Forum Sahabat Silat

Bahasa Indonesia => Silat Diskusi Umum => Cerita Silat => Topic started by: Putra Petir on 02/09/2008 17:16

Title: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 02/09/2008 17:16
- KONG NIZAM SANG JAWARA -


(Cerita ini hanyalah fiktif dan apa bila ada kesamaan tempat dan nama, itu hanya kebetulan belaka)




    Tidak ketahuan asalnya, Penduduk Batavia yang berada di perairan sunda kelapa. Beberapa ahli sejarahwan menyatakan mereka -para penduduk betawi- berasal dari Bugis, atau bangsa dari tanah pasundan. Entah mana yang benar, Mari kita melihat belahan batavia yaitu kampung Rawa Bangke, Disana terkenal seorang sosok pemuda dari kampung Rawa Bangke dengan Nama Nizam , sebagai seorang tukang pikul karaban mayit buat orang meninggal, karena pekerjaanya membuat dia terkenal sekali, dari logat bicaranya bisa diduga bahwa dia itu berasal dari kelahiran batavia sebelah utara.
     
Tabiatnya yang pendiam dan tawar terhadap kebesaran atau kesenangan dunia. Entah dia sudah tidak tertarik duniawi lagi atau tidak? . Badannya yang besar dan suka mikul karaban mayit membuat badannya kekar. Anehnya dia terkadang tidak mau meminta bayaran dan melakukan hal ini karena keikhlasannya membantu sesama.  Hidupnya yang sederhana kadang membantu dia untuk hidup berkecukupan. Lambat laun penduduk kampung itu suka sekali kepadanya.

Oleh Karena Nizam tidak terima uang, penghidupannya pun sederhana, dia membuat satu gubuk dari alang-alang tercampur lumpur, dimana dia tinggal sendirian, masak nasi sendiri dan mencuci pakaian pun tidak diupahkan pada orang lain. Di Waktu pagi masih gelap, ia sudah bangun dan pergi ke dalam hutan bambu yang berdekatan dengan gubuknya.   

    Pada saat mulai matahari mulai terang dia mulai bertindak keluar dari hutan bambu, balik ke rumahnya, lalu membawa karaban mayit di rumahnya  setelah dia bersihkan untuk dikembalikan ke surau di kampung Rawa Bangke, Itulah pekerjaan sehari-harinya di dalam kampung rawa bangke yang mempunyai penduduk sekitar lima ratus jiwa.
   
   Penduduk disana umumnyanya menuntut penghdupan sebagai petani,
semua penghidupannya rata-rata sehingga diantaranya yang lebih mampu hanya mempunyai banyak sawah dan kebon yang ditanami palawija. Namun sebagian daerah tanah kampung itu adalah rawa-rawa maka kampung itu dikenal dengan nama Kampung Rawa Bangke. Yang jelas merupakan kampung yang berada dipinggiran kota betawi.

    Diantara penduduk kampung yang paling mampu dan paling menonjol , terhitung Meneer  EricB peranakan negeri Belanda, rambutnya yang pirang dan badannya yang besar, tinggal dalam istana gedungnya yang megah di kampung Rawa Bangke.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 04/09/2008 17:16
   Beliau adalah seorang peranakan belanda yang berbaur dengan penduduk kampung. Gayanya yang bijak membuat beliau dengan nizam menjadi teman erat yang sangat dekat. Mereka berdua sering bertukar pandangan tentang kehidupan. Walau Nizam hanya sekedar pemandi dan pengangkat karaban mayit namun ilmu tentang hidup yang dia kuasai sangatlah luas. Hal ini lah yang membuat Meneer EricB sangat senang kepadanya.

    Hubungan yang erat dan sifat saling harga menghargai antar sesama, terlihat menghiasi kedua manusia itu. Sifat Saling harga-menghargai ini lah yang membuat dua orang itu saling terikat persahabatan yang kental. Meneer EricB selalu perhatian kepada Nizam. Sehingga kadang di mata EricB ada kejanggalan di diri Nizam yang gerakannya gesit laksana onta arab. Matanya selalu awas bagai maung  tataran sunda. Dan gerakannya selalu siap sedia bagai kalong dari gua cikundul. Seolah-olah bathin hati kecilnya  merasa Nizam ini bukan seorang yang sembarangan.

    Sudah beberapa kali Meneer EricB mencoba cari tahu, tapi sia-sia, Nizam , Tukang mandiin mayit, hanya cengar cengir aja bila ditanyakan kesaktian dirinya, mulutnya tetap bungkam.
     
    Tidak lama kemudian Nizam menyatakan dirinya kepada Meneer EricB ingin membuat gubuk, dan Tuan tanah peranakan Belanda ini langsung menyatakan bersedia membantunya, dengan meminjamkan sedikit uang untuk membeli bahan bangunan dalam rangka pembuatan tempat tinggal Nizam.

    Mulai sejak itu, Nizam tinggal di gubuknya sendiri dan  melakukan pekerjaannya lebih rajin lagi dari biasanya, sambil membantu Tuan Tanah Meneer EricB untuk perkebunannya. Akan tetatpi ia tetap menuntut penghidupan yang sederhana. Sedikit demi sedikit dia mencicil hutangnya kepada Meneer EricB. Walau sebenarnya Meneer EricB menolak pembayaran dari Nizam karena memandang persahabatannya namun karena Nizam memaksa, akhirnya Meneer EricB menerima juga uang cicilan yang diberikan Nizam kepadanya.

     Setelah beberapa lamanya Nizam tinggal digubuknya, Tanpa terasa Nizam mulai menjalankan kebiasaan lamanya, yaitu pergi ke hutan bambu saat hari masih gelap dan kembali saat mentari mulai tersenyum menyambut bumi tanah betawi ini.

     Kebiasaan Nizam ini ternyata tak luput dari perhatian salah satu tetangganya.Terkurung karena perasaan ingin tahu akhirnya tetangga itu merencanakan bangun lebih pagi dari biasanya, dan lebih pagi dari Nizam sendiri. Saat waktu yang telah direncanakan sang tetangga ini mulai mengendap-endap mengikuti Nizam dan memasang mata untuk memperhatikan gerak-gerik Nizam lalu mulai mengikutinya dari belakang dengan sembunyi-sembunyi.



Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: EricB on 05/09/2008 02:34
Kok, yang jadi sasaran dalam cerita Rawa Bangke jadi gue, ane bukan turunan bule depok loh.

seratus prosen belanda totok, tapi ngak apa deh, biar rame ceritaannya
oleh karena isteri ane juga orang indonesia asli kita ketawa aja di ruma yang jauh banget dari tanah air yaitu Tanah Rawa Bangke  :w

Menurut gue begitu: kalau ane Meneer Eric B, artinya kang Sarung Kampret menjadi kawanku yang namanya si Nizam dari Rawa Bangke

 [lucu] 
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 05/09/2008 08:16
waah...pasti good ending neh [top]...dua sahabat karib bersinergi dalam kehidupan...wah sarat dengan makna kehidupan ..lanjut kang sarkem

d'boels
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 05/09/2008 16:02
Kok, yang jadi sasaran dalam cerita Rawa Bangke jadi gue, ane bukan turunan bule depok loh.

seratus prosen belanda totok, tapi ngak apa deh, biar rame ceritaannya
oleh karena isteri ane juga orang indonesia asli kita ketawa aja di ruma yang jauh banget dari tanah air yaitu Tanah Rawa Bangke  :w

Menurut gue begitu: kalau ane Meneer Eric B, artinya kang Sarung Kampret menjadi kawanku yang namanya si Nizam dari Rawa Bangke

 [lucu] 

Tenang meneer EricB semua di SS pasti kebagian...Cuman ane lagi bingung nih nyusunnya... mana yang jadi penjahat mana yang jadi jagoan..mana yang jadi figuran..Yang jelas Kong Nizam jadi jagoannya meneer...

waah...pasti good ending neh [top]...dua sahabat karib bersinergi dalam kehidupan...wah sarat dengan makna kehidupan ..lanjut kang sarkem

d'boels

Hahauahuhahaha ceritanya aja belum jelas mau lari kemana... baru nyasar di hutan bambu...

huahuahahhahahha [lucu]  :D [lucu]

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 05/09/2008 18:04
---Lanjutin Ceritanye---
Sang tetangga pun mencaoba mengikuti tanpa ketahuan, mengindap-indap dan sembunyi-sembunyi. Perlahan lahan Nizam masuk ke hutan bambu itu, kemudian menuju lapangan kecil ditengah-tengah hutan bambu dengan disekelilingi bambu laksana pagar yang kuat.
    Nizam menggantungkan bajunya disalah satu bambu.Kemudian dia membuat gerakan yang sangat aneh. lalu terdengarlah bunyi bersahutan "WURR !!WURR !!" suara seperti titiran angin yang ditimbulkan dari gerakan Nizam, "WUSS !! WUSS!!" batu-batu besar mulai berterbangan kesana kemari karena tersentuh gerakan kaki Nizam yang bergerak lincah kian kemari.Malah salah satunya hampir mengenai sang tetangga yang tengah mengintip dan melongo kagum. Debu mengepul diudara seakan bermain dan ikut menari bersama gerakan Nizam.Dan tak lama satu tangkal pohon sebesar paha tukang becak pun terlempar dan tercabut bersama akar-akarnya.

     D'buls alias Dodol Buluk sang tetangga melongo dan berdecak kagum melihat itu semua, Dan dirinya seakan-akan tidak sadar apakah dia melihat itu semua karena sedang bermimpi atau kah kenyataan.

     Perlahan-lahan Langitpun mulai remang remang terang. Nizam pun menghentikan gerakannya. Dia pun menghampiri bajunya yang sedang menggantung, lalu mengambilnya. Setelah itu dia berdiri tegak berdiam diri dan menarik nafas dari hidung perlahan-lahan hingga dadanya melambung. Kemudian dia mengeluarkan dari mulut  sampai perutnya terlihat kempes.

     Nizam pun mulai memakai bajunya, dan berniat akan meninggalkan hutan bambu  dengan niat akan berlalu dari sana. Melihat ini D'buls tergopoh-gopoh keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Nizam. Terlihat pemuda ini bergesa-gesa menghampiri dan menegurnya.
"Assalamualaikum Bang Nizam !", kata Dbuls sambil mengangkat tangannya seakan memberi hormat.
"Waalaikum salam Buls...eh elo ade ape nih?", jawab Nizam yang seakan akan sudah tahu akan kehadiran si Dbuls.
   
     Tanpa tedeng aling-aling lagi Dbuls pun mencium tangan Nizam tanda ketaklukan dia. Nizampun buru-buru mencabut tangan kanannya yang dicium Dbuls, seakan akan dia risih akan kelakuan tetangganya.

    "Buls, pagi-pagi sekali loe sudah datang kesini, dan udah ngeliat ane lagi latihan, tahu-tahu main cium tangan kayak ane kiyai aje, emang ada apa Buls??", kata Nizam tenang sambil tangannya memegang bahu DBuls yang masih mengkeret.

     "Bang angkat aye jadi murid abang... tolong bang jangan nolak...!" sahut D'buls.
      "Haa.. situ mau berguru dalam hal apa buls ama ane? " , tanya Nizam seakan akan pura-pura bodoh." Ane gak bisa apa-apaan buls, malah kalau diliat perawakannya pinteran ente buls, ente mau ane ajarin cara mandiin mayit?"

"Aaah abang ngerendah aja neh...pelajaran ilmu silat dong bang!", kata Dbulls.

"Pelajaran Ilmu Silat ?!?!"
"Khan duluan situ bulls belajar silatnya, lagian ilmu silat loe bukan udah punya?!?!"

"Udah sih bang...tapi khan cuman sedikit bang.." , sahut Dbulss
"Coba ane liat mainan situ sebentaran, boleh gak?" , tanya Nizam

Setelah dipaksa D'Buls pun menunjukan gerakan-gerakan silat yang dia kuasai.Nizampun geleng geleng kepala melihat gerakan DBuls, yang ia merasa gerakannya terlihat asal saja.

    " Wah kayaknya situ salah langkah nih belajar silat sama ane, tapi kalau loe maksa mau belajar juga, loe harus buang dulu apa yang loe pelajarin..soalnya beda jauh nih bulls..", kata Nizam menjelaskan.

   "Tapi yang lebih penting adalah loe buat apaan dulu belajar ilmu silat, dan itu yang paling penting kalau loe mau belajar silat sama ane bulls.."

    "Ane  mau gunain buat jaga diri dan keselamatan rumah tangga , bang !!", jawab Dbulls semangat. " Kalau perlu buat menjaga kebenaran dan keadilan dimana entu diperlukan bang !!"

" Akan tetapi perkara loe mau membela  kabeneran dan keadilan, gak  terlalu gampang dijalanin buls, dan dan juga bukan gak ada bahayanye tuh buat diri loe sendiri.”

“Ane udah pikir mateng bang, kalau emang bahaya buat diri sendiri gak masalah bang, yang penting namanya khan jihad bang.."

Nizam pun memanggut-mangutkan kepalanya sambil memandang mukanya D'buls dengan sorotan mata yang tajam sekali.

****

 













Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 06/09/2008 05:46
Salam hormat aye ame kong Nizam......

btw , Kang Sarkem, ente udeh minte ijin belon ame Kong?ntar ente kualat jadi kodok lho...hehehehehehe..


d'boels
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: YwK on 07/09/2008 19:34

@Rawabange itu tempat ane lahir kang, skr namanye rawabunga, Cang Soeharto Alm,  yang merubahnya agar daerah itu jadi harum namanya. skr berdiri sekolah SD ampe SMU. :-*

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: one on 07/09/2008 20:14
kang Sarkam, abang kite itu lahiran perbatasan Pakistan - Afghan, kalo liat KTP-nye mah udah gak tau angkatan berapa....

Nulisnye ati-ati, soalnye beliau orangnye lembut (mungkin deket ke lelembut), ane mah gak ikutan ya....ntar kena kutuk jadi jengkol ah

salam,


one
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 08/09/2008 10:30

@Rawabange itu tempat ane lahir kang, skr namanye rawabunga, Cang Soeharto Alm,  yang merubahnya agar daerah itu jadi harum namanya. skr berdiri sekolah SD ampe SMU. :-*



Makanya ane mau sambungin nanti kong Nizam ditawarin jadi jawara Mester (khan deketan tuh...) hehhehehe


Boss, situ jadi penjahat yee???!?

kang Sarkam, abang kite itu lahiran perbatasan Pakistan - Afghan, kalo liat KTP-nye mah udah gak tau angkatan berapa....

Nulisnye ati-ati, soalnye beliau orangnye lembut (mungkin deket ke lelembut), ane mah gak ikutan ya....ntar kena kutuk jadi jengkol ah

salam,


one

Kong Nizam disini bukan kelahiran pakistan tapi kelahiran pakis wetan...hehehehhehe

Wah ente harus ikutan kang, soalnya udah di script ente musuh bebuyutannye.... huahahahhahhaha kayak bang bens sama mansyur S
hahhahahahha

Salam hormat aye ame kong Nizam......

btw , Kang Sarkem, ente udeh minte ijin belon ame Kong?ntar ente kualat jadi kodok lho...hehehehehehe..


d'boels

ane udah mengang hak patennya beliau... katanya "boleh loe tulis apa aja lam, biar tenar !, asal jangan tulis gue murtad !" huahhahahahaha



Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 08/09/2008 12:59
 :D :D kalo gitu yuuukk deh dilanjut..aye mojok neh ame kang naga,bang ochid sambil makan...(sensored..abis lagi puasa)..hehehe


d'boels
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 08/09/2008 16:28
--Lanjutin ceritanye--

     Mulai hari itu Dbulls pun semangat karena sudah diangkat murid oleh Nizam. Nizam mengambil keputusan untuk mengangkat DBulls sebagai murid dengan tiga perjanjian; yang pertama, Harus jadi murid yang soleh, yang kedua, tidak boleh menjadi perampok, dan yang ketiga, harus membantu yang lemah dan menindas perbuatan jahat.

     Oleh karena urusan ini sangat rahasia  dan Nizam mengajarkan Dbulls di dalam gubuknya pada waktu malam  maka tiada satu orangpun yang tahu bahwa Nizam adalah seorang yang pandai ilmu silat dan DBulls adalah muridnya.

     Kira-kira sudah berjalan lima tahun lamanya, Dbulls pun sudah menerima dari Nizam sekitar delapan bagian ilmu kepandaian Nizam. Rambut sang guru nizam pun juga mulai memutih karena umurnya juga bertambah lima tahun. Dan dalam lima tahun ini tiada yang sadar bahwa dikampung itu ada seorang yang ahli beladiri seperti Nizam,Dan malah orang tidak bisa menerka  bahwa DBulls sudah maju jauh dalam ilmu silatnya.

      Beberapa orang hanya tahu sebelumnya D'bulls sudah mempunyai ilmu silat, namun bukan dari Nizam. Dbulls tidak pernah membanggakan kemampuannya dalam ilmu silat, bahkan ia lebih suka mengalah dan berlaku sabar, sehingga banyak orang tidak menaruh perhatian terhadap dirinya.


      Sementara itu persahabatan Nizam dan Meneer Ericb malah semakin rapat. Hutang pinjaman uang sekitar tiga puluh perakpun sudah tak terasa lunas. Meneer Ericb pun semakin menghargai sifat dan tabiat Nizam.  Bahkan dia tak segan segan menunjukan rasa hormatnya kepada Nizam didepan banyak orang. Ia senantiasa berlaku hormat kepada Nizam walau dia hanya sekedar tukang mandiin mayit. Semula penduduk kampung itu menjadi heran apa yang telah dilakukan pembesar seperti Meneer EricB atas diri Nizam. Akan tetapi lama-lama hal ini menjadi seperti biasa, dan banyak penduduk kampung juga memberi hormat kepada Nizam, hartawan atau orang berpangkatpun sungkan kepada Nizam. Walau miskin Nizam tetap berlaku seperti biasa, rendah hati dan tidak sombong. Bila ada uang lebih ia biasa membagi kepada tetangga-tetangganya yang memerlukannya. Dan  Nizam yang selalu hormat kepada siapa saja, Sebagai perhargaan kepada diri nya akan rambutnya yang mulai putih , namanya dipanggil menjadi "Kong Nizam".


******
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Jali Jengki on 08/09/2008 16:32
Denger2 latian terberat Kong Nijam kepada Debulls adalah nyabutin Uban nye Kong Nijam nyang ngeles terus...? Bener gak Bang? ::)


Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 08/09/2008 16:40
Denger2 latian terberat Kong Nijam kepada Debulls adalah nyabutin Uban nye Kong Nijam nyang ngeles terus...? Bener gak Bang? ::)


ente juga kebagian ntar, tapi jelas muka penjahat situ...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 08/09/2008 21:47
kayaknye banyakan penjahatnye ame jagoannye dah... [lucu] wah bisa berabe neh.

d'boels
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 10/09/2008 16:38
iyah kalau jagoan semua namanya bukan cerita silat kang...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 10/09/2008 17:39
      Angin menderu, awan berarak mengelilingi kota batavia, dan pojok kampung Rawa Bangke. Cahaya fajar menyimak awan, kabut pun mulai menipis suasana pagi di kampung rawa bangke yang rimbun dengan banyaknya pohon yang rindang.

     Didepan serambi gubuk kayu duduk seorang setengah tua berambut putih dengan gayanya yang berwibawa sedang memandang jauh ke arah gang jalan yang becek  menuju pusat pasar di kampung Rawa Bangke dengan kening bekernyit.

  Tidak lama kemudian, benarlah di jalan gang yang becek itu muncul sesosok bayangan orang. Wajah setengah tua berambut putih berubah berseri, lalu alisnya mengangkat terkesima  penuh rasa heran dan kaget.

  Kong Nizam sebagai laki-laki setengah tua berambut putih ini kaget melihat muridnya D'Bulls berlari tergopoh-gopoh dengan darah berlepotan di bajunya.
   " Kenape loe Buls?", tanya Kong Nizam dengan rasa khawatir.
   " Ane kemarin malam disuruh kepala kampung ke rumahnya kong.., karena sibuk ane datangnya pagi pagi aje, tau-tau ane kaget banyak
mayat gelimpangan di depan rumahnya, langsung aja ane ngindep-ngindep ke samping rumah "
    " Disane ane liat masih ada pertarungan seru antar centeng-enteng Rudyh kepala kampung, ame orang gondrong dekil berkumis dan berjenggot, kong"
    " tapi yang ane tahu kayaknya beda jauh kemampuan para centeng ame orang itu, soalnya dia berkelahi sambil anggap enteng lawan dengan ketawa-ketawa , kong, kayak kucing mainin anak-anak tikus, kong"
    "Ane gak berani berbuat dulu, makanya buru-buru ane kesini  kasih tahu kong nizam, khan kepala kampung bek rudyh yang bikinin surat rumahnya kong, tolongin dech kong..."

     " Lagian tadi ane liat keadaan udah ribet, parah dan kalut, di pelataran depan pintu bek Rudyh ada tergeletak duduk empat atau lima  centeng sambil merintih dan mengurut ngurut kaki dan tangannya yang pada bengkak berdarah-darah. Karena pengen tahu ada kejadian apa, lalu ane cari keterangan dari centeng2 yang terluka dipelataran.Ternyata Bang bek Rudyh kedatangan orang asing, yang gak ketahuan juntrungannya , dateng minta duit sama bang bek Rudyh, bermula dia datang langsung datang dan berlagak petantang petenteng sambil tereak-tereak cari tuan rumah, kemudaian dia duduk di bangku teras depan rumah bang bek Rudyh sambil angkat kaki dan sambil korek korek kuping mejam-mejamin matanya; tapi dia gak ngomong banyak dan menyatakan maksud kedatangannnya ke rumah bang bek Rudyh, Ida hanya bilang kumpulin perhiasan dan harta benda ke depan muka dia. Salah satu centeng di pintu udah nanya orang itu baik baik malah.. dikasih senyum sinis, hingga centeng itu nyuruh orang gila itu disuruh keluar dan bertingkah laku sopan; tapi tidak digubris. Belakangan lantaran putus asa, lalu ia masuk ke dalem buat kasih kabar pada madjikan, berbareng dengan itu dia liat tapak kaki orang gila itu nembus di serambi rumah sedalam tiga jari, keliatannya orang gila itu sangat sakti. Ia taksir beratnya tentu ratusan kati, seorang  yang bisa meninggalkan tapak sendal nembus ke pelataran serambi rumah bang bek rudyh tentu tidak boleh dibuat enteng"

“Setelah ia masuk kasih tahu pada majikan, bang bek Rudyh lantas perintahkan kita kasih uang seribu uang perak  kepada tuh orang gila dengan baik baik dan bujukin ia supaya lekas berlalu; akan tetapi sekali pun itu saribuang perak sudah ditaro ddidepan muka, itu orang gila cuman  melekin sedikit matanya dan teroes korek-korek kupingnya, gak mau dengarin dan pindah dari tempat duduknya seakan-akan menganggap kecil uang yang diberikan bang bek rudyh. Lantaran bujukannya gak diladenin, kontan centeng itu jadi jengkel dan memaki, kemudian nyerang itu orang gila, hanya sekali gerbrakan aja tahu tahu tuh centeng terpental  dan tangan dan kakinya sakit sakit patah-remuk seperti mereka berkelahi sama besi. karena mendengar suara ribut-ribut beberapa centeng  datang menyamperin dan meliat centeng temannya duduk geletak di atas tanah sambil mengais-ngais kesakitan, sedang itu orang gila masih duduk santai dibangkunya seperti tiada bermasalah, maka tanpa pikir pikir lagi serentak para centeng menyerang bersamaan."BRAAAK !" beberapa orang centeng berpentalan dengan luka memar dan patah-patah di kaki dan tangannya.mereka bilang seperti menghantam benda keras".


Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: P_Muda on 13/09/2008 12:07
 :D... Si Rudyh ada juga nh di cerita???
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 16/09/2008 08:45
ada lah kang..
semuanya ada.. cuman listnya dalam antrean..

heheheheee
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Jali Jengki on 16/09/2008 13:17
Bang S@rkem,

Taro'in juga tuh, masalah nyang jamaah tandingan nye Habib waktu di Cipayung...ente kagak tau pan duduk perkarenye, lantaran kagak ade name ente dalem kloter? ni bagus buat di ceritain...selebihnye biarin Bang Deboel's aje nyang nyerita'in...

Tabe'...Jali
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 16/09/2008 13:45
 :D :D  hehehehe..jamaah tandingan entu bang...wah salut deh ame kong nizam..mungkin kalo bisa disimpulkan ...maqomnye kong nizam lebih tinggi dari habib entu kali yeee...

ceritenye gini...kelar wudhu bareng-bareng ma kong nizam trus ke lantai 2, tengak-tengok mushollin (red:pesholat) kok pade bace sholawat neh..langsung aje kong nizam menginstruksikan untuk iqamah pade aye...buat jamaah sholat...

lah entu jamaah nyang sedari tadi nungguin kan dongkol kan..lah pegimane kagak dongkol, ditungguin eh malah langsung sholat ...hehehehee

nah kelar sholat, pade cekikikan deh jamaah tandingan versi kong nizam....wuaaddduuhh  maaaallllluuuuu...buaanggeetttt... [lucu]


d'boels dabul
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 17/09/2008 10:36
hauhahhaha...

engkong kita yang satu ini emang aneh.. apalagi kalau sampe daerah puncak otaknya suka beku...

huahauhauahuhaha

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: simpay on 18/09/2008 23:57

simpay masuk dilist nggak ya?... :D...
silahkan dilanjut lagi kang dbuls...ceritanya...

salam
simpay
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 19/09/2008 05:19
lanjutannye...

syahdan setelah kelar sholat, beliau (kong nizam :red) melakukan "ceramah agama" bagi jamaah tandingan tersebut, bahwa di Mekkah (redaksi belum mengetahui apakah kong nizam sudah pergi haji ato belom) banyak di seputaran Ka'bah jamaah-jamaah yang melakukan sholat fardhu yang lima (perasaan kalo ibadah haji kalo pas waktu sholat pasti dikomandoi oleh satu imam),

tapi buat pandangan aye, jamaah tandingan telah memberikan ke eksistensiannya  dalam dunia ibadah yang sangat besar dalam hal bertoleransi, buktinya kita tetap ikut sholat taraweh berjamaah di dalam shof jamaah yang benar (yang benar??? berarti jamaah tandingan ga bener donggg??)


d'boels dabul
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 26/09/2008 10:42
-Lanjutan KONG NIZAM SANG JAWARA

"Orang gila itu kayaknya sakti mandra guna, kong, senjatanya aja bukan golok tapi kuku macan, kong" kata Dbulls berapi-api.

"Kuku macan ??", mendengar penjelasan DBulls muridnya kong Nizam kaget bukan kepalang.
"Kenapa Kong?", tanya Dbulls heran melihat gurunya terperanjat.
"Wah gawat, Kalau benar dia orangnya pasti gwat nih..", kata Kong Nizam.
"Emang Engkong kenal sama dia? " , kata Dbulls heran.
" Orangnya rambutnya belah pinggir, gondrong setengah, muka acak-acakan, kalau nyengir rada mesum ?" , tanya Kong Nizam menegaskan
" Bener Kong !!"
"Wah gak salah lagi tuh pasti One alias salah satu penjahat dari geng Bebe-eM" , sahut nizam sambil geram.
" Siapa sih yang Engkong maksud ? " , kata Dbulls

" Dia dulu aku kenal menyamar sebagai kembaran dari Tito Sumarsono alias The Beatles, waktu ngerampok juragan-juragan kaya.Sedangkan Tito  Sumarsono tapi Tito sendiri gak ngakuin dia itu kembarannya, makanya otaknya jadi rada gila. Dia itu penjahat kelas berat, dia biasa merampok  seorang diri, ilmu silatnya tinggi banget, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, aku suka berkumpul di Gedung Hydro markas perkumpulan centeng belanda di Kampung Cawang. Dia itu pernah ngobrak-ngabrik disana, makanya namanya santer banget di gedung bekas peninggalan belanda itu". Kong Nizam menjelaskan sambil terlihat di wajahnya muka khawatir akan kejadian yang berlangsung.

"Suatu hari ane disuruh nganter barang peti emas hasil penjualan obat-obatan negeri tiongkok dari tauke Tangan Awan untuk dibawa ke jatinegara"

"Ketika ane mengiringkan sisa grobak-grobak penjualan ngeliwatin satu tegalan kosong, mendadak dari sebelah belakang kedengeran suara krincingannya kuda jang dilarikan dengan kenceng. Tatkala ane balikin badan dan meliat tuh suara, ternyata dari kejauhan keliatan debu naek ka atas udara dan ternyata hanya seorang kumis dan jenggot dekil tanpa seekor kuda pun mendatengin ane seperti terbang. Ane langsung duga pasti tuh orang bukan laen dari One Jawara BBM, maka ane lantes siap sedia akan kejadian hebat yang bakal berlangsung".

“Hei, bangsa cecere !!, loe gak kenal One Jawara BBM ya?!” berseru itu orang dekil sambil bertolak pinggang.

“Kalo saja loe pade masih ingin idup, lekas tinggalin itu grobak-grobak sama peti emas yang loe pada bawa !.”

"Ane bilang pada die, kalau nih golok semar udah terlepas dari tangan ane baru ane kasih nih bawaan !!..., waktu itu ane panas, tapi belon selesai ane ngomong lagi tiba-tiba satu batu sekepalan tangan melayang ke jurusan pergelangan tangan ane yang megang golok.Batu itu kelempar hanya dengan diungkit pake jempolkakinya, tapi angin dari batu itu kayak dilempar ketapel raksasa"

"Waktu itu ane sampok sama golok semar ane tuh batu! Blarr !! tuh batu pecah berkeping-keping, cuma batu kedua, ketiga dan keempat dengan beruntun menyamber ke jurusan muka, tenggorokan dan ulu-ati, yang kedua ane sampok lagi dengen golok semar kejurusan batu yang ketiga hingga beradu di tengah jalan dan ancur berantakan; tapi yang ke-empat ane gak sengaja ngeles dan kena ke anak buah ane, kepalanya langsung pecah berantakan tewas saat itu juga. Ane pun seret kain sarung ane yang ane biasa di taruh di pundak buat sholat ke tanah dan lempar sabet kerikil-kerikil di jalan tanah itu, Rupanya cara ini sama sekali di luar dugaannya hingga ia jadi kerepotan, bukan saja tidak mendapet waktu buat menimpuk lagi, malah ia sendiri terancem bahaya maut, bila ia tidak lekas usaha buat kelit dari kerikil tajam yang menyamber ke titik-titik penting tubuhnya"


****

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 26/09/2008 21:49
lanjutt kang.. [top]


d'boels
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 06/10/2008 15:35
“Sebisa-bisanya ia coba mengegos buat kasih kerikil yang mengancam; akan tetapi ternyata jalannya tuh kerikil sangat pesat dan santer, hingga tidak urung melukai juga dia punya dagu. Beruntung bagi dia, lantaran ada jenggot hingga melejit menyamping, jenggotnya berdarah menutupi luka  panjang, dan bukannya terbenam dalam ia punya tenggorokan. Ia melintir ginkang terbang dan menoleh pada ane sambil berkata: “Lantaran kurang hati-hati nih si one Jawara, bisa bisa jatoh dah di tangannya seorang cecunguk macam monyet nih boe-beng-siauw-tjoet! Apa loe brani kasi tau loe punya nama dan tempat tinggal?”

“hehhehe itu masih perkara kecil ,” sahutku. “Lagian, nama ane dan tempat tinggal gak penting sama sekali. Cuman kalau loe pengen tahu dan biar gak penasaran, nih nama ane Nizam dan berasal kelahiran Tambun, dan sekarang ane tinggal di Mester dalem bilangan kebon nanas. Loe boleh cari ane di sana bila emang pengen bikin pembalesan !!".

"Itu Raja Begal langsung melotot marah. matanya awas memandang padaku dengan pandangan mata kebencian, sembari mengancam : " Awas loe..! tunggu ane sepuluh taon, dalam tempo sepuluh taon ane akan balas dendam sama loe munyuk !!"

"Gak lama setelah berkata begitu dia mabur melesat, dari gaya ginkangnya saat mabur mungkin masih sejajar sama elo Bulls !!"

"Jadi bisa dibayangin kalau udah tiga belas taon kesaktian dan kemampuan dia pasti sudah berobah jauh !!", lanjut Kong Nizam menerangkan ke muridnya.

Aku tunggu dua belas taon lamanya di tempat rumahku dengan percuma saja, Blakangan rumahku di mester abis terbakar bersama seantero harta benda nih. Karena gembel aku nginap di rumah teman, tapi karena gak enak akhirnya aku menetap disini sambil kerja jadi tukang mandiin mayit.

Sambil sembunyiin nama sebagai jawara dengan tukang gali kubur dan mandiin mayit, ane terus dalam hati menjaga kemungkinan kemungkinan adanya pembalasan dendam si raja begal -One- !

Karena aku percaya suatu hari nanti ia akan muncul !








Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: one on 06/10/2008 20:49
adekku ini emang jahat....ane nyang baek gini dibikin begal  :-[

gileeee
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 07/10/2008 08:14
 :D :D :D mantabbbb....kalo tukang begal kudu mukenye codet, matenye picek,palenye botak..hahahahahaha [lucu] [lucu]


d'buls
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 07/10/2008 12:03
adekku ini emang jahat....ane nyang baek gini dibikin begal  :-[

gileeee

Kasihan kang...sekali kali nyenengin Kong Nizam, lagian situ khan biar ce-es tapi musuh bebuyutan doi kang...

:D :D :D mantabbbb....kalo tukang begal kudu mukenye codet, matenye picek,palenye botak..hahahahahaha [lucu] [lucu]


d'buls

itu mah begal di film indonesia... di film luar negeri ganteng-ganteng men...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 07/10/2008 14:19
"Lalu guru akan berbuat apa dengan orang yang mengacau di rumah bek Rudyh?", Tanya Dbulls

"Kita akan kesana !! Kalau benar itu adalah raja begal -One- ,, jangan deketin pada itu penjahat, sebab duluan dia punya ilmu kapandaian kira-kira berimbang dengen loe punya kepandaian sekarang. Ini waktu ia dateng ka sini tentu ia sudah denger kabar aku berada di ini tempat dan sengaja berbuat begitu buat pancing aku keluar. kamu harus menghindar, dan biarkan aku yang menyelesaikan masalah itu ! Dia terlampau sakti buat dirimu !" jawab Kong Nizam.

" Mari kita berangkat !!"

Lalu kedua orang itu melesat menuju ke tempat Bek Rudyh, dari ginkangnya mereka yang tidak menimbulkan jejak di tanah berlumpur di sepanjang elokan, bisa di lihat kesaktian kedua orang itu bukan kesaktian orang normal biasa.

Bila mereka saja sudah bisa dilihat kesaktiannya, Bagaimana dengan kesaktian Raja Begal One ???


-------


Tatkala mereka telah sampai di tempat Bek Rudyh , ternyata sudah berkerumun banyak orang yang ingin tahu, dan terlihat disana terlihat seorang yang dikeroyok oleh centeng-centeng dan Bek Rudyh sendiri !!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: one on 09/10/2008 21:21
eh, disini ane kebagian nyang picek ame codet ape nyang ganteng?  ???.....kayaknye ni penulis sentimen ame ane...pasti dah di mirip-miripin pelem endonesiyah :o
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 10/10/2008 10:48
ente yang ganteng dong..
jagoannya yang serem ... heheeeheehhe
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 13/10/2008 14:50
Raja begal One terlihat tetap memasang kuda-kuda dengan tenang di pelataran rumah, puluhan jurus dari dari centeng-centeng bek rudyh dan bek itu sendiri menyerangnya, dia hadapi dengan tertawa-tawa seakan masih tetap menyepelekan orang-orang yang mengeroyoknya,disampingnya tergeletak mayat-mayat yang telah dibinasakannya, kedua tangannya merangkul dari kanan kiri, lalu dengan sebuah teriakan keras ia mengerahkan tenaga menjebol dan.... mayat-mayat itu terangkat ke atas dan berputar terus terangkat ke atas kepalanya. Otot-otot kedua lengannya tersembul keluar, lehernya mendadak menjadi besar, namun wajahnya yang sedikit tampan namun seram itu tidak berubah, tetap tenang dan tertawa-tawa. Fihak penonton yang mulai menjauh memandang kagum. Sebagai ahli-ahli silat centeng-centeng bek rudyh gak berkutik dibuatnya. Mayat-mayat teman sendiri menjadi tameng serangan-serangan yang membabi buta dari golongan Bek Rudyh.

Memang centeng-centeng Bek Rudyh ini berwatak keras dan kaku, juga tidak biasa menyembunyikan pikirannya. Mereka terus menerjang dengan rangkaian-rangkaian serangan yang berbahaya, apalagi terlihat tuannya -Bek Rudyh sudah terlempar jauh dari arena pertarungan karena kaget Raja Begal one memakai mayat bekas anak buahnya untuk menyerang dirinya sendiri, Rupanyaa dia masih ragu apakah bekas anak-anak buahnya sudah menjadi mayat atau belum, sehingga tanpa sadar serangkuman serangan angin panas membuatnya terpental jauh !!.

“Raja Begal -One- benar-benar meman­dang rendah kami dari teman-teman Bek rudyh!” tiba-tiba seorang berambut panjang dengan kumis terurai panjang membentak sambil melompat maju. Dia adalah Tangan Awan, seorang yang bertubuh kurus tegap, berwajah putih dengan sepasang mata sipit tajam bersinar-sinar, usianya sekitar tiga puluh tahunan lebih.

"Aku sama sekali tidak memandang ren­dah,” bantah Raja Begal One, “hanya aku sering kali mendengar bahwa centeng-centeng hanya mengutamakan tenaga luar dan penggunaan kaki tangan dalam ilmu silat tidak begitu mementingkan kekuatan dalam. Padahal, Bek Rudyh adalah seorang ahli kebatinan dan tentu saja petunjuknya akan berhubungan erat de­ngan kebatinan, maka tidak akan cocok bila digabungkan sekalian..huhahahhahahaha”

“Tidak memandang rendah akan tetapi sama sekali tidak menghargai kepandaian lain orang. Sama saja! Raja Begal One, kami dari kawan-kawan Bek Rudyh memang masih rendah pengetahuan, tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan apalagi disom­bongkan. Akan tetapi, saya akan merasa takluk kalau dirimu dapat melebihi apa yang akan saya perlihatkan!” Tangan Awan yang masih berdarah panas dan tidak tahan mendengar kawannya dipandang ringan, segera melangkah lebar mendekati sebuah batu gunung yang berwarna putih. Batu ini sebesar perut kerbau, beratnya tidak kurang dari lima ratus kati. Se­perempat bagian dari batu ini terpendam dalam tanah, kokoh kuat dan untuk men­cabutnya keluar kiranya dibutuhkan sedikitnya tenaga seribu kati.

Lalu ia memasang kuda-kuda di dekat batu, kedua tangannya merangkul dari kanan kiri, gerakannya seperti menari , lalu dengan sebuah teriakan keras ia mengerahkan tenaga menjebol dan.... batu itu terangkat ke atas terus diangkat ke atas kepalanya. Gerakan yang luwes seperti menari seakan-akan tidak ada menahan rasa berat lalu melemparkan batu besar itu ke arah Raja Begal -One - yang masih diserang habis-habisan oleh centeng-centeng.

Anehnya Batu besar itu seperti mempunyai mata berputar tidak mengenai para centeng-centeng itu. malah merangsek maju seakan-akan membantu para centeng membuka jalan penyerangan !!


Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 13/10/2008 15:02
Sebagai ahli-ahli silat tingkat tinggi, mereka maklum bahwa untuk mengangkat batu seberat itu mengandalkan tenaga luar, bukanlah hal yang mudah dilakukan apalagi memainkan seperti sebuah layangan. Selain membutuhkan latihan tekun dan lama, juga harus me­miliki bakat alam, yaitu tenaga dalam yang besar dan hal ini hanya dapat dimiliki oleh seorang laki-laki yang selama hidup tetap membujang. Melihat keadaan wajah Pendekar Tangan Awan, terang bahwa jago dari Goa Hydro ini biarpun usianya sudah tiga puluh tahunan lebih, ternyata dia masih bujang, jejaka tulen!

“Tenaga kosong (tenaga dalam) situ hebat sekali, aye kagum, pasti ini Pendekar Tangan Awan!” kata Raja Begal -One- dengan sejujurnya. Akan tetapi hal ini memanaskan perut Pendekar Tangan Awan, salah satu pentolan goa cawang. Biarpun mukanya sudah acak-acakan karena sudah belepotan darah dari musuh-musuhnya Raja Begal-One- wataknya keras dan tidak mau kalah. Ia merangsek cepat menjatuhkan centeng-centeng bek Rudyh, Lalu ia segera melompat maju mendekati Pendekar Tangan Awan dan berkata nyaring.
“Main-main dengan batu mati ini apa sih anehnya? Aye, kalau kau sudah le­lah dan bosan, boleh operkan batu itu kesini!”

Tadinya Pendekar Tangan Awan merasa bangga akan pujian para penontong yang melihat dari kejauhan, akan tetapi melihat dan mendengar sikap dan kata-kata Raja Begal -One- ini, diam-diam ia merasa penasaran juga kaget. Apakah Raja Begal One yang penampilannya acak-acakan dan tak terurus ini dapat mempergunakan tenaga seperti dia? Raja Begal -One- berseru keras dan kedua lengan­nya bergerak ke bawah lalu ke atas, me­lontarkan batu besar itu kepada Pendekar Tangan Awan sambil berseru.
“Hey Tangan Awan terimalah!”
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 14/10/2008 13:32
Batu berat itu meluncur ke arah tokoh pendekar Tangan Awan, kalau menimpa kepala tentu akan remuk. Namun, dengan tenang pendekar Tangan awan ini menggerakkan kedua tangannya, menerima batu itu dengan gerakan indah.

 Kiranya ia telah menggunakan gerakan Tangan Kosong Menyambut Rembulan, begitu kedua telapak tangannya menempel pada batu, ia meminjam tenaga lontaran tadi, dan terus mengayun batu ke bawah, ke atas lagi, dan melontarkannya ke atas, diterima lagi, diayun dan dilontar­kan lagi ke atas sampai lima kali. Keti­ka untuk ke lima kalinya batu itu me­nimpa turun, ia menggunakan gerakan menyabet dengan kedua tangan miring. Batu itu melenceng ke samping, terban­ting ke atas tanah sampai amblas hampir setengahnya. Inilah gerak pukulan Tangan Kosong Memanah Rembulan , sebuah jurus ilmu Silat dari dataran tiongkok yang lihai.

Terdengar tepuk tangan memuji dari para penonton penduduk sekitar itu yang yakin akan kemenangan Pendekar Tangan Awan. “Wuih, ilmu pukulan Pendekar Tangan Awan benar-benar hebat!” seru Ywk, salah satu gacoan (pendekar pilihan) Meneer Eric yang ternyata juga menonton disana. Rupanya disetiap kejadian Pendekar tataran sunda ini yang selalu bersembunyi yang kadang sebagai mata-mata meneer Eric selalu ada di setiap kejadian-kejadian penting, Dia selalu ada tanpa terlihat dikerumunan para penonton.

Akan tetapi Raja Begal -One-, bukan sembarang Raja Begal, tidak percuma julukan ketua BBM disandangnya, menjadi penasaran melihat betapa pukulan-pukulan saktinya masih bisa ditandingi oleh Pendekar Tangan Awan dan sempat seakan-akan mendemonstrasikan kepandaian. Kalau dirinya tidak ada yang bergerak, jangan-jangan dirinya akan dipandang rendah. Ia melangkah maju menyampok mendekati batu itu, berkata,
“Hehehe, batu terbanting keras jangan-jangan banyak cacing yang akan tertimpa remuk, tapi cacing-cacing memang bagus diremukin.” Kaki kanannya bergerak mencongkel batu yang sedang terbang menuju dirinya dan.... batu itu menggelinding masuk ke dalam tanah, menimpa mayat-mayat centeng-centeng dari Bek rudyh sampai lima kaki lebih jauhnya. Gerakan ini saja membuktikan betapa kejam dan lihainya Raja Begal One.

Yang paling berangasan di antara semua orang penonton adalah Birowo. Ia mengeluarkan suara ejekan dari hidung­nya, “Hemmm, semua memamerkan te­naga dalam yang mengandalkan tenaga pinjaman, bukan tenaga aseli dari otot dan urat. Biarpun kami dari kawan-kawan Bek Rudyh hanya melatih otot untuk memper­kuat tubuh, namun permainan tenaga dalam seperti itu juga bukan hal aneh.” Ia tidak melakukan tantangan, namun kata-katanya ini jelas mengangkat golongan sendiri dan tidak memandang tinggi dua rombongan lain. Juga ia ber­diri dengan dada terangkat, kedua kaki­nya memasang kuda-kuda dengan sikap seolah-olah ia siap menghadapi siapa saja yang berani melawannya.

