
"Apa yang akan kau lakukan terhadap gadis itu?“ tanya Guru Bayu Sejati yang tidak lain adalah ayahku.
"Akan kubebaskan gadis ini jika sebagian dari wilayah Selatan kau serahkan ke tanganku,“ gelegar suara si Durgo terdengar olehku.
"JANGAN MIMPI KAU, DURGO! Langkahi mayatku dulu jika kau ingin mengambil wilayah Selatan,“ Pendekar Selatan Nagapasa lantang menolak permintaan Durgo.
Wilayah Selatan memang berdekatan dengan tempat perguruan Kapak Hitam dan letaknya tepat di perbatasan Selatan. Sudah sejak lama perguruan ini serta muridnya menginginkan daerah Lembah Kuning yang dikenal sangat hijau dan subur itu.
Tidak hanya itu saja, di daerah tersebut jumlah penduduknya lumayan padat dibandingkan dengan daerah lainnya. Dan pusat pasukan kerajaan yang dipimpin oleh Nagapasa terletak di daerah Gerbang Selatan.
Guru Bayu ditemani keempat pendekar melangkah maju dan berkata,“ Kau boleh memiliki gadis itu dan jangan harap kami akan menyerahkan wilayah Selatan.“
Aku yang sejak tadi mengamati dari jauh terperanjat dengan jawaban Guru Bayu Sejati yang berniat mengorbankan putrinya sendiri.
"Ahhh tidak mungkin …" gumamku dalam hati.
Durgo mulai geram dan mendekati Teratai merah serta menariknya untuk ditunjukkan ke hadapan Guru Sejati.
"BAYU!! Jangan kau pikir aku tak tahu siapa bocah ayu ini….HUAAA..HAA..HAA..HA..“ pekiknya diseringai tawa.
"Kau tak akan mengorbankan anakmu sendiri kan, Bayu?“ tanyanya dengan mencoba mendekati Teratai Merah.
"Seorang pendekar tidak akan berbuat sekeji dan hina seperti kamu, menyiksa seorang anak gadis untuk keserakahanmu,“ Pendekar Cilik tak kalah ikut membela.
Pendekar Respati mengacungkan tongkat maunya,“ JIKA KAU MEMANG LAKI-LAKI, JANGAN HANYA BERANI BERLINDUNG DI BELAKANG GADIS!!!“
"LAWANLAH KAMI..DURGO!!!,“ suara lantang keluar dari kegeraman Nagapasa.
Tiba-tiba tanpa di sadari...kegesitan tangan Pendekar Cilik dalam memainkan jurus leyang, gerakan badanny yang lemah gemulai mulai memancarkan aura jingga dan sudah pasti jurus itu untuk mengaburkan konsentrasi lawan yaitu Durgo Pakso untuk melepaskan Teratai Merah.
Dari jauh kelompok Durgo nampak kesakitan terkena imbas aura dan energi dari jurus tersebut, dan merekapun tak menyerah dengan menutup mata mereka berusaha menahan serangan aura jingga yang bisa membutakan mata dan menghancurkan otak itu.
Durgo dan kelompoknya menggunakan jurus mereka dengan menyusun formasi Lembing Api yang cukup di kenal. Sinar merah yang panas membentuk pusaran api perlahan-lahan menerobos cahaya ungu.
Pendekar Cilik mulai terdorong mundur ke belakang kehabisan tenaga dalamnya pada posisi yang tidak seimbang itu dan akhirnya melompat mundur, sementara Bayu Sejati dengan cekatan menutup serangan itu dengan Aura 8 Penjuru agar serangan Lembing Api tidak mencederai mereka.
Kesempatan itu aku gunakan untuk menyelamatkan Teratai Merah, aku gunakan lompatan kilat dengan jurus Garuda membuka sayap serta berpijak pada batang pohon untuk menyambar badan adikku Teratai Merah dan membawanya ke tempat yang aman tanpa mereka ketahui.
Lompatan yang cepat dengan tenaga ringan tubuh menggunakan tenaga pusar bumi ajaran ayah Bayu Sejati.
Aku sudah kembali di tempat yang aman, dan kulepasakan Teratai Merah dari ikatannya. Kami mengamati dari jauh pertarungan yang kali ini menggunakan ajian tertinggi mereka.