Rupanya pertandingan semakin seru kini Pendekar Tangan Awan dibantu oleh Pendekar Birowo merangsek maju menyerang Raja Begal One. Kelebatan-kelebatan golok Pendekar Birowo dan serangan isi-kosong dari tangan Pendekar Tangan Awan merangsek membuat Raja Begal One sempat keteter ke belakang, seakan-akan mencari titik serang buat menyerang balik !!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 15/10/2008 09:13
perasaan ane Raja Begal One punya adik seperguruan yang membantu dia untuk memperluas jajahan..namenye Sarung kampret...ciri-cirinye pake sarung, peci item nyang udeh robek,pake sendal jepit yang berlainan (ini tuntutan ilmu),pake celana pangsi,rambut agak shaggy,jenggot 4 lembar, kumis tipis di ambang mulut...

kapan tuh keluarnye?????


d'boels
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 15/10/2008 12:55
wah penjahat yang itu ntar keluar..pokoknya tambah seru !!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: one on 16/10/2008 22:28
Dodol ame Kampret setali tiga uang.....keempat saham

Geblek banget ane dijadiin begal...... :o
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 17/10/2008 13:25
hehehehehe...sape dulu dong abangnye...(*lirik kampret nunjuk ke bang one)...Pret, cepetan tulis ttg ente juga dong...nyang udeh ane deskripsikan kemarenan entu...cepet ye...ane tungguin neh


d'buls
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Jali Jengki on 17/10/2008 13:33
Orang-orang lengleng lagi pade kongko dalem bentuk cerite.... x-))
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 17/10/2008 13:57
k@ang jali situ nanti keluarnya... jadi penjahat yang sakti mandra malih... ane udah siapin plotnya... tapi cerita kang one dulu bikin rusuh.. baru situ sama ane jadi penjahat..bang ajat aje belum keluar !

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 22/10/2008 17:43
--Lanjut ceritanya--

Ternyata Raja Begal One adalah pendekar pilih tanding. Pertandingan hingga sang waktu berlalu sangat cepat telah membuat  perkelahian dua orang mengerebuti satu orang dengan saling gempur terlihat makin hebat.

Tiba-tiba Pendekar Tangan Awan dan Pendekar Birowo menjerit keras lalu kaku di tempat !

“Hehehehe, berontaklah, makin keras makin baik agar darahmu berjalan lebih kencang!” Sambil terkekeh Raja Begal kembali menggerakkan jari jemarinya. Tubuh Tangan Awan bergerak perlahan lalu tersentak ke depan, ber­putar dan tak dapat dicegah lagi men­dekati Raja begal One itu.

Tiba-tiba Pendekar Birowo itu menjadi beringas, matanya bersinar-sinar, mulutnya terbuka dan....Blarr !! Dia muntah darah !! sekujur seluruh nadi nya pecah ! Dia Tewas !

Pendekar Tangan Awan cepat sekali menggerakan kedua tangannya,  Raja Begal one pun memapak serangannya. Lalu kedua tangan bertemu, tiba-tiba dari tangan Raja Begal One terlihat darah dari tangan Pendekar Tangan Awan terhisap, seluruh nadi nya bengkak terhisap oleh tenaga dalam Raja Begal One.

Menghisap.. mengisap .. terus mengisap! Tangan Awan mengeluar­kan jerit mengerikan, mukanya menjadi pucat kehijauan dan beberapa detik ke­mudian nyawanya telah melayang meninggalkan badan.

“Siluman keji....!” Kong Nizam dan murid seperguruannya  Dbulls bergerak maju, menerjang Raja Begal One itu. Akan tetapi mereka lalu terhuyung mundur dan tubuh Pendekar Tangan Awan yang sudah dingin terlempar ke arah mereka, diiringi suara ketawa raja begal itu.
Melihat keadaan Pendekar Tangan Awan yang sudah menjadi mayat, Kong Nizam cepat menyambar dan memeluk sahabat seperjuangan di goa hydro  ini dengan penuh kesedihan.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 22/10/2008 18:25
duh ceritanya sadis bener tuhhhh.... :-[
kejam.... :'(
tapi seru.. [top]
lanjut dah....
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Sosro_Birowo on 23/10/2008 10:30
bener..mbak dolly..

suadis n kejam ceritanya plus seru..

tapi  :'( :'( mati dah gue  >:(

..
lanjut mang kampret ceritanya  8);
ga pa pa lah yg penting udah muncul di cerita walo muncul langsung mati wekekek (gue narsis banget ya :P)


tabik
S Birowo
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 23/10/2008 12:11
huahhahahha namanya fiktif kang birowo...
kalau beneran mah gak mati..  huahuhahahaha
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 27/10/2008 15:27
--Lanjut Cerita Kong Nizam sang Jawara

Adapun murid seperguruannya kembali berdiri dengan sikap siap, walau Dbulls dapat berdiri tegak na­mun ia ragu-ragu untuk menerjang tanpa perintah . Ia maklum akan kelihaian manusia siluman ini dan menjadi gentar juga.

“Cuh! Cuhhhhh!” suara orang meludah dan beberapa penonton menyumpah-nyumpah karena mukanya terkena ludah kental yang tak diketahui dari mana datangnya.
“Ho-ho-hah, Kang One jangan berpesta seorang diri!” Suara laki-laki seperti tambur bobrok ini terdengar dan orangnya sekaligus tampak seorang berpakaian seperti pengemis, mukanya keliatan sudah tua dan acak-acakan, mukanya pucat seperti mayat, ram­butnya panjang sampai ke pundak, awut-awutan dan riap-riapan kotor, kumisnya yang jarang-jarang, badannya kurus terlihat ongkang-ongkang kaki di atas pohon melinjo dipelataran Bek Rudyh. Pakaiannya kotor dan penuh tambalan, hanya sepasang sepatunya ma­sih baru. Ia memegang sebatang tongkat butut yang berupa pikulan, duduk di situ dengan gayanya yang pongah.

Dilihat sepintas lalu, ia hanya seorang pengemis kotor biasa saja, malah se­orang pengemis yang tidak normal, se­tengah gila. Hal itu tampak pada muka­nya yang mengerikan, apalagi mulutnya yang lebar dan selalu sedikit terbuka, memperlihatkan giginya yang aneh, gigi yang bercampur warna ke-emas-emasan.
 
Kembali ia meludah, “Cuh-cuh-cuh!” ke kanan kiri, menjijikkan sekali.
Melihat ini, Lury marah, “Orang tua jorok (kotor), kaukah yang meludahi diriku tadi tadi?”, Luri sang pendekar Keyboard Sakti yang membawa papan yang berbentuk seperti papan cucian marah karena terkena ludah dari orang yang berada di atas nya.

"Anjing !! Apa loe gak kenal Pendekar Keyboard Sakti ?", lanjut dia memaki maki.

“Ho-ho-hah-hah, aku memang suka meludah, biasa meludahi anjing korengan dan kucing kudisan. Lebih suka lagi me­ludahi keledai yang suka bawa papan buat bikin kandang ayam, cuh-cuh!” Mukanya menghadap ke bawah dan ia meludah ke bawah, akan tetapi anehnya, dua kali meludah, dua kali muka Lury sang Pendekar Keyboard Sakti yang berada di sebelah kanannya dalam jarak tiga meter itu terkena sambaran ludah kental yang sebagian memasuki lubang hidungnya. Entah bagaimana ludah itu bisa terbang menyeleweng dan miring.

“Jahanam hina!” Lury pun mana dapat menahan kesabarannya? Dengan kemarahan meluap-luap ia sudah memainkan keyboardnya dan menerjang pengemis itu.
 
“Ho-ho-ha-hah, untung besar hari ini bisa meludahi mampus keledai pembawa papan buat bikin kandang ayam!” Tiba-tiba terdengar suara keras dan papan di tangan Lury pun sudah terlempar jauh, menimpa batu gunung dan patah menjadi dua. Kemudian Orang gila pengemis itu meludah terus dan tiap kali meludah, Lury pun berseru ke­sakitan. Hujan ludah itu mengenai tubuh­nya, akan tetapi tidak hanya membikin kotor seperti tadi, kini terasa seperti pukulan-pukulan keras yang tepat me­ngenai jalan darah di tubuhnya. Tiap kali Orang gila itu meludah dan mengenai tubuh­nya, ia berteriak mengaduh, kemudian ia menggulingkan tubuh untuk menghindarkan diri. Namun Orang gila itu terus me­ludah, makin keras agaknya karena kini tubuh Lury pun bergulingan seper­ti seekor cacing terkena abu panas dan dari telinga dan hidungnya keluar darah segar!

“Orang gila keji, lepaskan teman kami!” Ywk dan dua orang adik se­perguruannya, Pendekar Danu Sang Pemetik Bunga dan Aguswin cepat mencabut golok dan menerjang pengemis itu. Akan tetapi pengemis itu mengangkat tongkatnya, sekaligus tiga batang golok itu ter­tangkis dan terpental. Sungguhpun tiga orang tokoh kosen itu tidak sampai melepaskan golok masing-masing, namun mereka merasakan telapak tangan
mere­ka sakit dan panas. Terkejutlah mereka. Empat pendekar ini terkenal dengan ilmunya masing-masing yang digerakkan dengan tenaga dalam, kuat bukan main. Akan tetapi sekarang sekali tangkis saja Orang gila ini dapat mem­buat pedang mereka terpental. Padahal mereka adalah orang-orang yang men­duduki tingkat dua, tiga, dan empat di rimba pendekaran, yang paling lihai di bawah guru mereka, Ki Nagapasa!
 
Sementara itu, Orang gila itu terus me­ludahi tubuh Lury yang kini sudah tak dapat bersambat atau bergerak lagi. Hebatnya, kepala yang suka memakai blangkon jawa itu kini bolong-bolong dan dari situ keluar darah bercampur otak. Pendekar ke empat ini sudah tewas!

“Mana orang goa hydro! Mana pendekar-pendekar bau dari goa hydro?” tiba-tiba terdengar suara dan kali ini suara itu terdengar dari.... bawah! Terlalu hebat peristiwa yang terjadi berturut-turut itu, dan para penonton masih tercengang dan ngeri menyaksikan kematian seorang anggauta rombongan dari goa hydro yang membela bek Rudyh. Sekarang mendengar bentakan dari bawah tanah ini, mereka seketika menjadi pucat dan cepat memandang ke arah suara. Tentu saja pandang mata mereka tertuju ke bawah, karena dari situlah munculnya suara.

"Hehehehehe, Jali Jengki! Dengar itu, Si Manusia Sarung Kampret juga datang. Bakal ramai sekarang!” Raja Begal One tadi kini tertawa dan Si Jali Jengki juga tertawa dan meludah ke kanan kiri.

“Bagus, dan kebetulan orang-orang Perkumpulan Pendekar Goa Hydro berada di sini. Baik sekali. Hayo, Sarung Kampret busuk, perlihatkan diri, apa kau gentar melihat banyak orang-orang Forum?”

Diantara para penonton ditengah-tengah para pendekar ada meneer EricB, Peranakan sinyo belanda sahabat Kong Nizam. Dia dari tadi memperhatikan keadaan.

Mendengar disebutnya Sarung Kampret, muka meneer EricB makin pucat. Ia belum pernah bertemu dengan Sarung Kampret, akan tetapi ia mengenal nama ini yang oleh gurunya disebut sebagai se­orang tokoh hitam yang amat keji dan jahat, malah ada bibit permusuhan de­ngan tokoh-tokoh Pendekar Forum dan semua pendekar yang dikenal dari golongan putih, yaitu sahabat-sahabat meneer EricB.

Terdengar suara menggereng seperti harimau dari dalam tanah dan tiba-tiba tanah berikut batu berhamburan terbang dan tahu-tahu tanah itu sudah berlobang besar. Dari dalam lubang meluncur caha­ya seperti kilat yang terbang ke arah para penonton !!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 13/11/2008 14:36
-Sambungan cerita -

Para penonton ini ternyata sebagian besar bukanlah orang-orang sembarangan. Tingkat ilmu silat mereka seperti juga orang-orang Perkumpulan Goa Hydro itu, sudah mencapai taraf tinggi sekali. Sekali pandang saja mereka maklum bahwa yang menyambar ini ada­lah sebuah batu-batuan yang amat tajam dan runcing, yang disusul melesatnya bayangan hitam. Cepat mereka berlima melompat ke belakang, mencabut golok dan senjata  masing-masing dan menangkis.
“Trang-trang-trang....!” terdengar bunyi nyaring. Bunga api berhamburan disusul melayangnya tiga batu besar yang tajam dan runcing, yaitu tiga batu di antara batu batuan yang bertemu dengan senjata berkilauan itu. Kemudian terdengar jerit mengerikan dan Salah satu penonton, penonton yang bertahi lalat pada hidungnya, telah roboh mandi darah. Dari leher sampai ke perutnya terdapat luka goresan yang panjang, luka kulit saja akan tetapi amat mengerikan. Apalagi kalau mereka melihat lawan mereka yang kini sudah berdiri di depan mereka, benar-benar mendirikan bulu roma.

Dia seorang yang tubuhnya sedang saja, malah agak gemuk. Seluruh badan, kecuali sepasang tangan yang kecil kurus, terbungkus pakaian serba hitam. Mukanya adalah muka cengangas cengenges, wajahnya yang lumayan kelihatan orang tolol kadang bertingkah laku seperti orang cacat mental, semua orang tidak akan menyangka bahwa orang ini yang telah berbuat mengerikan dengan membunuh beberapa penonton yang tidak berdosa, kepala tegak dengan pasang kopiah hitam yang miring tak beraturan, kedua kakinya memakai sepatu hitam pula. Di tangannya tampak sebuah senjata kujang tua yang amat tajam dan runcing, agak melengkung.

Senjata kujang tua itu kini bergerak-gerak ke arah tubuh penonton-penonton yang lain, sekali ber­kelebat tentu kulit tubuh penonton-penonton itu ter­iris robek. penonton-penonton yang terkena sabetan menggeliat-geliat, bergulingan, darah memenuhi tu­buh dan mukanya, namun kujang tua itu terus bergerak, makin lama makin cepat. Em­pat penonton menerjang lagi, yang dua orang termasuk Dolly dan pendekar Hidup menggunakan senjata keris, yang dua orang lagi karena goloknya terlempar, menerjang dengan kepalan. Akan tetapi hebatnya, si orang aneh "Sarung Kampret" ini hanya meng­gerak-gerakkan tangan kirinya dan semua serangan itu tertangkis oleh ujung lengan bajunya. Adapun kujang tua ini di tangan kanan­nya terus bergerak, merangsek pertahanan dolly, serangan yang berputar hebat menimbukan gemuruh petir di sekeliling pertempuran. namun rangsekan ini tak bisa ditolak, kujang tua telah mengiris-iris kulit tubuh dolly sampai cobak-cabik.

Kekejaman yang mendirikan bulu roma. pendekar dolly tak dapat mengerang lagi, tubuhnya berkelojotan, lalu diam. Gerakan kelebat kujang tua juga berhenti dan kini kujang tua itu berkelebatan menghadapi empat penonton dan pendekar hidup yang mengeroyoknya.

Sementara itu, Pendekar Dbulls dan dua orang konsen sudah bergerak mengeroyok si kakek gila Jali Jengki yang melayani tiga orang kosen ini sambil meludah-ludah dan memaki-maki. gerakan tongkat pikulan yang menderu seperti titiran kincir angin berkelebatan  menutup segala titik kosong yang menjadi incaran gencaran mereka. Dua orang yang mengeroyok ini adalah wanita yang gagah perkasa di rimba persilatan , siapa lagi kalau bukan : "Putri Teratai dan Black Widow"

Di lain fihak, empat orang tokoh hydro juga mengeroyok si Raja Begal One yang melayani mereka sambil terkekeh-kekeh. Sungguh pertempur­an yang amat seru namun tidak seimbang kekuatannya. Seperti tiga ekor harimau buas yang gila dikeroyok serombongan harimau-harimau gagah saja. Kujang tua di tangan sarung kampret itu menyambar seperti halilintar dan sebentar saja, dua orang penonton terkena angin panas dan sambaran halilintar yang ditimbulkan sudah menggeletak dengan tubuh terbacok hangus ham­pir putus menjadi dua potong, sedangkan hidup dan seorang yang membantunya sudah luka-luka pula.

Siapakah empat orang tokoh hydro yang konsen ini ??

Juga Raja Begal One mengeluarkan ilmu silaman yang mengerikan yang bernama RawaRontok (Candaan Rawa Rontek), badannya yang terluka tiba2 bisa sembuh kembali, dan tangannya yang terpotong tiba2 bisa tersambung kembali. malah sempat telah menewaskan dua orang penonton dengan ketombe-ketombe rambutnya. Tokoh konsen dari lembah hitam ini hanya berdiri te­gak, kepalanya digerak-gerakkan dan ketombe-ketombe dari rambutnya melayang-layang di sekitar tubuhnya, menangkis senjata dan meng­hantam lawan. Jangan dipandang rendah ketombe rambut ini, karena ketika menghantam lawan, ketombe rambut halus dan berbau apek itu seakan-akan telah berubah menjadi butiran butiran pasir yang amat kuat dan beracun.

Jali Jengki (Raja Gila Gembel bermuka aneh), meludah-ludah dan memaki-maki. Ludahnya membikin buta seorang lawan dan menimbulkan asap berlubang bagi yang terkena ludahnya, yang terus ditusuk tongkat kepalanya sehingga mati seketika.

Tiga tokoh konsen lembah hitam seperti penjagal di pemotongan hewan ternak, membunuh membabi buta sambil tertawa-tawa seakan akan berlomba-lomba untuk mendapatkan juara siapa yang bisa membunuh manusia lebih banyak.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 14/11/2008 09:06
Wah, wah aku juga diikutin casting nih!

Gimana kalo Cerita Silat seperti ini dibukukan, paling tidak dalam bentuk e-book?
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 14/11/2008 14:06
gile bener dah...pake ketombe aja dah pad mampus deh tuh orang-orang,hehehehe :D


nasibku kok naas yah,hiks... :'(
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 14/11/2008 15:10
 [lucu] ampunn.. sampe sakit perut bacanya.. dikira in orang gila ama temen2 kantor  [lucu]
maaf bang Alam, baru merhati in sekarang threadthnya.. topp bgt dah.. kocak tapi sadis  :D  [top] [top] [top]
grp dulu buat abang  [top]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 14/11/2008 15:12
oya.. kelupaan.. turut berduka cita atas gugurnya mbak dolly, bang tangan awan, dan mas sosrobirowo   :D
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 17/11/2008 16:51
oh iya..

nanti kang srdananjaya ikut casting dah... mau yang cepat tapi jagoan apa lama tapi penjahat... soalnya biasanya penjahat matinya lama...
huahuahhahhahahha....
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 17/11/2008 16:54
hahaha.. jangan dah.. sy kontraknya mahal.. tar ga sanggup bayarnya.. lebih baik saya nonton aja ketawa-ketiwian  [lucu]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 17/11/2008 18:07
Mana lanjutan ceritanya?

Makasih sudah buat orang-orang tertawa terkekeh!
GRP melayang menuju sampeyan!

Tapi kasihan itu Mbak Dolly, baru main udah langsung koit!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Unknown on 17/11/2008 18:11
nanti bakalan muncul tokoh sakti mandraguna
yang ga bakalan mati..
coba siapa yang bisa nebak??? ;D

clue :
sesuai namanya di SS
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 17/11/2008 18:14
Sarung Sampret (SS)  [lucu] [run]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Unknown on 17/11/2008 18:18
  [lucu] [lucu] [lucu]
hahahahaaa....salah om..
lawan kata dari mati kan....
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 17/11/2008 18:27
-Sambungan Cerita Kong Nizam sang Jawara-

Namun mereka sekarang mulai keliatan kewalahan karena setiap satu orang tokoh konsen dari aliran hitam ini di keroyok oleh beberapa orang pesilat tingkat tinggi.

Melihat ini si kakek Jali jengki mengeluarkan bubuk beracun dari saku celananya yang bau apek. Lalu bungkusan merah berisi bubuk beracun disebarkan ke arah lawan-lawannya. Pendekar Dbulls, Putri Teratai dan Black Widow langsung mundur jumpalitan menjauh. Gerakan ketiga tokoh konsen ini seperti tiga ekor naga yang berbalik mundur melihat semburan api dari gunung merapi. Karena rasa takut akan kelicikan kakek si Jali Jengki mereka berjumpalitan mundur melewati mayat-mayat yang bergelimpangan.

Lalu kakek gila Jali Jengki mulai komat kamit dari mulutnya yang bau jigong, karena gak pernah gosok gigi.
Kemudian tanggannya bergerak ke atas menari-nari seperti orang gila sedang mabuk naik kapal laut.
 
    "Bangun lah !!!", seru kakek gila Jali Jengki.

Tiba-tiba mayat bergelimpangan yang terkena serbuk merah beracun itu bergerak bangun !! gerakan mereka patah patah seperti sebuah zombie-zombie yang berjalan.

Semua penonton dan pendekar yang berada disana kaget bukan kepalang melihat apa yang sedang terjadi. Mereka setengah ngeri melihat ilmu hitam yang dikeluarkan penjahat kelas berat Jali Jengki.

Karena beberapa mayat yang bangun langsung menyerang Pendekar Dbulls, Putri Teratai  dan Black widow, mereka mundur karena merasa jijik dan ngeri melihat mayat hidup nberjalan menyerang mereka.

" Hehehehehhe", terbersit cahaya kuning mentereng dari sela-sela gigi Jali jengki melihat musuh mereka yang ketakutan.

Beberapa penonton yang tadi membantu dan rata mempunyai kesaktian yang tinggi sebagian lari pontang-panting ke arah yang berlainan. menjadi terlihat seperti semut-semut yang berlainan di terpa rasa ketakutan karena ada air hujan di taman.

Sarung kampret yang melihat ini teriak ke kakek gila Jali Jengki, " Wooiii jangan enak sendiri bantuin dong !!". katanya, lalu terdengar sumpah serapah dari sarung kampret yang dikeroyok oleh para pesilat yang semakin waktu berjalan semakin banyak yang mengeroyoknya.

Jali Jengki bergerak kesana kemari sambil menyebarkan bubuk warna merah. Gerakannya lincah seperti burung walet yang berak disana sini. Maka puluhan pendekar di alun alun depan rumah bek Rudyh telah menggeletak menjadi mayat menjadi bangun menyerang mereka.
Kini kedudukan berbalik para pendekar yang tadi mengeroyok tiga tokoh konsen kini mulai di keroyok oleh mayat-mayat hidup.

Terseok seok mayat-mayat ini mulai menyerang para pengeroyok tuannya. Gerakan mayat yang membabi buta sebenarnya bukan masalah bagi para pendekar tetapi karena mayat-mayat ini rata adalah teman sendiri mereka jadi sungkan. Dan mayat yang jatuh bangun terus menyerang walaiu mereka terseok-seok. Rasa sungkan bercampur ngeri melihat mayat yang tadi bergelimpangan kini mulai menyerang membuat mereka terpukul mundur. Selain para pendekar yang terpukul mundur, empat orang tokoh konsen yang tadi mengeroyok Raja Begal One juga mulai mundur teratur karena ada keroyokan mayat yang mengerikan dikala mereka sedang mengeroyok Raja Begal One.

Kegelapan malam yang seperti memakan waktu karena perkelahian yang ramai di rumah bek rudyh membuat beberapa penonton tidak mengetahui wajah siapa empat orang tokoh konsen ini yang mengeroyok Raja Begal One. Namun hanya bersitan dan cahaya-cahaya terang yang ditimbulkan dari salah satu anggota tubuh si penyerang dan gerakan-gerakan mereka yang menimbulkan ledakan-ledakan halilitar efek dari dahsyatnya serangan serangan mereka.

siapakah Empat orang tokoh konsen yang menyerang Raja Begal One ? mereka tiada lain :"Uda Parewa, Kong Nizam, Baruklinting, dan Gan Eko"

Kong Nizam berseru,"Sahabat-sahabat beri aku waktu sedikit , tahan mereka !" lalu kong nizam beranjak pergi di kegelapan malam.

Tiba tiba dari sudut lain pertempuran bergerak seorang tua mulai menaburi ampas kelapa sambil komat kamit ke arah mayat-mayat hidup yang mulai berguguran bila terkena ampas kelapa.

Melihat ada kesempatan emas saat para pendekar semua sibuk menghadapi mayat-mayat hidup. Tiga orang tokoh konsen dari lembah hitam ini memberi kode dari pandangan mata masing-masing. Mereka semua maklum bahwa bantuan dari ilmu Jali Jengki terlihat tak berlangsung lama bahwa kalau dilanjutkan, mereka semua pasti akan tewas. Lagian terlihat ada bala bantuan yang mampu menangkal para mayat-mayat hdup buatan Jali Jengki. Seperti ada yang memberi koman­do, Raja Begal one, Jali Jengki, dan Sarung kampret melompat pergi mening­galkan para korbannya yang sudah tewas dan menjadi mayat hidup.

Puluhan pendekar di alun alun depan rumah bek Rudyh telah menggeletak menjadi mayat, sebagian penonton yang yang tidak berdosa dan tidak mempunyai ilmu silat pun jadi korban kini ramai bergerak hidup menyerang yang masih hidup.Mereka pun menderita luka-luka berat tak mampu menyelamatkan diri menjadi korban dari mayat-mayat hidup.

 “Ha-ha-ho-ho! Sarung Kampret, Jali Jengki, biarkan kita pergi untuk memberi waktu bagi mereka buat belajar menandingi akan kehebatan kita dan memberi tahu kepada perguruan atau partai masing-masing!”

   "Hai Ki Sawung kau telah berani mencampuri urusanku !! tunggu pembalasan ku !!" teriak Jali Jengki kepada kakek kakek tua yang berpenampilan seperti dukun kampung berbadan tinggi besar. Kakek tua penampilan dukun kampung yang ternyata ompong ini hanya terkekeh mendengar ancaman Jali Jengki.

    "Hehehehhehe, biar aku ini Ki sawung gak benar di dunia tapi gak pernah berbuat keji dan zholim kayak dirimu, Jali Jengki", balas Ki Sawung.

    "Woiii Nizam !! Walau rambutmu gak seperti semur daging lagi dan mulai memutih, aku masih kenal kau !! Tunggu pembalasan ku ", Sahut Raja Begal One gak mau kalah.

Dua orang tokoh konsen hitam ini melesat kabur laksana batang panah. Dari gerakan mereka terlihat ginkang dua orang ini diatas rata-rata seorang pendekar kawakan.

    Sarung Kampret mulai melihat gelagat kawan-kawannya kabur sambil mengucapkan kepada musuh-musuh besarnya. terlihat dia gak mau kalah kata dari pada  kawan-kawannya.

    " Woiiii !! musuhin aku dooooong !!Dan tunggu pembalasan aku ya....", kata Sarung Kampret dari gayanya yang seperti anak kecil gak bersalah. Orang setengah idiot ini mulai mengangkat sarungnya hingga hampir terlihat kampretnya sambil beranjak pergi melsat terbang menyusul mereka.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 17/11/2008 18:38
Buat Ochid :
Saya sudah tau jawabnya, namun karena "empunya" cerita kang Alam, tentu dia .............


Hebat baru di minta sudah jadi, ceritanya. Kalau GRP boleh dikasih berkali-kali dalam waktu 1 jam. Saya beri dech ente!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 18/11/2008 10:31
-Sambungan Cerita Kong Nizam sang Jawara-

Di lain pihak Kong Nizam yang baru datang terperangah akan kata-kata Raja Begal One. Dia tidak menjawab segala tantangan Raja Begal One. Sepertinya ia masih memikirkan mayat-mayat hidup yang menyerang para penonton dan para pendekar yang berada disana. Dia yang habis ke belakang membawa guci besar. Wangi-wangian kembang setaman menyelimuti pelataran, kala Kong Nizam beberapa penonton sempat berdesis kagum dari cara membawa guci besar berisi air seberat itu hanya dengan satu jari !!.

" Cepat sahabat-sahabat !! celupkan tangan kalian dengan air ini!", kata kong nizam bersemangat.

Lalu kong Nizam tanpa ba-bi-bu mencelupkan tangannya ke guci besar itu. Lalu dengan gerakan seperti garuda melayang-melayang ditengah para mayat hidup.

Hebat !! air mengandung kembang itu cukup membuat mayat-mayat hidup itu kembali menjadi mayat. Tidak bergerak lagi.

Melihat gerakan dan kejadian yang terjadi setelah apa yang dilakukan Kong Nizam para pendekarpun mengikuti cara Kong Nizam mencelupkan tangan mereka di guci besar itu lalu langsung menerjang mayat-mayat hidup.

Terjadi lah perang besar kembali antara para penonton beserta pendekar melawan mayat-mayat hidup.

Mayat-mayat hidup mulai berjatuhan terkena pukulan-pukulan dari penonton dan para pendekar. Beberapa penonton yang masih takut dan tidak bisa berkelahi hanya mencipratkan air itu ke arah mayat-mayat hidup. Ampuh !! air itu benar-benar ampuh cukup mencipratkan para mayat hidup ilmu dari si kakek gila Jali Jengki tak berdaya.

Ki Sawung yang mendapat bala bantuan menjadi senang dan terus merangksek ke arah mayat-mayat hidup.

" Hehehehhehe, memang nama besar Kong Nizam yang dahulu menjadi momok para penjahat bukan nama kosong !!", begitu Ki Sawung memuji Kong Nizam.

Dalam waktu setengah hari para mayat-mayat hidup berhasil mereka taklukan.


Hari telah berganti, sang mentari mulai menyeruduk ke arah lipatan-lipatan pepohonan di Rawa Bangke. Terlihat beberapa para pendekar dan penonton membantu menguburkan para mayat yang sebelumnya sempat membuat geger kampung rawa bangke.

" Maaf Bang Nizam, yang menangkal ilmu setan tua itu air apakah?", tanya Meneer EricB yang ternyata sempat membantu di kala terjadinya huru hara.

"hmm, meneer itu hanya air buat mandiin mayit yang didoakan, meneeer", kata Kong Nizam.

" Bukan airnya meneer, Tapi kuasa Tuhan yang menghidupkan dan mematikanlah yang membuat air itu menjadi mujarab ", jawab kong nizam menambahkan dengan kerendahan hati.

"Hmmmm...", Mener EricB mengangguk-angukan kepala setelah mendengar penjelasan Kong Nizam.

Pekerjaan Kong Nizam sebagai tukang mandiin mayat memang sudah terkenal di Rawa Bangke. Namun tiada seorang penduduk di kampung itu yang menyadari bahwa Kong Nizam adalah seorang pesilat yang sakti mandra guna.


Akhir setelah selesai prosesi pemakaman, beberapa penduduk berbincang-bincang dengan para pendekar-pendekar yang kemarin membantu dalam menanggulang huru hara yang terjadi.

Bek rudyh yang terluka parah tidak lupa mengadakan selamatan buat dirinya dan penduduk kampung. Kampung Rawa bangke kembali senyap setelah para pendekar kembali ke kampungnya masing-masing.


----------
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 18/11/2008 11:02
TOP..PERTAMAX..deh..
lanjoottt..pengen tahu celana apeknya bang Jali mau diapain ..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 18/11/2008 11:05
tamat nih?? sambung lagi doong..
(jadi inget cerita radio saur sepuh nih ..hehehe)

GRP lg deh buat kang sarkam  [top]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 18/11/2008 11:08
belum tamat kok, masih ada lanjutannya nih pera pendekar sedang kumpul lagi
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 18/11/2008 11:17
iyah belum tamat dooong... tapi yang mati gak bisa main lagi nih??
udah gitu ini cerita khan asal2an alurnya dan dibuat spontan..

jadi mau dibawa kemana yaaa tergantung daya khayal ane aja ya? huahahahhahhaaha....

dan sekali lagi ini cerita asal-asalan dan fiktif banget jangan pada pikirin dan bukan cerita reality show ya?
yang konyolnya, ada yang nanya ooh nama kampung Rawa Bangke gara ada bangke-bangke yang hidup??!?!? jawabannya tidak.

Sampai penulis buat nih cerita, sang penulis gak tahu dimana Kampung Rawa Bangke itu berada !!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 18/11/2008 11:30
Sampai penulis buat nih cerita, sang penulis gak tahu dimana Kampung Rawa Bangke itu berada !!

deket tuh ma rumahnya Kong Nizam...hahahahaha  [lucu]

mangsstaaaabbhhhhh kate MJ XIV....aye salut dengan sarkem eni...penuh daya imajinasi,kreatifitas,.....asal jangan imajinasi yang negatip aje yeee..



debuls
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Sosro_Birowo on 18/11/2008 12:01
Rawa bangke?
dulu emang pernah ada nama daerah ini di jaktim ..
Letaknya di seputaran Jatinegara..deket cawang/kp melayu/otista..
dulu ini tempet medanpertempuran antara indonesia dan penjajah (belanda dan para sekutunya) dan banyak korban pembantaian/perang yang dibuang di rawa-rawa daerah sini. dulu sih banyak rawa-rawa-nya.

Sekarang namanya udah diganti Rawa Bunga.
coba deh tanya Oom yanwek yang rumahnya deket2 sana..ato cari aja (Rawa bunga) di peta seputaran jatinegara/cawang/otista/kp melayu

tabik
S birowo

eh aku baca dimana ya soal rawabangke ini ??
udah lupa neh..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 18/11/2008 13:59
-Sambungan Cerita Kong Nizam Sang Jawara-


Kita tinggalkan apa yang terjadi di Kampung Rawa Bangke. Kita menuju perbukitan di daerah Tambun yang penuh dengan pepohonan hutan dan semak belukar. Disana terlihat tiga orang yang sedang mengaso setelah menggunakan ilmu lari cepat dan ginkang yang tinggi. Salah satunya bersender di bawah pohon jati besar sepertinya memasang muka yang kecewa, orang kedua sedang duduk dengan kaki mengangkat satu di sebuah batu besar di perbukitan dan orang ketiga sedang asyik duduk di bawah tanah yang becek dan memainkan tanah membentuk sesuatu.

"Tak usah kau ngoceh, pengemis geblek!” Raja Begal one mencibirkan bibirnya yang sedikit jontor sambil mengebut-ngebutkan rambutnya yang penuh ketombe hingga pohon disekitarnya menjadi berlubang dan berasap lalu tiba tiba layu.

“Kalau aku mau, apa kaukira tua para pendekar goa hydro itu bisa pergi hidup-hidup?”

“Ho-ho-hah! Bagaimana, Sarung kampret, puas kau hari ini dapat membunuh para pendekar yang merasa dirinya golongan bersih?” Setan Pengemis Jali Jengki itu berpaling kepada Sarung Kampret.

“Aku datang ke Kampung Rawa Bangke bukan untuk itu,” Si Idiot Sarung kampret yang seperti anak kecil acuh menjawab pendek.

“Heheheheh, untuk apalagi kalau bukan untuk mengetes ilmumu di perkumpulan para pendekar? Iihhh, Sarung Kampret, sejak kapan kau ikut-ikut menjadi tukang tes ilmu seperti pengemis geblek ini?” Raja Begal One mengejek. Akan tetapi Sarung kampret tidak menjawab, hanya asik memainkan tanah lempung di tanah dan membentuk rumah rumahan.
 
“Ho-hah, Raja Setan Begal, lidahmu benar-benar lemas, bibirmu halus mengandung madu, tapi ludahmu seperti comberan dan bau nanah ! Kau sendiri datang pada Bek Rudyh, apakah akan memberi selamat panjang umur kepada setan gunung? Ho-ho, kau sendiri juga akan mengetes ilmu, bukan?”

“Cih, mulutmu bau busuk, pengemis kotor! Aku mendengar bahwa si Nizam bersembunyi di Rawa Bangke. Aku hendak melihat apakah dia dapat menghadapi ilmu rawa rontok dan rambutku, kalau dapat, baru aku mau menyerah kalah kepada musuh bebuyutanku , bukan mengetes ilmu-ilmu baru seperti kalian!"

“Ha-ha, silat lidah! Menjadi mencari musuh bebuyutan yang pernah mengalahkanmu dan mengetes ilmu, apa bedanya? Malu-malu kucing segala, cuh!” Setan Pikulan Jali Jengki meludah ke dekat kakinya dan batu di dekatnya berasap dan berlubang oleh ludah itu!
 “Bukankah begitu, manusia  Kampret?”

Si Sarung Kampret tidak menjawab, tidak mengangguk atau menggeleng hanya mengeluarkan suara, “Huhhh!”

Sarung kampret asyik dengan mainan tanah nya sepertinya merasa terganggu dengan perdebatan dua tokoh aliran hitam yang memperdebatkan kenapa mereka membuat huru-hara di kampung rawa bangke.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 18/11/2008 14:49
-Sambungan Cerita Kong Nizam Sang Jawara-

"Hehehhehe... lagi pula gak usah dibuktikan akulah jagoan nomor satu di jagadraya ini", kata Raja Begal One dengan gayanya yang angkuh.

"Jadi kau ngerasa dirimu Jawara nomor wahid?", ketus Jali Jengki gusar mendengar pernyataan itu.

“Hemmm....” Raja Setan Pikulan Jali Jengki itu mundur selangkah, mukanya menghadap Raja Begal One dan senjata pikulannya yang mengerikan itu diangkat ke atas, agaknya siap bertempur.

Sarung Kampret tiba-tiba berjingkrak-jingkrak tertawa dan bertepuk-tepuk tangan. Sepertinya dia baru mau melihat permainan baru yang akan mengasyikan dirinya 

“Bagus, bagus....! Aku pun mempunyai keinginan yang amat sangat, yaitu melihat kalian bertempur mengadu ilmu. Alang­kah akan ramainya, entah siapa yang hanya bernama kosong belaka. Raja Begal One ataukah Jali Jengki. Hayo, mulailah!”
 
Sejenak Raja Begal One ragu-ragu, kepalanya sudah tegang, agaknya ia hen­dak menggerakkan rambutnya yang mulai keras menerjang. Akan tetapi matanya melirik ke arah pengemis tua dan bocah nakal itu, lalu tiba-tiba ia tertawa terkekeh-kekeh. “Hi-hi-hik, bocah gendeng busuk, kau hendak akali kami berdua, ya? Kau mengadu kami, biar keduanya mampus atau payah, baru kau turun tangan dan dapat memonopoli atas gelar jawara nomor wahid di rimba persilatan. Begitukah? Akal bulus!”

“Kalian mau saling gempur atau sa­ling cinta, apa sangkut-pautnya dengan aku? Habis, kau mau apa?” Sarung kampret itu merengut seperti anak kecil yang tidak mendapat mainan, kesal.

“Kita bertiga harus menentukan siapa paling unggul, dia berhak mendapat gelar Jawara nomor wahid minimal di golongan hitam"

"Yang kalah dinyatakan tidak berharga dan harus menjadi anak buah yang menang”

“Setuju!” jawab Raja Setan Pikulan Jali Jengki yang benar-benar seperti layaknya pengemis tua yang semangat mendapat uang receh.
“Kau bagaimana?” tanyanya kepada Sarung Kampret. Yang ditanya hanya mengangguk dan nyengir, namun ia tetap berdiri memasang kuda-kuda, sikapnya amat bercuriga dan tidak percaya kepada dua orang di depannya itu.

Tiga orang sakti itu berdiri memasang kuda-kuda, saling pandang dengan sinar mata penuh kebencian. Mereka seakan-akan tiga ekor harimau yang siap me­nanti datangnya terjangan lawan, tegang sampai ke bulu-bulunya, akan tetapi terlalu hati-hati untuk bergerak lebih dahulu karena maklum bahwa lawan amatlah hebat, siapa terlena dia akan sirna.

Tiba-tiba Raja Begal One melengking tinggi dan rambutnya bergerak mengeluarkan ribuan seperti sinar putih menyambar ke arah Sarung Kampret. Hanya satu atau dua detik se­lisihnya dengan gerakan Raja Setan Pikulan Jali Jengki yang menggunakan tongkat pikulan menyerang Raja Begal One yang mempunyai ilmu kebal ini, dan gerakan Sarung Kampret yang menggunakan kujang tua tanpa gagang menerjang Jali Jengki. Sekaligus tiga orang itu telah menyerang dan diserang. Sekaligus pula mereka mendengus nyaring dan mengelak dengan lompatan kilat ke samping. Kini mereka berdiri lagi memben­tuk segi tiga, memasang kuda-kuda dan tidak bergerak. Suara desingan senjata mereka yang menyambar tadi masih ter­dengar gemanya, mengaung dari dalam jurang di dekat situ.

Amat tegang seluruh urat syaraf, ke­tiga orang itu sudah siap untuk melaku­kan terjangan atau menghadapi serangan lagi. Akan tetapi tiba-tiba wajah mereka bergerak dan perhatian mereka tertarik­ oleh bunyi siulan yang amat luar biasa. Sesaat bunyi siulan itu semerdu kicau burung di waktu pagi hari menyongsong munculnya sang matahari, akan tetapi pada saat lain terdengar seakan-akan halilintar menyambar-nyambar membelah gunung, pada detik ini terdengar gembira seperti suara bidadari tertawa merdu, pada lain detik seperti tangis wanita yang ditinggal mati suaminya.

“Tunda dulu urusan kita,” kata Jali Jengki.

Kita lihat siapa yang datang,” sam­bung Raja Begal One mengangguk. Sarung Kampret hanya mengangguk dan menurunkan kujang tuanya. Makin lama suara siulan terdengar makin nyaring, seolah-olah penyiulnya berjalan perlahan men­dekati tempat itu. Tiga orang sakti ini menjadi tegang hatinya, mereka men­duga-duga. Apakah orang golongan mereka atau golongan putih dari kaum pendekar.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 18/11/2008 16:20
lanjut terus ceritanye
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 18/11/2008 19:16
nanti bakalan muncul tokoh sakti mandraguna
yang ga bakalan mati..
coba siapa yang bisa nebak??? ;D

clue :
sesuai namanya di SS


aku tau jawabnya..."si mayat-mayat hidup" kan bang Ochid.
Aku jadi tukang kipas aja mas Sarkem..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 19/11/2008 17:06
“Kita lihat siapa yang datang,” sam­bung Raja Begal One mengangguk.

Sarung Kampret hanya mengangguk dan menurunkan kujang tuanya. Makin lama suara siulan terdengar makin nyaring, seolah-olah penyiulnya berjalan perlahan men­dekati tempat itu. Tiga orang sakti ini menjadi tegang hatinya, mereka men­duga-duga. Hanya ada beberapa nama yang menjadi kengerian dari tiga nama besar golongan hitam, yaitu nama Ki Oong Maryono dan Ki Kusnul Hadi.

Nama besar Ki Oong Maryono yang murid dari Meneer Eddie (Dewa Persilat) yang dipuja-puja seluruh tokoh rimba persilatan sebagai penjelajah ilmu-ilmu sakti rimba persilatan, dan Ki Kusnul Hadi Dewa Obat sudah banyak kali mereka dengar, namun selama hidup mereka belum pernah melihat orangnya. Apakah salah satu dari kakek sakti itu yang muncul sekarang sambil bersiul?


Tak lama kemudian muncullah si pesiul dari balik batu besar, ber­jalan dengan tenang perlahan menuju ke puncak sambil bersiul, dengan sabuk tas pinggang dari kulit yang di­pegang dengan kedua tangannya. tas pinggang dari kulit itu berkilauan tertimpa matahari dan mudah diduga bahwa benda ini sering di semir !! tanda keapikan dan kerapihan dia. Pesiulnya seorang laki-laki tinggi tegap, tampan dan gagah, berusia antara lima atau enam puluhan tahun. Pakaian­nya seperti pakaian seorang pelancong, dengan tas pinggang dari kulit dan topi pe­nutup kepala yang juga dari kulit. Pakaian orang ini hanya bentuknya saja seperti pakaian pelancong, juga topinya, akan tetapi warna sepatu, pakaian, dan topinya warna warni, kecuali ikat pinggang dan pinggiran jubah, berwarna kuning keemasan. Di bagian dada bajunya yang hitam itu tampak lukisan sebuah lambang negara Sriwichai dari emas dan disampingnya lambang Persilat.

“Inikah orangnya yang memakai nama Ki Oong Maryono....?” Jali Jengki berkata perlahan seperti pada diri sendiri. Ada­pun Sarung Kampret hanya mengeluarkan suara cengengesan cengar-cengir.