Tiba-tiba sekelabat cahaya merah keluar dari formasi Lembing api dan tak lain itu adalah si Durgo Suryo Pakso yang membiarkan anak buahnya berperang dan terdesak oleh kekuatan keempat pendekar utusan Kerajaan.
Ayah Bayu Sejati menghentikan Aura 8 Penjuru serta mebiarkan keempat pendekar maju dan bertarung meladeni serangan murid Durgo Suryo Pakso.
Aku dan Teratai Merah melompat dan mendekati Ayah Bayu Sejati untuk berjaga-jaga jika mereka sewaktu-waktu membutuhkan dukungan kami.
Pendekar Pengampun tak kalak gesit dengan jurus "Kosong Isi" melumpuhkan murid Kapak Hitam dengan lemparan dan tolakannya, sementara Pendekar Respati dari Barat dengan sigap menolak serangan musuh dengan tongkat mautnya.
Pertarungan yang sungguh hebat di lembah Kuning, hingga akhirnya kelompok Kapak Hitam terdesak mundur dan yang tak lagi bertenaga meminta perlindungan untuk menyerah kalah.
"JANGAN PIKIR INI KEMENANGAN KALIAN, WASPADALAH KALIAN DAN SAMPAIKAN PESAN INI KEPADA RAJA,“ teriak Durgo sekelebat terbang meninggalkan murid dan arena pertarungan itu.
Guru Bayu menghampiri para pendekar dan meminta untuk mengetahui keadaan para pendekar serta meminta untuk tetap waspada.
Nagapasa memerintahkan pasukannya untuk semakin memperketat penjagaannya dan tetap berhati-hati dengan keadaan di sekeliling.
Malam itu kami meninggalkan Lembah Kuning untuk kembali ke Istana Selatan dimana Raja menunggu kami.
Tiba-tiba…Guru Bayu menghentikan langkahnya,”Anakku….aku harus kembali ke Timur, biarlah Teratai Kuning anakku menggantikanku bersama kalian.”
“Ada apa Guru?”, tanyaku kepada ayah Bayu Sejati.
“Kakek Gurumu melalui pesannya memintaku untuk pulang, aku harap tidak terjadi sesuatu dengannya. Biarlah aku pulang dengan adikmu untuk melihat keadaan di sana,” jawab ayah Bayu Sejati.
Kakek Guru adalah seorang yang suci dan mempunyai tingkatan energi serta kedudukan sukma yang luar biasa tingginya. Beliau bisa mengirimkan pesan kepada siapa saja dan dimana saja dengan bisikan sukma dan telepati. Itu semua tergantung kekuatan dan kemampuan dari si penerima.
Aku tidak berharap terjadi sesuatu disana dan kalaupun terjadi, aku yakin kakek Guru akan mampu menghadapinya. Yang menjadi pikiranku adalah pusaka keluarga yang ada di padepokan.
“Baiklah Guru Bayu, kami akan menjelaskan kepada Raja Suryo Panunggal serta menjaga Teratai Kuning selama perjalanan,” ucap Pendekar Selatan Nagapasa.
“Benar Guru… silahkan Guru kembali ke Timur, dan kami akan bisa mengatasi keadaan di Kerajaan,” Pendekar yang lain tak kalah mendukung Nagapasa.
Aku hanya terdiam dan menganggukkan kepala kearah ayah Bayu Sejati.
Akhirnya ayah Bayu Sejati dan Putri Teratai Merah perlahan meninggalkan kami dengan kendaraan kiriman kakek Guru yaitu Harimau Putih.
Perjalanan yang mereka tempah akan menjadi sesaat saja untuk sampai ke gerbang Timur.
Aku bersama keempat pendekar di temani Ki Soemo serta beberapa prajurit meneruskan perjalanan ke Istana Selatan…
Malam yang dingin… dan kewaspadaan kami semakin membuat sunyi…semakin tak bertuan.
Hanya suara dahan dan batang-batang pepohonan yang tertiup angin serta suara binatang malam mengisi kesunyian kami berenam dan beberapa prajurit yang menemani.
Perasaan tidak tenang menyertai perjalananku…
dari mata batinku dan pendengaran tajamku…aku merasakan seperti ada yang mengikuti langkah kami….
TO BE CONTINUED....di Episode yang lain.
Ok sahabat komentar dan saran di tunggu ya...?Salam,
Putri Teratai