Sementara itu, manusia setengah tua ini ber­siulan itu sudah melihat adanya tiga orang aneh di puncak, juga adanya ma­yat-mayat berserakan di tempat Bek Rudyh. Suara siulannya berhenti, ia coba mencari-cari selipan pada tas ikat pinggang lalu dia mengeluarkan kacamatanya emasnya yang plus kedua kakinya melangkah lebar dan cepat ke tempat itu. Keningnya berkerut, sepasang alis yang gak jelas itu seakan-akan mengkerut. Dia lalu memperhatikan kujang tua tak bersarung di ikat pinggang sarung kampret yang masih berlumuran darah.
 
“Tadi aku lewat di Kampung Rawa Bangke ada Pembantaian.. Sungguh keji sekali....!” Ia bersungut-sungut tanpa mempedulikan tiga orang itu.

“Kami yang membunuh mereka. Kau mau membela?” ejek Setan Pikulan Jali Jengki me­nantang.

Dia tersenyum, menoleh kepada pe­ngemis muka aneh bergigi kuning itu dan berkata dengan suara tenang berwibawa, “Kalian membunuh orang, tidak ada sangkut-pautnya dengan aku, aku tidak peduli, bukan urusanku. Akan tetapi andaikata tadi aku berada di sana, jangan harap kalian me­ngumbar kekejaman sesuka hati.”

Setelah berkata demikian, orang ini lalu menghampiri Sarung Kampret, meman­dang sejenak dan berkata. “Kau Sarung Kampret, bukan? Beri pinjam senjatamu sebentar, aku hendak membuktikan bahwa senjatamu yang tadi melumurkan darah beberapa muridku itu.”

Sarung Kampret mendengus dan melangkah mundur, kujang tuanya ia angkat ke atas kepala, siap menerjang. Orang setengah tua itu tertawa mengejek.

“Kau takut aku melarikan senjatamu itu? Ha-ha, aku sering kali mendengar bahwa manusia iblis Sarung Kampret memiliki kepandaian yang amat tinggi, kiranya ia hanya mengandalkan nyawanya kepada sebatang kujang tua, maka takut kehilangan senjatanya. Sarung Kampret, kaca mataku ini dari emas, jauh lebih berharga daripada kujang tua­mu, baik harganya maupun kegunaannya. Kalau kau takut aku melarikan kujang tuamu, biar kau bawa dulu kaca mataku ini.”

Sebagai seorang tokoh besar dalam dunia persilatan, mana Sarung Kampret mau menyerahkan senjatanya? Senjata yang diandalkan sama harganya dengan nyawa. Ia mendengus kembali, menggelengkan mukanya yang terlihat beringas kadang idiot.

Orang setengah tua tinggi ganteng (gantengnya asal ocehan dia, karena menurut cerita masa lalu dia adalah playboy, sekarang telah digantikan oleh salah satu muridnya Pendekar Pemetik Bunga) itu tersenyum lebar, tapi sepasang matanya mengeluar­kan sinar tajam. “Terimalah ini!” serunya dan kaca mata di tangan kanannya itu tiba-tiba meluncur seperti halilintar menyam­bar, ke arah leher kiri Sarung Kampret. Se­rangan ini cepat bukan main, juga tidak terduga karena gerakan kaca mata itu dilihat dari depan seperti memutar, ujungnya membentuk lingkaran yang tidak dapat diterka ke mana akan mencari sasaran. Tiba-tiba, Sarung Kampret melihat ujung kaca mata  sudah hampir menempel ulu hati­nya.

Namun ia memang lihai sekali. Sam­bil mengeluarkan suara gerengan seperti harimau kesurupan setan, tangan kirinya menyambar dari samping menangkap kaca mata  itu dan men­dorong ke kanan agar meleset daripada ulu hatinya, bagian yang berbahaya itu. Alangkah herannya ketika ia merasa betapa kaca mata  itu dengan mudah dapat ia renggut, malah agaknya dilepaskan oleh pemiliknya. Ia menduga akan adanya tipuan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, tenaga yang amat keras merampas kujang tuanya. Ia masih berusaha mempertahankan dengan tangan kanan, namun tiba-tiba kaca mata  di tangan kirinya itu bergerak hendak menusuk dadanya kembali. Terpaksa ia mengalihkan perhatian dan tenaganya ke tangan kiri yang mencengkeram kaca mata , berusaha merampas kaca mata  untuk menyelamatkan diri. Lebih penting menyelamatkan diri daripada ancaman kaca mata , baru kemudian berusaha merampas kembali senjatanya.

Orang setengah tua itu tertawa sambil melompat mundur, kujang tua berpamor dan karatan sudah berada di tangannya.

“Sarung Kampret, terima kasih atas kebaikanmu. Hanya sebentar aku pinjam kujang tuamu, kalau sudah selesai akan kukembalikan.”

Setelah berkata demikian, orang tua aneh ini lalu melirik ke arah kujang itu lalu kekanan kiri beberapa lama, kemudian tiba-tiba ia meloncat ke kiri, sekali loncatan tubuh­nya melayang lebih sepuluh meter jauh­nya. Kiranya ia memilih tempat yang terang dari cahaya matahari di atas sebuah batu besar. Kujang  Tua di tangannya dia perhatikan, lalu dia menghela nafas seperti sedang bersedih hati, lalu dia bergerak menyerupai gerakan sarung kampret saat menyerangnya dan tampak sinar berkilauan hitam ketika dengan cepatnya, kemudian dia berhenti dan menghela nafas kembali.

“Heh, kau tentu si orang tua sombong yang memakai nama Ki Oong Maryono Pendekar Nusantara yang menjadi Guru di negeri Sriwichai !” terdengar suara serak Si Sarung Kampret. “Kembalikan senjataku.”

Ki Oong Maryono tidak menjawab, melain­kan memperhatikan kujang dan darah yang masih menempel pada kujang tersebut.

Sinar hitam yang lembut bergulung meluncur ke arah punggungnya. Sinar hitam ini datang dari Sarung Kampret yang melepas senjata rahasianya yang ternyata beberapa lembaran bulu ketek !!

 Ilmu yang diperlukan tenaga dalam tingkat tinggi hingga bulu ketek yang lemas menjadi seperti batang-batang bulu ketek ini  disebut "Bulu Ketek Beracun Awan Mendung".

Begitu hebat racun dari bulu-bulu ketek yang jumlahnya tujuh bulu ini sehingga mengeluarkan uap hitam seakan-akan awan yang membungkusnya ketika benda-benda kecil ini meluncur mencari korban.

Melihat Sarung Kampret mempergunakan ilmunya melepas bulu ketek, Raja Begal One dan Setan Pikulan Jali Jengki pun jadi terkejut. Mereka berdua sudah mengenal baik hebatnya bulu ketek-bulu ketek itu.

Sekarang Ki Oong Maryono yang ternyata hanya seorang orang setengah tua yang rabun diserang dari belakang dan orang setengah tua itu asyik memperhatikan kujang tua dan mengelap darah dari kujang tua ini, mana dapat ia menyelamatkan diri?

Ki Oong Maryono mengelap senjata dengan gerakan cepat dan aneh. Bukan hanya tangan kanan yang memegang kujang tua saja yang bergerak, malah semua tubuhnya ikut bergerak. apabila ada seorang penonton pasti akan menter­tawakannya karena cara ia mengelap menggunakan tas pinggang kulitnya amatlah lucu, meloncat ke sana ke mari, bergoyang-goyang dan terhuyung-huyung. Akan te­tapi kalau melihat hasil di depan­nya, orang akan bengong terlongong. Sepuluh orang artis juga akan bingung saat melihat tetesan darah mengurat tanah yang ada di kujang tua menjadi sebuah tulisan "Selamat Jalan Muridku Tercinta" dengan waktu demikian cepatnya.


Sekarang, tiga orang sakti itu yang menjadi kagum. Tanpa menoleh, Ki Oong Maryono masih tetap bekerja dan ketika gulungan awan hitam yang membungkus bulu ketek-bulu ketek beracun itu menghampirinya dan berpencar mengarah tujuh bagian jalan darah terpenting, ia masih saja bergerak-gerak mengurat tanah dengan mengeluarkan tetesan darah yang mengering menjadi encer. Namun kini di antara berkelebatnya sinar kujang tua yang hitan, tampak bergulung-gulung sinar kebiruan yang mengeluarkan angin keras. Mendadak awan hitam itu membalik sampai tiga kaki jauhnya, Sarung Kampret mengeluarkan suara geraman hebat dan awan hitam itu mendesak maju lagi, Si Sarung Kampret berdiri setengah berjongkok, kedua tangannya dilonjorkan ke depan dan ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk memberi dorong­an kepada senjata rahasianya.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 17:23
huahaaa..ha..ha.. racun bulu ketek juga dah ada ::)

lanjott aku pengen tahu akhirnya setan pikulan jali jengki...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 19/11/2008 17:30
situ pengen tahu...
sini bingung nyelesaiin nih cerita....

huahhahhahaha
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 19/11/2008 17:31
te-oo-pe   be-ge-te deh buat om sarkam

GRP buat om sarkam....
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 17:40
bikin si dolly hidup lagi dong, cari ramuan sonoo...ha.ha.ha.. ::)
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 19/11/2008 17:45
hahahhaa sorry mas dolly...

ini cerita ngalor ngidul sekenanya dan spontan...

pertanyaannya ini terjadi perkelahian antara 3 tokoh dan Ki Oong di daerah TAMBUN, ceritanya jaman dulu TAMBUN BEKASI masih hutan...

emang TAMBUN ada perbukitan ?!?! huahuhahahhaa [lucu]

harusnya tiga tokoh ini lari ke puncak nih...
tapi bisa bentrok sama cerita Pendekar Pemetik Bunga jadi lariin ke TAMBUN Bekasi arah JABABEKA dan cipularang aja...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 19/11/2008 17:49
duh om sarkam ketinggalan berita nih...


om hidup, apa aku harus ganti nama yah biar gak dipanggil mas sama om sarkem n penduduk SS...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 19/11/2008 17:55
Wah jangan, namanya kan sudah paling legendaris di ranah SS (Surabaya Sity)  :-P

Memang begitu kelakuan Om Sarkam kalo belum diberi pisang ama kopi anget, nggak bisa ngebedain, mana cowok mana cewek! 
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 18:01
kayaknya mas sarkem sedang keblinger deh, muter otak cari ilham.
Ilham sedang jadi TKI di singapore mas ..he..he..he..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 19/11/2008 18:03
Untung di cerita sana gak dijelasin cewek or cowok huahuahhahhaa [lucu]
---
"Kekejaman yang mendirikan bulu roma. pendekar dolly tak dapat mengerang lagi, tubuhnya berkelojotan, lalu diam. Gerakan kelebat kujang tua juga berhenti dan kini kujang tua itu berkelebatan menghadapi empat penonton dan pendekar hidup yang mengeroyoknya."
-----

maaf ya mbak dolly...
kayaknya gak ada ramuan yang bikin hidup lagi...
ada juga ramuan biar "tahan lama" mbak... ^:)^
Title: Kong nizam sang jawara
Post by: Dolly Maylissa on 19/11/2008 18:08
Om hidup aku perempuan baek2 loh,..

Gak apa2 kok om sarkam manggil aku mas yg penting bayaran jd figurannya ditransfer ya.hehehe
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 18:17
mas sarkem, lanjoot ceritanya nih dengan tema sarkem di serang dua pendekar wanita pencabut nyawa...ha..ha..ha..
Title: Re: Kong nizam sang jawara
Post by: Putra Petir on 19/11/2008 18:20
Gak apa2 kok om sarkam manggil aku mas yg penting bayaran jd figurannya ditransfer ya.hehehe

huahuahhahahha....
jangan minta transferannya ke sini...
ke kong nizam dong yang lagi ditenarin dan dipublikasikan buat pemilihan calon ketua rimba persilatan...



mas sarkem, lanjoot ceritanya nih dengan tema sarkem di serang dua pendekar wanita pencabut nyawa...ha..ha..ha..

kalau begini mah mending ane matinya di cerita lawan ki oong dech...
lebih repot diserang dua pendekar wanita....

bisa pulang keramas...
Title: Re: Kong nizam sang jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 18:21
Om hidup aku perempuan baek2 loh,..


mas Hidup ini hidup namanya tapi suka bikin wanita sakit hati karena guyonannya.

Emang mas Hidup gak kawin ya? kok posesif gitu seh. Emang gak pernah kenal wanita ya? masa komentarnya kok gak ada bedanya blas.
gak ada alus-alusnya ama perempuan, kita mah brlatih silat bukan untuk di ledekin bro..



empet deh gua

 ???
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 19/11/2008 18:22
Mbak Dolly, ma'af.

Om Sarkam, bagus tuh idenya Mbak PT!
Eh, jangan lupa transfernya.
Sudah ada yang nagih tuh!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 18:24
gitu dong,
baru deh laki-laki sejatii...TOP pertamax
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 19/11/2008 18:34


mas Hidup ini hidup namanya tapi suka bikin wanita sakit hati karena guyonannya.

Emang mas Hidup gak kawin ya? kok posesif gitu seh. Emang gak pernah kenal wanita ya? masa komentarnya kok gak ada bedanya blas.
gak ada alus-alusnya ama perempuan, kita mah brlatih silat bukan untuk di ledekin bro..



empet deh gua

 ???

mungkin mas hidup terlalu banyak mikir dalaman mbak PT...
jadi suka kepedalaman yang nggak-nggak...

ps :
bukan saya takut sama wanita mbak...saya takut cemongnya panci di rumah melayang di jidat mbak..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 18:41
ha..ha..ha..ha..
bilang ama istrinya kalo aye tuh lebih tua dari situ.
Gak bakal lagi gangguin bang sarkem.

Cuman wajah saya tampak kayak gadis remaja ya..? ceileeee...
Mas Hidup aja yang pernah bilang saya TUWIR alias tua. Tapi gpp, paling kalo ketemu saya dia juga bakal teparrr..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hidup on 19/11/2008 18:48
Aduh, jangan sensi gitu dong Mbak!

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 19/11/2008 18:51
lha kan dulu gua dibilang TUWIR..ha..ha.ha.. gak ngamuk kok, lha emang tuwir..
tapi mash aduhai juga..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 20/11/2008 10:55
-Sambungan Cerita Kong Nizam sang Jawara-

Pendekar Nusantara menunda gerakannya mengurut tanah membuat tulisan. Ia pun membalik dan kiranya di tangan kirinya terdapat sebuah baju putih biru bertulisan "Jurus-jurus tinju Sriwichai" yang sebenarnya akan dibagi bagikan kepada para pendekar goa hydro setiap dia pulang dari negeri Sriwichai. Ia me­ngipaskan benda itu ke depan sambil berseru.
“Sarung Kampret, aku terima tantangan­mu, akan tetapi tunggulah sebentar sam­pai selesai pekerjaanku.” Ia mengebutkan lagi baju putih birunya dan sekali lagi awan hi­tam yang sudah mendesak maju itu terpental mundur sampai lima kaki jauhnya.
Tanpa mempedulikan Sarung Kampret  yang terpaksa menerima kembali bulu-bulu keteknya itu, Pendekar Nusantara berloncatan ke sana ke mari menulis sebuah puisi indah.

" Rasa kangen dari negeri jauh
tapi banyak kejadian di negeri sendiri
kecewa...oh kecewa...
Kapan negeri ku akan aman dan makmur "

“Ho-ho-hah-hah, Pendekar Nusantara namanya menyundul langit. Kiranya hanya seorang tua gila yang suka membuat puisi-puisi picisan. Ha-ha-ha.” Setan Pikulan Jali Jengki tertawa mengejek.

“Setan Pikulan Jali Jengki, terimalah salamku. Tak kusangka di perbukitan daerah tambun ini akan bertemu dengan tiga orang raja dari lembah hitam satunya pengemis pembawa pikulan buat dagang tapi tak dagang dan satu lagi raja begal yang merasa paling ganteng namun gak pernah keramas, sungguh menyenangkan,” jawab Pendekar Nusantara.

Teguran yang dikeluarkan oleh Pendekar Nusantara ini ternyata disertai tenaga dalam bagi yang tenaga dalamnya belum sampai tingkat tinggi akan memecahkan gendang telinga, beberapa pohon daunnya berguguran rontok kala dia berbicara kepada tiga orang raja dari lembah hitam dan ada sesuatu yang mujijat dari Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono, hawa kekuatan yang tidak sewajarnya, keluar dari tubuhnya seakan-akan siap menerima serangan segala serangan berbahaya dan beracun.

Raja Begal One hanya terkekeh-kekeh mendengar ejekan ini. Adapun Setan Pikulan Jali Jengki lalu menegur, “Pendekar Nusakambangan (Ledekan untuk Pendekar Nusantara), kau yang masih sudah tua dan pikun, bagaimana berani lancang me­nyebut nama kami? Bagaimana kau bisa megenal bahwa aku Jali Jengki?”

Pendekar Nusantara  tertawa. “Banyak raja di dunia ini, akan tetapi yang suka me­makai pakaian blue jins kumuh, banyak tato isim dibadannya,membawa pikulan dan dandanan rada gembel, hanyalah raja pengemis bergaya anak muda yang dagang obat tapi bangkrut. Di antara banyak raja penge­mis yang terkenal, memang ada beberapa orang di antaranya yang suka ngomong sembarangan sampai ludah muncrat, akan tetapi yang ngeludah sampai bisa berlobang dan berasap hanyalah Setan Pikulan Jali Jengki.”

Raja Begal One makin keras kekeh tawanya. bahkan Si Sarung Kampret yang cengengesan juga terbatuk-batuk menahan tawa. Setan Pikulan Jali Jengki mencak-mencak saking marahnya. “Orang Tua sombong, berani kau mempermainkan aku? Hayo ke sini­lah, boleh kita adu kepandaian.”

“Nanti dulu, Jali Jengki. Biarlah dia mencoba kelihaian ketombe di rambutku. Kalau dia bisa mengatasi ketombe di rambutku, tak perlu kau mencium dan menggigitnya kayak tikus lari ke loteng bawa potongan ayam, he-he-he!”, Raja Begal One melangkah maju.

Akan tetapi Pendekar Nusantara  tidak mem­pedulikan mereka berdua, langsung ia menghampiri Sarung Kampret, menyerahkan senjata kujang tua. “Ini senjatamu, Sarung Kampret, dan terima kasih, senjata yang bagus tapi dibawa sama orang yang tabiatnya gak bagus”
 
Sarung Kampret mengulur tangan kiri menangkap gagang Kujang tuanya, akan tetapi Pendekar Nusantara  tidak melepaskannya, dan sambil tersenyum Orang setengah tua ini mengulur tangan kiri pula ke arah kacamata emasnya yang masih dipegang oleh Sarung Kampret, kemu­dian menyambar kaca mata itu.

Keduanya kini berdiri berhadapan dengan kedua tangan memegang kedua macam senjata, tidak saling dilepas. Sejenak mereka berpandangan, ragu-ragu berada di fihak Sarung Kampret, akan tetapi...

Kemudian ia mengendorkan pegangannya pada kacamata. terjadilah adu kaidah satu kosong satu diantara dua pendekar kawakan ini. Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono juga melepaskan Kujang tua dan menarik kacamata sehingga di lain saat ke­dua orang itu sudah saling bertukar senjata.

Sarung Kampret yang masih marah dan penasaran sudah mengangkat Kujang tua, siap menyerang. Akan tetapi ia kalah dulu oleh Raja Begal One yang sudah me­lompat ke depan Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono dan sambil terkekeh orang aneh ini menggerakkan ram­butnya yang mengeluarkan bunyi bercuitan seperti ribuan hujan ketombe menerjang Pendekar Nusantara.
 
Bau apek yang harumnya semerbak memabuk­kan menusuk hidung. Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono cepat mengerahkan tenaga dalam dan melompat ke belakang, kacamatanya menyampok ke depan dibarengi baju putih birunya dikebutkan. Terdengar suara nyaring ketika Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono itu bertemu dengan gumpalan rambut yang paling tebal, sedangkan baju putih birunya dikebutkan seperti mendorong yang ber­gerak kuat itu meniup balik rambut tebal penuh ketombe yang tadi menerjang maju seperti hidup. Baik Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono maupun Raja Begal One masing-masing melangkah mundur tiga tindak dan saling pandang dengan kagum. Malah Raja Begal One kelihatan kaget. Tak disangkanya bahwa orang tua tinggi besar ini demikian kuat dan lihai. Kulit kepalanya sampai terasa pedas dan panas karena akar rambutnya terguncang keras. Di lain fihak, Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono juga maklum bahwa orang gila dan aneh ini benar-benar luar biasa seperti yang sudah lama ia dengar. Baju putih biru dan kacamatanya tergetar hebat dan ia sampai melirik kepada dua senjatanya itu untuk melihat apakah baju putih biru dan kacamata tidak menjadi rusak. Terlihat Ki Oong merasa khawatir takut baju putih birunya yang nanti akan dibagi-bagikan akan dikomplain oleh para pendekar Hydro.

“Raja Begal One, jangan kau lancang. Karena dia tadi menghinaku, aku­lah yang berhak menantangnya. Eh, Pendekar Nusantara yang sombong, beranikah kau menghadapiku?” Sarung Kampret sudah melangkah maju lagi, tangan kirinya merogoh saku.

Pendekar Nusantara Ki Oong Maryono melintangkan kacamata di depan dada dan baju putih birunya diangkat ke atas kepala, tersenyum tenang. “Aku ke arah tambun ini untuk menuju cirebon dengan perasa­an aman dan damai, dengan pikiran gem­bira dan bersih daripada permusuhan dengan siapa pun juga. Aku tidak meng­hendaki permusuhan di tempat yang in­dah dan sejuk ini, akan tetapi kalau ada yang menantangku, biarpun aku ogah melayani, namun cukup dengan kacamata dan baju untuk pemberian bisa menjaga nama dan kehormatan.”

“Jadi!” Sarung Kampret berseru keras, tangan kirinya keluar dan begitu tangan kiri itu bergerak-gerak, tiga belas batang pedang pendek yang seperti disulap ke­luar dari jubah hitamnya itu telah me­nancap di atas tanah, membentuk ling­karan. Lingkaran itu terdiri dari sepuluh batang pedang yang berdiri berjajar, di tengah-tengah lingkaran tertancap tiga batang pedang yang bentuknya segi tiga. Sambil menggereng keras tubuh Sarung Kampret melayang ke tengah lingkaran dan tahu-tahu ia sudah berdiri dengan sebelah kaki menginjak gagang pedang. Pedang itu kecil saja, dapat dibayangkan betapa tinggi gin-kang (ilmu meringankan tubuh) harus dibutuhkan untuk dapat berdiri di atas gagangnya. Pedang bergoyang-goyang, namun tubuh Sarung Kampret tetap tegak tak bergerak, kujang tuanya diangkat di atas kepala.

“Bagus, boleh kulayani kau main-main sebentar Sarung Kampret!” seru Pendekar Nusantara dan seperti seekor burung garuda me­layang, tubuhnya yang tinggi tegap itu meloncat ke tengah lingkaran, kaki kanannya menginjak gagang sebuah pedang lain.

Sarung Kampret menyambut kedatangan lawannya dengan suara ketawa aneh me­nyeramkan, kujang tuanya bergerak dan me­nyambar seperti kilat putih, memancung ke arah leher Pendekar Nusantara. Namun, la­wannya bukanlah orang sembarangan. Sedikit berjongkok saja kujang tua itu sudah lewat di atas kepala dan sekali meng­gerakkan kedua tangan, kebutan baju  di tangan kiri yang terbuka itu mengebut ke arah muka aneh sarung kampret sedangkan kacamata disodok­kan ke arah lambung. Sekaligus Pendekar Nusantara telah menyerang hebat dengan gerakan yang kelihatan lambat, namun tidak mengeluarkan suara dan sukar di­duga ke mana arah dan sasarannya sesuai dengan kaidah ulah numpangkeun rasa.
 
“Hehehehehe....!” Sarung Kampret cengengesan, kujang tuanya terayun membentuk lingkaran di depan lambung menangkis kacamata, tubuhnya meloncat ke belakang menginjak gagang pedang lain yang me­rupakan pagar.
“Sarung Kampret, aku tahu ilmu silatmu hebat, setiap gerakan mengarah nyawa. Tapi adu ilmu ini hanya untuk saling kenal, bukan? Siapa turun dari pedang berarti sudah mengalah.”

“Cerewet situ kayak emak-emak!” Sarung Kampret mendengus penasaran dan kujang tuanya menyambar lagi, kini berturut-turut dan bertubi-tubi menyerang dari segala jurusan, diputar-putar sampai lenyap bentuk kujang tua, berubah menjadi segulung sinar putih menyilaukan mata.

Pendekar Nusantara terpaksa melayani desak­an yang merupakan cakar-cakar maut mengancam nyawa ini. Dengan lincah tubuhnya bergerak cepat, lenyap berubah menjadi bayangan, kacamatanya mem­balas dengan serangan ke arah kaki, kebutan bajunya mengancam kepala dan me­nyampok kujang. Terpaksa Sarung Kampret kini yang harus berloncatan mengelilingi patok-patok pedang itu, karena agaknya Pendekar Nusantara berusaha keras untuk me­maksa ia turun dari patok dengan pe­nyerangan yang selalu ditujukan kepada kakinya yang menginjak gagang pedang.

“Kampret busuk, serahkan Si Raksasa itu kepadaku!” Raja Begal One  memekik dan orang aneh ini pun sudah meloncat ke atas gagang pedang, dan dari belakang, ketombe rambutnya menyambar ke arah leher Pendekar Nusantara dan dibarengi senjata yang sudah dikeluarkan sebuah kuku macan bergerak untuk mencekiknya. Agaknya orang aneh ini merasa khawatir kalau-kalau nama besar pendekar yang hendak dijadikan kor­bannya itu tewas oleh Sarung Kampret yang amat lihai, maka nama besar akan jatuh ke tangan sarung kampret.


***
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 20/11/2008 12:22
nih cerita larinya mancing mas O'on keluar dari sarangnya..
mana nih mas O'ongnya... ntar duit kastingnya gua ambil deh.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 20/11/2008 15:04
terusin critanye, kita terus nyimak nich
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 20/11/2008 16:18
-Sambungan Cerita Kong Nizam sang Jawara-


Namun Pendekar Nusantara biarpun masih muda, ternyata memiliki kegesitan yang mengagumkan. Begitu rambut Raja Begal One menyambar, tubuhnya sudah melayang ke kiri, bajunya mengebut muka Sarung Kampret dan kacamatanya dari bawah menotok dada Raja Begal One.

“Heee.... kau mau membunuhku?” Orang aneh  Raja Begal One itu memekik sambil mengelak cepat. “Apa Kau pikir senjatamu bisa membunuhku dengan ilmu Rawa Rontok ku?”

“Kalau perlu, apa salahnya membunuhmu? Kau pun menghendaki nyawaku,” jawab Pendekar Nusantara sambil menerjang lagi, sekaligus menghadapi dua orang lawan yang sakti itu.

“Wah-wah, sungguh memalukan sekali Tokoh Hitam Rimba persilatan sudah terkenal sebagai raja-raja tokoh tak terkalahkan di dunia. Masa dua di antara­nya sekarang tak dapat mengalahkan seorang raksasa yang masih asam urat? Kalau aku tidak turun tangan membasminya, bisa ter­cemar nama besar nama tokoh-tokoh hitam!” Setan Pikulan Jali Jengki Si Raja Pengemis dan tokoh hitam yang mempunyai ilmu "Sipahit Ludah" melompat dan tongkat pikulannya menyambar. Hebat gerakannya dan pedang yang diinjaknya sama sekali tidak bergerak, menandakan bahwa gin-kang yang dimilikinya amat tinggi tingkatnya.
 
Pendekar Nusantara mengeluh dalam hatinya. Kalau menghadapi mereka di atas tanah yang keras, biarpun tidak berani ia meng­harapkan kemenangan, namun ia dapat menjaga diri jauh lebih baik daripada kalau bertempur dikeroyok tiga di atas patok-patok pedang ini. Ia berusaha ma­inkan baju dan kacamatanya sebaik mung­kin, menutup diri dengan pertahanan sekokoh benteng baja dan mencari ke­sempatan merobohkan lawannya seorang demi seorang. Namun ia harus akui ke­hebatan tiga orang tokoh yang selama hidupnya baru kali ini ia lihat, dan be­lum dua puluh jurus ia terdesak hebat.

Tiba-tiba terdengar suara keras dan tiga orang sakti itu terjungkir-balik dan berlompatan keluar dari lingkaran patok. Ternyata semua patok pedang, kecuali yang diinjak oleh Pendekar Nusantara, telah roboh malang melintang! Tiga orang sakti itu tiba tiba saling baku hantam hanya terasa betapa angin pu­kulan dahsyat menyambar ke bawah akibat bentrokan dari ketiga tenaga tersebut, merobohkan patok-patok pedang tanpa da­pat mereka cegah lagi, terpaksa mereka melompat dan berguling-guling di udara (bersalto) dan seperti mendengar komando, ketiganya lalu berlari cepat kejar-kejaran menghilang dari tem­pat itu.

Pendekar Nusantara terheran-heran. Ia me­lompat turun, dengan tangannya ia me­raup tiga belas pedang pendek itu, lalu melontarkannya ke arah menghilangnya Sarung Kampret sambil berseru.
“Iblis gilaa, bawa pergi pedang-pedangmu!”

Tiga belas batang pedang itu terbang melayang seperti sekelompok burung alap-alap dan lenyap di balik batu-batu besar yang mengitari puncak. Memang hebat sekali tenaga sambitan Pendekar Nusantara ini, dan patutlah kiranya ia menjadi lawan orang-orang sakti seperti tiga tokoh tadi.

Dan setelah mereka bertiga menghilang, tangan Ki Oong bergetar hebat... tiba-tiba blar.. dia muntah darah segar dari mulutnya...

Apakah yang terjadi....??

Ki Oong Maryono terkena pukulan beracun yang disertai gabungan tenaga dalam yang hebat dari ketiga tokoh hitam, dan sepertinya dia terluka parah.

Lalu apa yang membuat ketiga tokoh hitam itu saling menghilang dan kejar-kejaran ???

Nanti pembaca akan tahu.......

******
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Jali Jengki on 20/11/2008 16:38
Ini cersil ape storyline iklan TV shampo dan pasta gigi sih...? :o

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 20/11/2008 17:04
 [lucu]nah loo bintang pelemnya protes
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Jali Jengki on 20/11/2008 17:47
Iye Kang, soalnye ampir tiap postingan yang di blow up ketombe ame gigi yang kuning... [lucu]

Tapi bagus lah Kang Sarkem, kalo ade waktu ane mo bikinin Cast Character di komik ye...

PS. Kalo Mas O'ong paling pesen sumber penulisan harus disertakan... [lucu]

Tabe'...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: parewa on 20/11/2008 19:32
makin lama ceritanya makin ngawur dan makin seru....  =))) =))) =)))

 [top] [top] [top] [top] [top] [top] [top] [top] [top] [top]
tuh 10x tuh thumb ups nya.... [toop]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 21/11/2008 10:36
Iye Kang, soalnye ampir tiap postingan yang di blow up ketombe ame gigi yang kuning... [lucu]

Tapi bagus lah Kang Sarkem, kalo ade waktu ane mo bikinin Cast Character di komik ye...

PS. Kalo Mas O'ong paling pesen sumber penulisan harus disertakan... [lucu]

Tabe'...

Iyah lah kalau senjata rahasia pisau terbang atau rambut sakti udah banyak dan udah biasa... kalau ludah sakti dan ketombe sakti khan belum ada, kang jali.

Ini sebenarnya kesaktiannya plesetan :
Rawarontok dari Rawarontek dan si pahit ludah dari si pahit lidah

Situ kalau jadi jagoan selain kong nizam harus mati khan ujung2nya... kalau penjahat matinya pasti belakangan... jadi jagoan gak enak.. jadi penjahat aja ... apalagi kalau penjahat beneran tenarnya cepat bisa masuk koran kang jali...

Masalah narasumber saya sudah check :
-Didaerah cikarang namanya disebut ci = cai karang = batu karang... dulunya banyak batu2 besar situ... kalau masalah daerah tambun banyak perbukitan.. bukitnya kecil2 apalagi tuh bukit suka diterangi lampu remang-remang.... [lucu]

-Narasumber kedua, setiap pulang dari negeri thailand Om Oong Maryono (KPS Nusantara) sebagai sesepuh yang selalu mencintai bawahan suka pakai kacamata dan suka bagi-bagiin oleh-oleh terutama kaos bergambar tinju muangthai, kang jali.... [lucu]

jadi semua sudah komplit khan....


ps : buat uda parewa ini cerita nyambungin ke sana yang kemarin di kasih bocoran gimana ya? soalnya kang lury teriak2 melulu nanti huahahahhahaha
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: parewa on 21/11/2008 14:10

hajar oom sarkam :w =))) [payung]

kabur ah.... [run]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 21/11/2008 14:42
-Lanjutan Cerita Kong Nizam sang Jawara-


Para pembaca budiman kita tinggalkan Ki Oong Maryono yang terluka parah untuk sementara.

Kita beralih ke kampung rawa bangke untuk ringkas cerita..


Semenjak bentrokan dan pertempuran  itu, Bek Rudyh melepaskan jabatannya sebagai bek dan mengundurkan diri ke desa pasirrengit , sebuah desa di kaki Gunung Cisalak, di lembah Sungai Cisadane yang bermata air di gunung itu. Ia hidup menyendiri.

Badannya yang penuh luka karena mengendap racun yang ia dapatkan dari Raja Begal One telah membuat badannya bengkak-bengkak. Ada rasa resah di jiwanya dan merasa bersalah akan ketololannya karena belajar ilmu yang tidak tinggi jadi ia tidak bisa menjaga keluarganya.

Di kaki gunung sana ia tetap mempelajari dan memperdalam  silat nya setelah mendapat gemblengan uda parewa (seorang tokoh dari pulau sumatera sana namun ia  tokoh silat tataran sunda). Dia pun mendalami di kaki bukit sana mendapat ilmu dari negeri tebet (sebelah sananya negeri tibet). Setelah mempelajari sebuah kitab ilmu isi kosong yang didapat dari Uda Parewa di gabung dengan ilmu dari negeri tebet, digabung lagi dengan ilmu Margasatwa di sekitar Cicalengka. jadilah suatu ilmu kadigjayaan namun bengkak bengkak di seluruh tubuhnya kian jadi akibat penggabungan racun dan ilmu-ilmu tersebut. Nanti beliau dikenal dengan pendekar Kaentup Tawon (karena bengkak-bengkak).


Dilain pihak sepasang manusia sakti Uda Parewa dan Maheso Jenar telah kembali ke tataran cianjur untuk memperdalam ilmu kadigjayaan kesempurnaan yaitu ilmu "Masagelieuken". yaitu ilmu penggabungan dari Caikampret dan Sliweran. Ilmu yang sangat mumpuni di daerah rimba persilatan khususnya di daerah Cianjur.Sepertinya sepasang tokoh sakti yang seperti saudara kembar merasa harus memperdalam ilmunya setelah bentrok dengan Raja Begal One. Karena kebersamaan dari keduanya yang menimbulkan kecurigaan dari pikiran para pendekar rimba persilatan yang sempat berpikir bahwa kedua tokoh ini mempunyai kelainan seksual karena keduanya terlihat sering bersama. Namun Uda Parewa telah menepis tudingan para pendekar tersebut dengan menceritakan ilmu yang sedang mereka latih bersama yaitu "Masagelieuken".

Kong Nizampun meninggalkan muridnya Dbulls berserta kampungnya. Dan menyerahkan muridnya kepada juragan batik dari Rawabolong -adik seperguruan dari Kong Nizam yaitu Bang Ochid-, yang letak kampungnya tidak jauh dari Rawabangke. Dbulls dengan berat hati mengikuti anjuran gurunya. Gurunya kong Nizam ternyata sedang memperdalam ilmu GatotNako ilmu gabungan Gatotkoco dan bermacam-macam ilmu atau disebut ilmu neko-neko. Ternyata melihat kemajuan tiga tokoh hitam pendekar ini khawatir akan sepak terjang tokoh-tokoh hitam.

Beberapa pendekar yang lain pun telah kembali ke daerah asalnya masing-masing.


*****

edited, request by user
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 25/11/2008 16:01
“Wah blangkon ini gak muat”, seru sarung kampret yang berada dalam tnah di area perkuburan.

Sarung kampret terus meraba-raba mayat Luryh Pendekar Keyboard Sakti, seperti-seperti mencari sesuatu. Mayat yang beberapa hari mulai agak membiru ini terlihat menyeramkan diangap sebuah boneka saja oleh sarung kampret.

“Hehehehehe mumpung disini aku akan coba ilmu ramuan baruku ini sama mayat muka lucu ini hehehehhehehehehe” seru sarung kampret dengan cekikikan.

Manusia aneh ini terus mengeluarkan sesuatu lalu terlihat sibuk sendiri di dalam lubang kubur Luryh Pendekar keyboard Sakti. Sarung kampret mengeluarkan sebuah bungkusan merah dan beberapa barang. Lalu terlihat dia seperti membuat ramuan. Dan memasukkan ke mulut mayat pendekar keyboard sakti.

Apa yang dilakukan Sarung Kampret di kuburan para mayat yang waktu lalu ia ikut membantai para pendekar?
Bukan kah cerita terakhir dia diketahui bertiga pergi meninggalkan Ki Oong?

Memang aneh sifat tokoh yang satu ini….



******

Seperti telah kita ketahui, sudah beberapa pekan lamanya tiga orang tokoh hitam  berada di daerah selatan kota  lalu kejar-kejaran memasuki daerah kota.  Daerah ini sama sekali bukan merupakan daerah asing bagi mereka. Sama sekali tidak. Bahkan ketika Sarung kampret dalam pengejaran Setan Pikulan Jali Jengki dan Raja Begal One, dalam pelariannya dari  arah kota, dia bersembunyi masuk kedalam tanah. Ilmu yang dimiliki sarung Kampret adalah ilmu tingkat tinggi yang dimiliki tokoh pewayangan antareja yaitu ilmu Ngebor Bumi yang digabung dengan ilmu Pancer Bumi di daerah cikalong wetan. Jadilah sebuah ilmu yang sangat dahsyat.


 Tempat pemakaman itu itu adalah tempat kuburan-kuburan yang dahulu dibuat  untuk para pendekar hydro dan korban pembantaian Raja Begal One, Setan Pikulan Jali Jengki dan Manusia Aneh Sarung Kampret. Sarung kampret di kejar-kejar oleh  Raja Begal One dan Setan Pikulan Jali Jengki dikarenakan saat mereka bertarung melawan Pendekar Nusantara, sarung kampret telah menggunakan kelicikannya dengan menyerang kedua tokoh temannya itu lalu mencuri beberapa bungkusan kain milik teman-temannya. Hal ini lah yang membuat Raja Begal One dan Setan Pikulan Jali Jengki menjadi gusar. Lalu mereka menghentikan serangannya kepada Pendekar Nusantara lalu berbalik mengejar sarung kampret yang kabur.

Terjadilah kejar-kejaran diantara ketiganya. Sarung kampret yang berwatak aneh itu tertawa terbahak bahak saat mendengar sumpah serapah kedua temannya itu.

Apa yang di curi oleh sarung kampret dari dua tokoh hitam tersebut ?

Ternyata yang dia curi adalah : serbuk pembangkit mayat setan pikulan Jali Jengki, ludah setan pikulan Jali Jengki , sedikit ketombe dan sedikit daki hitam dari Raja Begal one yang dia ambil saat melakukan penyerangan keduanya.

Serbuk pembangkit mayat : ini sudah diketahui oleh para pembaca sebagai salah satu media sihir dari Setan Pikulan Jali Jengki untuk menghidupkan para mayat menjadi zombie-zombie.

Ludah Setan Pikulan Jali Jengki : ini juga sudah diketahui mengandung racun yang mematikan dari ilmu si PAhit Ludah milik Setan Pikulan Jali Jengki.

Ketombe Raja Begal One : adalah racun yang sangat dahsyat yang suka dijadikan sebagai senjata dahsyat yang beracun dari Raja Begal One

Daki dari Raja Begal One : Raja Begal One yang memiliki ilmu Rawarontok -suatu ilmu kebal abadi yang bisa menyambung kembali organ-organ tubuh yang putus apabila darahnya yang menetes menyentuh permukaan tanah. Mungkin hal ini yang membuat Sarng Kampret menganggap daki dari orang sakti ini berharga.


Setan Pikulan Jali Jengki dan Raja Begal One yang kelabakan saat Sarung kampret mengobok-obok mulut jali jengki dan leher belakang Raja Begal One yang dikerok daki kulitnya. Rasa gusar dan marah karena dipermainkan   sarung kampret membuat mereka mengejar sarung kampret dan mengucapkan sumpah serapah dan makian kotor terhadap sarung kampret. Sarung kampret yang sudah masuk ke dalam tanah terus dikejar oleh setan pikulan Jali Jengki dan Raja begal one.
Namun kedua nya berhenti mengejar tokoh sakti dan aneh ini karena tanpa sadar sarung kampret ini membawa mereka ke daerah rawa bangke kembali !! Sungguh aneh manusia ini mengajak mereka ke kandang macan. Tempat berkumpulnya tadi para pendekar Hydro !!


 Sambil  melepaskan lelah dan bermalam sarung kampret masuk  ke areal perkuburan para pendekar, ilmu  Ngebor Mancer Bumi, yang ia gunakan membuat dia tersasar ke areal perkuburan. Hal ini yang amat jarang terjadi. Sebenarnya karena pengejaran dua tokoh hitam sarung kampret sengaja masuk kembali ke daerah rawa bangke. Dia masih berpikir kedua tokoh itu pasti tidak berani masuk ke kampung itu lagi dalam waktu dekat karena mereka pikir paa pendekar masih berada disana. Dan para pendekar juga berpikir ketiga tokoh hitam itu tidak mungkin  berani datang lagi ke daerah itu dalam waktu dekat. Karena itu mereka kembali dahulu ke daerah masing-masing untuk memperdalam ilmu mereka. Memang sungguh pintar Sarung Kampret !!

Siapakah Manusia yang aneh Sarung Kampretini ? Dia adalah bangsawan menak kota raja dari tanah jawa dan tataran sunda yang mempunyai ilmu-ilmu tingkat tinggi.

   Ketika dia meninggalkan kota raja  di tanah jawa sebagai orang yang sakit jiwa, Sarung Kampret sudah berusia tiga puluh tahun lebih, memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi. Dan ketika dia merantau ke tataran sunda lalu ke utara –tanah batavia- dan tinggal di dalam keresidenan belanda di tanah batavia, dia sempat menguasai keresidenan Belanda dan mengobrak abrik disana.

Kemudian dia menghilang dari sana tanpa alasan yang tepat. Konon kabarnya, dia memperdalam ilmu-ilmunya dengan menghubungi pertapa-pertapa dan orang-orang pandai. Pintar sekali raden menak ini mengambil hati orang-orang pandai sehingga dia berhasil mengumpulkan ilmu-ilmu kesaktian yang aneh-aneh. Di dalam perantauan dan pelajaran ilmu-ilmu tingkat tinggi inilah dia menjadi tambah aneh. Namun sepak terjangnya yang aneh namun kejam seperti iblis yang membuat dia menjadi salah satu tokoh hitam di rimba persilatan. Pemuda itu selain aneh seperti sakit jiwa juga memiliki kepandaian tinggi dan setelah mereka menjadi manusia sakti yang aneh, mereka lalu mengadakan perjalanan ke seluruh negeri. Dengan kepandaian mereka yang tinggi, mereka mencoba dan menandingi semua datuk sesat dan tak seorangpun di antara para datuk itu ada yang mampu mengalahkannya!

 

 Nama Sarung Kampret, demikian mereka dijuluki oleh para datuk sesat, menjadi amat terkenal dan ditakuti di kalangan kaum sesat. Akan tetapi, manusia aneh ini tinggi hati dan tidak mau meleburkan dirinya untuk bergaul dengan kaum pejuang atau kaum pendekar walaupun dia membenci penjajahan pemerintahan belanda dan kaum sesat pula. Dia yang suka menyendiri hidup terasing, hanya bertapa dan memperdalam ilmu kepandaian mereka di dalam perantauan mereka sampai jauh ke barat.

   Dalam usia mulai tiga puluh lima tahun lebih, Sarung Kampret baru kembali ke tataran sunda itu dan tinggal di situ. Mungkin karena kini merasakan ketenteraman hati setelah tidak merantau lagi, seperti raja kecil di tempat sunyi, dilayani belasan orang taklukan yang juga rata-rata berkepandaian tinggi. Akan tetapi dasar watak sarung kampret yang aneh dan jahat seperti iblis, bahkan mendekati kegilaan, dia mengatakan kepada dirinya bahwa dia ingin menciptakan ramuan sakti yang hebat. Dan di Rawa Bangke  dia membuat onar dicerita yang lalu  bersama Setan Pikulan Jali Jengki dan Raja Begal One !!



******

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 26/11/2008 17:43
Sambungan Cerita - Kong Nizam sang Jawara-



Malam itu terang bulan dan dua orang yang menunggang kuda dan seorang kakek yang berjalan itu berhenti di sebuah areal perkuburan. kakek itu memberi isyarat kepada dua orang itu untuk menghentikan kuda masing-masing dan menambatkan kuda mereka itu pada batang pohon.

 

 "Dari sini kita harus berjalan kaki dan jangan sekali-kali mengeluarkan suara," kata kakek itu  berbisik. Ternyata dia seorang kuncen di areal tanah perkuburan di daerah situ.

 

 "Lihat saja isyarat tangan kamu. Kalau bicara ketahuan mereka, dapat mengakibatkan bencana," kata pula Elang Laut.

 

 Mendengar ucapan tiga orang  itu dan melihat sikap mereka seperti orang-orang yang amat takut, diam-diam telah membuat bergidik ditambah suasana di areal perkuburan. Dia sendiri belum pernah bertemu dengan Hantu atau makhluk halus atau mayat hidup yang bisa bicara, namun dari kabar sang kakek juru kunci tanah perkuburan bahwa disana ada seorang yang bercirikan seperti tokoh hitam Sarung kampret sedang menghidupkan mayat  yang bercirikan seperti Luryh  Pendekar Pencabut Nyawa dan dia hanya mendengar bahwa Sarung Kampret adalah seorang menak bangsawan yang menjadi tokoh hitam di rimba persilatan dan bahwa tokoh ini memiliki ilmu kepandaian yang tidak lumrah manusia dan mempunyai watak yang amat aneh dengan kejam melebihi iblis sendiri! Setelah mereka berjalan kira-kira setengah jam lamanya, menyusup-nyusup melalui semak-semak belukar, akhirnya mereka tiba di sebuah lereng terbuka dan dari jauh, di bawah sinar bulan purnama, nampaklah tembok-tembok nisan kuburan berjajar-jajar.

Dua orang pemuda itu berhenti memandang ke arah tanah kuburan itu dan ketika kakek memandang kepada mereka, dua orang itu tanpa bicara menuding ke arah tanah kuburan itu sambil bermuka pucat.

 

 "Di sanakah itu benar yang namanya sarung...?" kakek berbisik.

 

 "Sssstt!" Elang Laut salah satu pemuda itu menegur dan menaruh telunjuk ke depan mulut, lalu mengangguk membenarkan. Mereka lalu maju lagi perlahan-lahan menghampiri tanah kuburan yang sudah nampak dari jauh itu.

 

 Ketika mereka tiba di luar tanah pekuburan, tiba-tiba dua orang pemuda itu memegang lengan kakek itu dan memberi isyarat agar diam dan tidak mengeluarkan suara, mereka hanya memandang ke depan. kakek itu ikut memandang dan matanya terbelalak, wajahnya berobah pucat. Memang amat mengerikan apa yang terlihat olehnya di tengah kuburan itu. Biarpun sinar bulan redup, namun lambat laun matanya sudah terbiasa dan dia dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di tengah kuburan itu.

 

 Di antara kuburan-kuburan yang nampak sudah kuno dan tidak terawat, nampak dua orang yang sedang berlatih ilmu kesaktian yang amat luar biasa.

Seorang di antara mereka, adalah seorang pria yang rambutnya sudah berantakan semua, awut-awutan dan riap-riapan, tanpa jenggot dan pipinya tembem,, tubuhnya sedang dan wajah yang tertimpa sinar bulan itu nampak seperti muka anak kecil yang bodoh saja, sepasang matanya yang kehijauan mencorong seperti mata harimau, pakaiannya yang berwarna hitam dan sarungnya itu longgar dan kedodoran, usianya sukar ditaksir berapa karena biarpun rambutnya berantakan semua, akan tetapi wajah seperti wajah anak kecil itu sukar ditaksir usianya, mungkin saja sepuluh, dua puluh, tiga puluh ,empat puluh atau mungkin juga enam puluh tahun lebih. Dan orang ini sedang duduk di atas tumpukan tengkorak-tengkorak manusia! Sedikitnya ada lima puluh buah tengkorak yang ditumpuk berbentuk kerucut itu dan dia kini duduk bersila di atas tumpukan tengkorak itu sambil memainkan sesuatu seperti anak kecil yang baru melihat barang aneh, yang ternyata sebuah blangkon jawa !!.

 Baru duduk di atas tumpukan tengkorak saja sudah merupakan hal yang sukar dilakukan, karena tengkorak yang hanya bertumpuk-tumpuk itu tentu akan runtuh kalau di puncaknya diduduki orang. Akan tetapi pemuda aneh  itu dapat duduk dengan tegak, bersila dan matanya asal-asalan memandang tajam ke arah blangkon jawa itu. Di depannya, terpisah kurang lebih tiga tombak, ada tumpukan tengkorak lain seperti yang didudukinya.

Dan di atas tumpukan tengkorak kedua berdiri seorang pemuda aneh lagi dengan memakai baju  tanah jawa , akan tetapi berdiri dengan kepala di bawah dan kedua kaki lurus ke atas! Pemuda  inipun rambutnya klimis rapi, pakaian dan agak kehijauan dan dingin seperti muka mayat, wajahnya yang aneh, mukanya yang ada garis-garis bekas luka itu nampak dingin dan kaku, dan pakaiannya juga longgar dan kedodoran sehingga karena ia berdiri jungkir balik di atas tumpukan tengkorak, beskap-nya dan sarungnya tersingkap ke bawah dan nampak celananya dalamnya yang BERENDA-RENDA !! Gila orang ini bercelana dalamnya BERENDA-RENDA seperti wanita noni-noni belanda  !!

 

 "Sudah siap?" terdengar suara yang halus akan tetapi mengandung getaran kuat dari sarung kampret yang duduk bersila itu.

 

 "Siap," jawab luryh pendekar keyboard sakti itu dengan tubuh yang jungkir balik itu sama sekali tidak bergoyang.

 

 "Mulai...!" kata pula yang pria. Kedua orang itu kini meggerakkan sepasang tangan ke depan, dengan gerakan mendorong, dengan jari-jari tangan terbuka dan telapak tangan menghadap ke depan.

 

 "Blarrrr...!" terdengar ledakan di tengah udara beserta ledakan petir antara keduanya seolah-olah ada suatu tenaga tak nampak yang saling bertemu dan beradu di udara! Dan mereka berdua melakukan adu tenaga ini berulang-ulang kali. Setiap kali tentu terdengar suara ledakan itu, akan tetapi, kini setiap ledakan makin mendekati si pendekar keyboard sakti, seolah-olah tenaga yang bertemu itu kini tidak seimbang lagi dan tenaga si pemuda jawa itu terpukul mundur.

 

 "Jagalah ini...!" Tiba-tiba sarung kampret berseru dan kembali mereka saling dorong.

 

 "Tarr... brukkkkk...!" Tubuh pemuda berpakaian jawa  itu jungkir balik meloncat ke atas dan tumpukan tengkorak yang tadi terinjak kepalanya itu berantakan, dan ada beberapa buah tengkorak yang pecah berhamburan seperti diterjang tenaga dahsyat!

 

 "Tenagaku masih kurang kuat...!" Pendekar Keyboard sakti itu menarik napas ketika ia sudah turun dan berdiri tak jauh dari sarung kampret yang masih duduk bersila itu.

 

 "Siapa bilang? Engkau sudah kuat sekali dan hampir aku tidak tahan. Lihat ini!" Diapun melayang turun dari atas tumpukan tengkorak dan begitu menendang, tumpukan tengkorak itu berantakan dan ada empat buah tengkorak yang berada paling atas, remuk menjadi debu!

 

 Melihat pertunjukan yang seperti sulap atau sihir itu, diam-diam Elang laut dan seorang kawannya menjadi terkejut ngeri dan juga gentar hatinya. Apalagi ketika tiba-tiba dua orang aneh itu menoleh ke arah mereka.

 

 "Majulah kalian!" Pendekar Keyboard sakti itu berseru sambil menggapai dengan jari-jari tangannya seperti bermain keyboard bergerak kesana kemari yang berkuku runcing.

 

 Elang Laut dan kawannya segera maju, sedangkan kakek itu mengikuti dari belakang. Dua orang  itu langsung berteriak “ Mas Lury ini kami sahabatmu  !!”

“Hehehehehe..aku tak kenal dengan kalian aku adalah iblis pencabut nyawa !!” , kata Lury masih terus maju terus hampir mendekati tiga orang itu.

Elang Laut  dan kawannya adalah dua orang pendekar yang mumpuni, dia pun meloncat kesana kemari menghindari serangan dari bekas kawannya. Namun kakek si penjaga tanah kuburan itu tak dapat menyelamatkan dirinya

“KRAK !!” , kepala tengkorak kakek itu berlobang-lobang dan muncrat mengeluarkan darah karena jari jemari Lury si pendekar keyboard sakti  telah melobangi kepala sang kakek penjaga tanah aeral perkuburan.

 Melihat ini kedua orang terlihat sedih dan kecewa melihat perubahan drastis yang terjadi pada seorang temannya !! YAAA !! Pendekar keyboard sakti yang terkenal pendekar dari golongan putih telah berubah drastis !!

KRAK !!” , kembali batang leher kawan Elang laut  menjadi korban dari kesadisan jari jemari Lury si pendekar keyboard sakti .

Elang laut pun menghindar dan kabur lari meninggalkan areal perkuburan sambil teriak-teriak  seperti orang gila karena hatinya resah, kecewa,  dan gundah gulana melihat perubahan temannya.

“Hehehhehe jangan di kejar !!” tiba-tiba sarung kampret menyuruh Luryh untuk jangan mengejar bekas kawannya yang sudah menjadi gila. Inilah keanehan sarung kampret yang terkadang tidak masuk pikiran.

Dan ia pun mengurat sebuah batu besar
“ Dua Orang ini adalah korban dari seorang TOKOH HITAM yang baru lahir yaitu PENDEKAR KEYBOARD SAKTI PENCABUT NYAWA “




*******************
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 28/11/2008 15:41
-Sambungan Cerita Kong Nizam Sang Jawara-



Pagi itu bukan main indahnya di dalam hutan di lereng Puncak Cipayung. Matahari muda memuntahkan cahayanya yang kuning keemasan ke permukaan bumi, menghidupkan kembali rumput-rumput yang hampir lumpuh oleh embun, pohon-pohon yang lenyap ditelan kegelapan malam, bunga-bunga yang menderita semalaman oleh hawa dingin menusuk. Cahaya kuning emas membawa kehangatan, keindahan, penghidupan itu mengusir halimun tebal, dan halimun lari pergi dari cahaya raja kehidupan itu, meninggalkan butiran-butiran embun yang kini menjadi penghias ujung-ujung daun dan rumput membuat bunga-bunga yang beraneka warna itu seperti bidadari sehabis mandi, segar dan berseri-seri. Cahaya matahari yang lembut itu tertangkis oleh daun dan ranting pepohonan hutan yang rimbun, namun kelembutannya membuat cahaya itu dapat juga menerobos di antara celah-celah daun dan ranting sehingga sinar kecil memanjang yang tampak jelas di antara bayang-bayang pohon meluncur ke bawah, disana sini bertemu dengan pantulan air membentuk warna pelangi yang amat indahnya, warna yang dibentuk oleh segala macam warna terutama oleh warna dasar merah, kuning dan biru.

Indah sekali! Bagi mata yang bebas kosong dari segala ikatan, keindahan itu makin terasa, keindahan yang baru dan yang senantiasa akan nampak baru biarpun andaikata dilihatnya setiap hari   Sebelum cahaya pertama yang kemerahan dari matahari pagi tampak, keadaan sunyi senyap. Yang mula-mula membangunkan hutan itu adalah kokok ayam hutan yang pendek dan nyaring sekali, kokok yang tiba-tiba dan mengejutkan, susul menyusul dari beberapa penjuru. Kokok ayam jantan inilah yang menggugah para burung yang tadinya diselimuti kegelapan, seperti menyembunyikan muka ke bawah selimut tebal dan hangat dari sayap mereka, kini terjadilah gerakan-gerakan hidup di setiap pohon besar dan terdengar kicau burung yang sahut-menyahut, bermacam-macam suaranya, bersaing indah dan ramai namun kesemuanya memiliki kemerduan yang khas.

Sukar bagi telinga yang rasanya kurang untuk menentukan mana yang lebih indah, karena suara yang bersahut-sahutan itu merupakan kesatuan seperangkat alat musik yang dibunyikan bersama. Yang ada pada telinga hanya indah! Sukar dikatakan mana yang lebih indah, suara burung-burung itu sendiri ataukan keheningan kosong yang terdapat di antara jarak suara-suara itu.


 Terlihat orang tua dengan rambut putih penuh dengan uban, namun anehnya itu uban di rambut kadang berubah menjadi hitam kecoklat-coklatan seperti semur daging yang sudah basi. Tidak akan lebih dari tujuh puluh tahun usianya. Dia berdiri seperti sebuah patung, berdiri di tempat datar yang agak tinggi di hutan daerh puncak desa Cipayung, menghadap ke timur dan sudah ada setengah jam lebih dia berdiri seperti itu, hanya matanya saja yang bergerak-gerak, mata yang lebar yang penuh sinar ketajaman dan kelembutan, bulu-bulu dibada di tangannya seperti raja monyet yang sedang berdiri, seperti biasa mata orang tua yang berjiwa kanak-kanak yang hidupnya masih bebas dan bersih, namun di antara kedua matanya, kulit di antara alis itu agak terganggu oleh garis-garis lurus. Aneh melihat seorang kakek kakek tua seperti anak kecil seperti itu sudah ada tanda di antara kedua alisnya! Kakek itu pakaiannya sederhana sekali, biarpun amat bersih tak seperti bersihnya tubuhnya yang dipenuhi bulu hitam dan putih, dari rambut sampai ke kuku jari tangannya bulu-bulu yang terpelihara dan bersih, wajahnya biasa saja, seperti orang tua lain dengan bentuk muka yang seperti raja hutan yang sedang bermain, hanya matanya yang terlihat mengandung kesaktian tinggi dan rambutnya yang berubah-ubah jarang terdapat pada manusia dan membuat dia menjadi seorang tua yang mudah mendatangkan kesan pada hati pemandangnya sebagai seorang orang sakti yang aneh dan tentu memiliki sesuatu yang luar biasa. Sepasang matanya kadang itu bersinar-sinar penuh seri kehidupan. Dialah Kong Nizam, manusia ini kian sakti setelah mengabungi segala ilmunya dan tambahan ilmu sakti yakni ilmu Gulung Tikar dan Bulu Maung.


Tak terasa sudah lima tahun dia berada disana.Ketika dia tadi melihat munculnya bola merah besar di balik puncak gunung sebelah timur, bola merah yang amat besar dan yang mula-mula merupakan pemandangan yang amat menarik hati, akan tetapi lambat laun merupakan benda yang tak kuat lagi mata memandangnya karena cahaya yang makin menguning dan berkilauan. Maka dia mengalihkan pandangannya, kini menikmati betapa cahaya yang tiada terbatas luasnya itu menghidupkan segala sesuatu, dari puncak pegunungan sampai jauh di sana, di bawah kaki gunung. Kakek aneh itu lalu menanggalkan pakaiannya, satu semi satu dengan gerakan sabar dan tidak tergesa-gesa, tanpa menengok ke kanan kiri karena selama ini dia tahu bahwa di pagi hari seperti itu tidak akan ada seorang pun manusia kecuali dirinya sendiri berada di situ atau dia sudah GILA ?!?!??!.

Dengan telanjang bulat dia lalu menghampiri sebuah batu dan duduk bersila, menghadap matahari. Duduknya tegak lurus, kedua kakinya bersilang dan napasnya masuk keluar dengan halus tanpa diatur, tanpa paksaan seperti pernapasan seorang bayi gorilla sedang tidur nyenyak. Sudah beberapa tahun dia melakukan ini setiap hari duduk sambil mandi cahaya matahari selama dua tiga jam sampai semua tubuhnya bermandi peluh dan terasa panas barulah dia berhenti. Juga di waktu malam terang bulan, dia duduk pula di batu itu, telanjang bulat, mandi cahaya bulan purnama selama tujuh malam, kadang-kadang sampai lupa diri dan duduk bersila sampai setengah tidur, dan barulah dia berhenti kalau tubuh sudah hampir membeku dan bulan sudah lenyap bersembunyi di balik puncak barat. Inilah Ilmu Baru Penggabungan Sure Aya Nama Sekar dan Canda Nama Sekar, sebuah ilmu keyakinan adanya Matahari laksana bunga yang mekar dan Bercanda dengan Bulan dianggap pacar. kedua ilmu  diaduk dengan segala macam ilmu yang dia punyai yang diciptakan oleh Kakek Gila itu !!


Kakek gila yang luar biasa! Memang. Demikian pula penduduk di sekitar Puncak Cipayung menyebutnya Engkong Gila !!, demikianlah nama anak ini yang diketahui orang. Engkong ajaib, engkong sakti dan lain-lain sebutan lagi. Karena semua orang menyebutnya Engkong Sakti dan memang dia sendiri tidak pernah mau menyatakan siapa namanya atau dia kadang lupa dengan namanya sendiri, pernah dia merasa dirinya adalah Penguasa Hutan dan hampir dia bercumbu dengan monyet-monyet besar yang ada disana !!, namun dia sadar kembali.

Maka kakek itu sudah menjadi terbiasa dengan sebutan ini dan menganggap namanya Engkong Sakti Gila ! Mengapakah orang-orang dusun, penghuni semua dusun di sekitar lereng dan kaki Puncak itu menyebutnya engkong sakti? Hal ini ada sebabnya, yaitu karena kakek itu pandai sekali mengobati penyakit dengan memberi daun-daun, buah-buah, dan akar-akar obat yang benarbenar manjur sekali! Hampir semua penduduk yang terkena penyakit datang ke lereng Hutan Kakek Gila, yaitu nama hutan di mana Kong Nizam  itu tinggal karena di antara sekalian hutan di daerah Puncak, hutan inilah yang benar-benar tepat disebut Hutan Kakek Gila dengan tetumbuhan beraneka warna, penuh dengan bunga-bunga indah, terutama sekali pada musim semi.

Dan kakek ini memberi daun atau akar obat dengan hati terbuka, dengan hati terbuka, dengan tulus ikhlas, suka rela dan selalu menolak kalau diberi uang! Maka berduyun-duyun orang dusun datang kepadanya dan diam-diam memujanya sebagai seorang kakek gila ajaib, sebagai dewa yang menjelma menjadi seorang kakek kakek gila yang menolong dusun-dusun itu dari malapetaka. Bahkan ketika terjangkit penyakit menular, penyakit demam hebat yang menimbulkan banyak korban tahun lalu, kakek ajaib inilah yang membasminya dengan memberi akar-akar tertentu yang harus diminum airnya setelah dimasak. Dengan akar itu, yang sakit banyak tertolong dan yang belum terkena penyakit tidak akan ketularan. Ketika orang-orang dusun itu, terutama yang wanita, datang membawa pakaian baru yang sudah dijahit rapi, kakek itu tak dapat menolak, dan menyatakan terima kasihnya dengan butiran air mata menetes di kedua pipinya akan tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Karena jasa orang-orang dusun ini, maka kakek ajaib itu selalu berpakaian sederhana sekali, potongan "dusun". Siapakah sebetulnya kakek gila ajaib yang menjadi penghuni Hutan Kakek GIla seorang diri saja itu? Benarkah dia seorang dewa yang turun dari kahyangan menjadi seorang kakek-kakek gila untuk menolong seorang manusia, seperti kepercayaan para penduduk di Puncak sehingga banyak terdapat beberapa tokoh yang pernah melihat kesaktiannya menganggap sebagai Sorang Syekh yang gila dan  "menjelma" menjadi setengah Gorilla dan menjadi calon Wali ?.

Sebetulnya tentu saja tidak seperti ketahyulan yang dipercaya oleh orang-orang yang memang suka akan ketahyulan dan suka akan yang ajaib-ajaib itu. Kakek itu dahulunya adalah Kong nizam dari Rawa Bangke yang benar benar berlatih terus untuk mengalahkan tokoh tokoh hitam yang meraja lela dan mempunyai kesaktian yang aneh-aneh dan tinkat tinggi.Namun karena beliau mendalami ilmu dengan diri sendiri tanpa ada bimbingan hingga seenak dirinya sendiri dan aturan sendiri hingga ia menjadi gila !!. Namun sebenarnya beliau telah sampai kepada penciptaan Ilmu Kosong-Isi tingkat paling tinggi, Badan isi sakti dan otak kosong !!
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 28/11/2008 16:51
baca cerita jeng SK otak harus di plintir dulu 360 derajat biar paham.

ha..ha..ha.. [lucu]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 28/11/2008 17:12
yah namanya lagi belajar berkreatifitas mbak PT...

asal jangan ditutup atau diomelin aja orang lagi belajar berkreatifitas mbak...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 28/11/2008 17:14
enggak kok malah TOP deh, cuman aku aja yang harus mlintir otak sebab kebanyakan ngitung besi...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 01/12/2008 09:05
Saya sudah kenal dengan beberapa tokohnya, lumayan juga cara mendiskripsikan tokoh2 tsb dalam "CERSIAGLU"
Salut abis untuk kang sarung kampret.
 [top] [top] [top]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 01/12/2008 09:35
situ juga kebagian kang Iqbal heuhueuehehehe...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 05/12/2008 16:12
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -

Mula-mula Kong Nizam mempunyai niat untuk kembali ke kotanya karena dia berpikir akan mengadakan perhitungan dengan ke tiga tokoh hitam setelah merasa cukup kesaktiannya untuk menghadapi mereka.Namun ketika dia tiba di hutan pegunungan salak itu dan melihat betapa tubuh dan pakaiannya kotor yang bau badannya amat busuk, dia cepat mandi dan mencuci pakaian di anak sungai yang terdapat di hutan itu, anak sungai yang airnya keluar dari sumber, jernih dan sejuk sekali. Mula-mula memang dia tidak ingin pulang karena kengerian hatinya, akan tetapi setelah dua tiga bulan "Bersembunyi dan Memperdalam Ilmu" di tempat itu, timbul rasa cintanya terhadap HutanTanpa Nama itu dan dia kini tidak ingin pulang sama sekali karena dia telah menganggap hutan itu sebagai tempat tinggalnya yang baru!

Di dekat pohon jati yang besar, terdapat bukit batu dan di situ ada guanya yang cukup besar untuk dijadikan tempat tinggal, dijadikan tempat berlindung dari serangan hujan dan angin. Gua ini dibersihkannya dan menjadi sebuah tempat yang amat menyenangkan. Demikianlah, sampai dua tahun lamanya kakek aneh ini tinggal seorang diri di dalam hutan yang sekarang dinamakan  Hutan Kakek Gila karena keberadaannya. Sebagai seorang ahli silat tingkat tinggi dan hasil terawangan dan juga hasil meditasinya, biarpun ketika itu, sedikit banyak Kong Nizam tahu akan daun-daun dan akar obat, bahkan sering dia  mencari daun daun obat di gunung-gunung dulu sebelum tinggal di Rawa Bangke. Setelah kini dia hidup seorang diri di dalam hutan, bakatnya akan ilmu pengobatan dan kesaktian mendapat ujian dan pemupukan secara alam. Dia harus makan setiap hari itu untuk keperluan ini, dia telah pandai memilih dari pengalaman, mana daun yang berkhasiat dan mana yang enak, mana pula yang beracun dan sebagainya. Selama dua tahun itu, dengan pakaian cabik-cabik tidak karuan, sering pula dia terserang sakit dan dari pengalaman ini pula dia terserang sakit dan dari pengalaman ini pula dia dapat memilih daun-daun dan akar-akar obat, bukan dari pengetahuan, melainkan dari pengalaman.

Mungkin karena tidak ada sesuatu lainnya yang menjadikan bahan pemikiran, maka ini dapat mencurahkan semua perhatiannya terhadap pengenalan akan daun dan akar serta buah dan kembang yang mangandung obat ini sehingga penciumannya amat tajam terhadap khasiat daun dan akar obat. Dengan menciumnya saja dia dapat menentukan khasiat apakah yang terkandung dalam suatu daun, bunga, buah ataupun akar! Tidak kelirulah kata-kata orang bahwa pengalaman adalah guru terpandai. Tentu saja kata-kata itu baru terbukti kebenarannya kalau seseorang memiliki rasa kasih terhadap yang dilakukannya itu. Dan memang di lubuk hati Kong Nizam, dia mempunyai rasa kasih yang menimbulkan suka, dan suka ini menimbulkan kerajinan untuk mempelajari khasiat bunga-bunga dan daun-daun yang banyak sekali macamnya dan tumbuh di dalam Hutan Kakek Gila itu.

Selain mempelajari khasiat tumbuh-tumbuhan, bukan hanya untuk menjadi makanan sehari-hari akan tetapi juga untuk pengobatan dan menambah kesaktian karena ada daun-daun yang langka hanya ada di hutan misterius itu, Kong Nizam mempunyai kesukaan lain lagi yang timbul dari rasa kasihnya kepada alam, kasih yang sepenuhnya dan yang mungkin sekali timbul karena dia merasa hidup sebatangkara dan juga timbul karena melihat kekejaman yang menggores di kalbunya akan perbuatan manusia ketika tiga tokoh hitam membuat keonaran. Di tempat itu dia melihat kedamaian yang murni, kewajaran yang indah, dan tidak pernah melihat kepalsuan-kepalsuan, tidak melihat kekejaman.

Rasa kasih kepada alam ini membuat dia amat peka terhadap keadaan sekelilingnya, membuat perasaannya tajam sekali sehingga dia dapat merasakan betapa hangat dan nikmatnya sinar matahari pagi, betapa lembut dan sejuk segarnya sinar bulan purnama sehingga tanpa ada yang memberi tahu dan menyuruh hampir setiap pagi dia bertelanjang  bulat mandi cahaya matahari pagi dan setiap bulan purnama dia bertelanjang bulat mandi sinar bulan purnama. Inilah disebut kong Nizam disebut KAKEK GILA !!

Tanpa disadarinya, tubuhnya telah menerima dan menyerap inti tenaga mujijat dari bulan dan matahari, dan membuat darahnya bersih, tulangnya kuat dan tenaga dalam di tubuhnya makin terkumpul di luar kesadarannya. Setelah keringat membasahi seluruh tubuh dan beberapa kali memutar tubuhnya yang duduk bersila di atas batu, kadang-kadang dadanya, Kong Nizam turun dari batu itu, menghapus peluh dengan saputangan lebar, kemudian setelah tubuhnya tidak berkeringat lagi, setelah dibelai bersilirnya angin pagi, dia mengenakan lagi pakaiannya dan pergi mengeluarkan bunga, daun, buah dan akar obat dari dalam gua untuk dijemur dibawah sinar matahari.

Inilah yang menjadi pekerjaannya sehari-hari, selain mencangkok, memperbanyak dan menanam tanaman-tanaman yang berkhasiat. Menjelang tengah hari, mulailah berdatangan penduduk yang membutuhkan obat. Di antara mereka terdapat pula beberapa orang pesilat pesilat tangguh yang kasar dan menderita luka beracun dalam pertempuran. Untuk mereka semua, tanpa pandang bulu, Kong Nizam memberikan obatnya setelah memeriksa luka-luka dan penyakit yang mereka derita.


Lebih dari lima belas orang datang berturut-turut minta obat dan yang datang terakhir adalah seorang lakilaki setengah tua bertubuh tinggi besar, dipunggungnya tergantung golok besar di badannya penuh bulu laksana seorang anak kecil yang habis main dengan kucing yang sedang melahirkan hingga bulu-bulunya menempel !!. Dan dia datang terpincang-pincang karena pahanya terluka hebat, luka yang membengkak dan menghitam. "Kakek Sakti, kau tolonglah aku..." Begitu tiba di depan gua dimana Kong Nizam duduk dan memotong-motong akar basah dengan sebuah pisau kecil, laki-laki bermuka timur tengah dan bertubuh tinggi besar itu menjatuhkan diri dan merintih kesakitan. Kong Nizam mengerutkan alisnya. Di antara orang-orang yang minta pengobatan, dia paling tidak suka melihat pendekar yang dapat dikenal dari sikap kasar dan senjata yang selalu mereka bawa. Namun , belum pernah dia menolak untuk mengobati mereka, bahkan diam-diam dia menilai mereka itu sebagai orang-orang yang berwatak serigala, yang haus darah, yang selalu saling bermusuhandan saling melukai, sehingga mereka ini merupakan manusia-manusia yang patut dikasihani karena tidak mengenai apa artinya ketentraman, kedamaian, dan kasih antar manusia yang mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. Inilah perubahan watak dari Kong Nizam setelah tinggal di daerah itu !!.

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 05/12/2008 16:37
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -

"Gorilla gagah, bukankah dua bulan yang lalu kau pernah datang dan minta obat karena luka di lengan kirimu yang keracunan?" tanyanya sambil menatap wajah berkulit hitam itu.

"Benar, benar sekali, Kakek Ajaib. Aku adalah Iqbal Khan yang dahulu terkena senjata jarum beracun di lenganku. Akan tetapi sekarang, aku menderita luka lebih parah lagi. Pahaku terbacok pedang lawan dan celakanya, pedang itu mengandung racun yang hebat sekali. Kalau kau tidak segera menolongku, aku akan mati, Kakek Ajaib." Kong Nizam tidak berkata apa-apa lagi, menghampiri orang yang di atas tanah itu, memeriksa luka mengangga di balik celana yang ikut terobek. Luka yang lebar dan dalam, luka yang tertutup oleh darah yang menghitam dan membengkak, seluruh kaki yang berbulu itu terasa panas tanda keracunan hebat! Kong Nizam menarik nafas panjang.

 "Manusia gorilla, mengapa engkau masih saja bertempur dengan orang lain, saling melukai dan saling membunuh? Bukankah dahulu ketika kau datang kesini pertama kali, pernah kau berjanji tidak akan lagi bertanding dengan orang lain?" Mata yang lebar itu melotot kemudian pandang matanya melembut. Tak mungkin dia dapat marah kepada Kakek Gila namun ajaib ini. Kalau tidak ingat kakek gila ini adalah seorang kakek yang menjadi pertapa dan yang menjadi penolongnya hidup suci!

"Kakek Ajaib, aku adalah Iqbal Khan, dan jangan kau menyebut Gorilla Gagah kepadaku. Aku adalah seorang perampok, mengertikah kau? Seorang perampok tunggal yang mengandalkan hidup dari merampok orang lewat! Kalau aku tidak butuh barang, aku tentu tidak akan menganggu orang, dan kalau orang yang kumintai barangnya itu tidak melawan, aku tentu tidak akan menyerangnya. Akan tetapi, dua kali aku keliru menilai orang. Dahulu, aku menyerang seorang kurus kering yang kelihatan lemah, dan akibatnya lenganku terluka hebat. Sekarang, aku merampok seorang pemuda idiot yang kelihatan lemah, yang membawa barang berharga, dan akibatnya pahaku hampir buntung dan kini keracunan hebat. Kau tolonglah, aku akan berterima kasih kepadamu, Kong dan akan mengabarkan sesuatu yang amat penting bagimu".

"Saudara Iqbal Khan, aku tidak membutuhkan terima kasih dan balasan. Aku mengenal khasiat tetumbuhan di sini, tetumbuhan itu tumbuh di sini begitu saja mempersilahkan siapapun juga yang mengerti untuk memetik dan mempergunakannya, tanpa membeli, tanpa merampas dan tanpa menggunakan kekerasan. Aku hanya memetik dan menyerahkan kepadamu, perlu apa aku minta terima kasih dan balasan? Lukamu ini hebat seluruh kaki sudah panas, berarti darahmu telah keracunan, Untuk mengeluarkan racunnya yang masih mengeram di sekitar luka, sebaiknya luka itu dibuka agar dapat diobati, tidak seperti sekarang ini ditutup oleh darah beracun yang mengering. Dapatkah kau membuka lukamu itu, Saudara Iqbal Khan?" Orang tinggi besar itu itu membelalakan mata dan kembali dia kagum mendengar cara kakek gila ini itu bicara, akan tetapi keheranannya lenyap ketika dia teringat bahwa kakek ini adalah Kong Nizam, Kakek Gila Ajaib! Maka dia lalu menghunus goloknya dan melihat berkelebatnya sinar golok, Kong Nizam memejamkan matanya. Terbayang kembali segala keganasan tiga tokoh hitam yang mengobrak ngabrik Rawa Bangke, dan banyak lumuran darah dari senjata-senjata pusaka ke tiga orang itu. Iqbal Khan menggunakan ujung goloknya untuk menusuk dan membuka kembali luka di pahanya. Dia mengeluh keras, akan tetapi lukanya sudah terbuka dan darah hitam mengucur keluar. Dengan siksaan rasa nyeri yang hebat, Iqbal Khan melemparkan goloknya dan menggunakan kedua tangannya memijit-mijit paha yang terasa nyeri itu.

Kong Nizam berlutut, menggunakan jari tangannya yang penuh bulu kasar dan halus untuk bantu memijat sehingga darah makin banyak keluar.Darah hitam dan baunya membuat orang mau muntah! Akan tetapi Kong Nizam yang melakukan hal itu dengan rasa kasih sayang di hati, dengan rasa iba yang mendalam dan tidak dibuat-buat dan tidak pula disengaja, menerima bau itu dengan perasaan makin terharu. Betapa sengsara dan menderitanya orang ini, hanya demikian bisikan hatinya. Dia lalu mengambil bubukan akar tertentu, menabur bubukan itu ke dalam luka yang mengangga.

"Aduhhhhh..mati aku....!" Orang yang sangar dan tinggi besar itu itu berseru keras ketika merasa betapa obat itu mendatangkan rasa nyeri seperti ada puluhan ekor lebah menyengat-nyengat bagian yang terluka itu.

"Harap kaupertahankan, kawan. sebentar juga akan hilang rasa nyerinya. Jangan lawan rasa nyeri itu, hadapilah sebagai kenyataan dan ketahuilah bahwa bubuk itu adalah obat yang akan mengusir penyakit ini." Sambil berkata demikian, Kong Nizam lalu menggunakan empat helai daun yang sudah diremas sehingga daun itu menjadi basah dan layu, kemudian ditutupnya luka itu dengan empat helai daun. Benar saja, rintihan orang itu makin perlahan tanda bahwa rasa nyerinya berkurang dan akhirnya orang itu menarik nafas panjang karena rasa nyerinya kini dapat ditahannya.

"Harap saudara Iqbal membawa akar ini, dimasak dan airnya diminum. Khasiatnya untuk membersihkan racun yang masih berada di kakimu. Dengan demikian maka luka itu akan membusuk dan akan lekas sembuh. Obat bubuk dan daun-daun ini untuk mengganti obat setiap hari sekali, kiranya cukup untuk sepekan sampai luka itu sembuh sama sekali." Kong Nizam berkata sambil membungkus obat-obat itu dengan sehelai daun yang lebar dan menyerahkannya kepada Iqbal Khan. Orang kasar itu menerima bungkusan obat dan kembali menghela napas panjang.

"Kalau saja aku dapat mempunyai seorang sahabat seperti engkau yang selalu berada di sampingku. Kalau saja aku dapat mempunyai seorang saudara seperti engkau, kiranya aku tidak akan tersesat sejauh ini. Terima kasih, Kong dan aku tidak dapat membalas apa-apa kecuali peringatan kepadamu bahwa engkau terancam bahaya besar".

Kong Nizam mengangkat muka memandang wajah manusia penuh bulu itu dengan heran. "Engkong Ajaib, dunia persilatan telah geger dengan namamu. pendekar-pendekar, termasuk aku, yang telah menerima pengobatanmu dan pernah melihat kesaktianmu, membawa namamu di dunia rimba persilatan dan terjadilah geger karena nama Kong Nizam menjadi kembang bibir setiap orang persilatan. Banyak partai besar tertarik hatinya, menganggap engkau tentu penjelmaan dewa atau Sang Buddha dan kini telah banyak aliran-aliran silat dan orang-orang gagah yang siap untuk datang kesini dan untuk membujukmu menjadi anggota mereka atau mereka ingin menjadi muridmu sebagai seorang pendekar sakti yang terkenal. Celakanya, di antara mereka itu terdapat tiga orang manusia iblis yang lain lagi maksudnya, bukan maksud baik seperti tokoh dan partai persilatan, melainkan maksud keji terhadap dirimu."

Kong Nizam mengerutkan alisnya, sedikitpun dia tidak merasa takut karena memang dia tidak mempunyai niat buruk terhadap siapa pun di dunia ini. "Saudaraku yang baik, aku hanya seorang gila yang tidak tahu apa-apa, tidak mempunyai permusuhan dengan siapapun juga. Siapa orangnya yang akan menggangguku?"

Perampok Sangar  itu memandang terharu. "Ahh...kau benar-benar seorang yang aneh dan bersih hatimu. Kalau aku memiliki kepandaian, aku akan melindungimu dengan seluruh tubuh dan nyawaku, bukan hanya karena dua kali kau menolongku, melainkan karena tidak rela aku melihat orang mau merusak seorang kakek ajaib seperti engkau ini. Akan tetapi tiga orang iblis itu..." Iqbal Khan menggiggil dan kelihatan jerih sekali.

"Siapakah mereka dan apa yang mereka kehendaki dari aku?"

"Di dunia persilatan, banyak terdapat golongan sesat, manusia-manusia iblis termasuk orang seperti aku. Akan tetapi dibandingkan dua orang yang kumaksudkan itu, mereka adalah tiga ekor iblisnya harimau buas sedangkan orang seperti aku hanyalah seekor tikus! Yang seorang adalah orang berpenampilan seperti orang gila yang dekil dan gaya cengengesan dan merasa dirinya seperti anggota The Beatles dan Tito Sumarsono penyanyi melankolis dikerajaan, rambutnya panjang harum semerbak seperti bunga bangke dan selalu membawa sebuah kuku macan, namun dia adalah iblis nomor satu. yang kedua orang bermuka kakek-kakek tukang meludah  berpakaian pengemis, kelihatan seperti orang miskin yang alim, namun dialah iblis nomor satu, kedua Raja Setan Pikulan Jali Jengki, seorang yang memiliki rumah seperti istana dan wajahnya yang biasa dan alim menyembunyikan watak yang kejamnya melebihi iblis sendiri! Celakalah engkau kalau sudah berada di tangan kakek ini Kong."

Sempat kaget di muka Kong Nizam akan kata-kata yang dikeluarkan manusia sangar itu kepadanya namun dia berusaha menutupinya dengan kata-kata tenang.

"Hemmm, kurasa 2 orang aneh seperti mereka tidak membutuhkan seorang kakek gila seperti aku. Aku tidak khawatir dia akan mengangguku, Sahabat!"

"Tidak aneh kalau kau berpendapat demikian, karena kau seorang kakek ajaib yang berhati dan berpikiran polos dan murni. Akan tetapi aku khawatir sekali, apa lagi iblis ketiga yang tidak kalah kejamnya. Dia seorang pemuda, gila. Kelihatannya Idiot, rambutnya panjang harum dan selalu membawa sebuah kujang, kelihatannya lemah dan membutuhkan perlindungan. Akan tetapi, seperti iblis pertama, semua kegoblokan dan keidiotannya itu menyembunyikan watak yang sesungguhnya, watak yang lebih keji dan kejam daripada iblis sendiri. Inilah lukaku sekarang penuh beracun karena bekas sabetannya"

"Sahabat yang gagah, harap saja sahabat tidak memburuk-burukkan orang lain seperti itu. Aku tidak percaya." Banda yang tinggi besar  itu menarik napas panjang lalu bangkit berdiri. "Aku sudah memberi peringatan kepadamu Kong. Dan kalau kau mau, marilah kau ikut aku bersembunyi di tempat aman sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Setelah keadaan benar aman barulah kau kembali kesini. Aku mendengar berita angin bahwa ketiga iblis itu sedang menuju ke Gunung Salak mencarimu."

Namun Kong Nizam menggeleng kepala "Aku dibutuhkan oleh penduduk pedusunan si sini, aku tidak pergi kemana-mana, Sahabat ."

"Hemmm, sudahlah! Aku sudah berusaha memperingatkanmu. Mudah-mudahan saja benar-benar tidak terjadi seperti yang kukhawatirkan. Dan lebih-lebih lagi mudah-mudahan aku tidak akan terluka lagi seperti ini, sehingga kalau kau benar-benar sudah tidak berada lagi di sini, aku payah mencari obat. Selamat tinggal,Kong dan sekali lagi terima kasih."

"Selamat jalan, sahabat, semoga lekas sembuh."

Orang itu berjalan menyeret kakinya yang terluka, baru belasan langkah menoleh lagi dan berkata, "Benarkah kau tidak mau ikut bersamaku untuk bersembunyi, kong?" Kong Nizam tersenyum dan menggeleng kepala tanpa menjawab.

"Kong, siapakah namamu yang sesungguhnya?" "Aku disebut Kakek Gila, biarpun aku merasa seorang kakek biasa, aku tidak tega menolak sebutan itu. Kau mengenalku sebagai Engkong Gila Nizam , itulah namaku, Kong Nizam" Iqbal Khan menggeleng kepala, melanjutkan perjalanannya dan masih bergeleng-geleng dan mulutnya mengomel,

"Kakek gila , Kakek ajaib..sayang..!" Dan dia mengepal tinju, seolah-olah hendak menyerang siapa pun yang akan menganggu sahabatnya yang dikaguminya itu. Beberapa hari kemudian semenjak Iqbal Khan datang minta obat kepada Kong Nizam, makin banyaklah orang yang datang membisikkan kepada kakek itu tentang geger di dunia persilatan tentang dirinya. Bermacam-macam berita aneh yang didengar oleh Kong Nizam tentang ancaman dan lain-lain mengenai dirinya, namun dia sama sekali tidak ambil peduli dan tetap saja bersikap tenang dan bekerja seperti biasa, tidak pernah gelisah, bahkan sama sekali tidak pernah memikirkan tentang berita yang didengarnya itu.



*****


Beberapa pekan kemudian, pagi hari dari arah timur kaki Pegunungan Gunung Salak tampak berjalan seorang kakek seorang diri, menoleh ke kanan dan kiri seolah-olah menikmati pemandangan alam di sekitar tempat itu, kakek ini usianya sukar ditebak, tubuhnya kurus kecil, pakaiannya penuh tambalan, dan wajahnya membayangkan kesabaran dan mulut yang ompong itu bahkan selalu menyungging senyum simpul keramahan. Dia melangkah perlahan-lahan memasuki hutan pertama di kaki Pegunungan Salak, langkahnya dibantu dengan ayunan sebatang pikulan yang berwarna hitam, agaknya terbuat dari semacam kayu yang sudah amat tua sehingga seperti besi saja rupanya. Agaknya dia seorang pengemis tua yang hidupnya serba kekurangan namun yang dapat menyesuaikan diri sehingga tidak merasa kurang, bahkan kelihatannya gembira, menerima hidup apa adanya dan hatinya selalu senang. Buktinya ketika dia mendengar kicau burung-burung, kakek ini membuka mulutnya dan bernyanyi pula! Akan tetapi kata-kata dalam nyanyiannya itu tentu akan membuat setiap orang yang mendegarnya mengerutkan kening, karena selain aneh, juga menyimpang dari ajaran kebatinan umumnya!

"Hey abdi-abdi aing,
pek geura taat ka aing.
aing jangji baris maparin sabagian tina elmu aing.
Jeung lamun maraneh aya kahayang, cukup sebutkeun nama aing"

Berkali-kali pengemis ini berjoget seperti kuda yang sedang birahi dan pantatnya geol-geol, dan anehnya bernyanyi dengan kata-kata yang itu-itu juga, suaranya halus dan cukup merdu dan sambil bernyanyi dia mengatur irama lagu walau nadanya mirip lagu dangdutnya dewi persik dengan celok yang sangat indah dengan ketukan tongkat pikulannya di atas tanah lunak atau kebetulan mengenai batu yang keras, ujung tongkat itu tentu membuat lubang. Kedua kakinya yang menari ergaya aneh pada jaman itu dengan bersepatu butut itu sendiri tidak meninggalkan jejak seolah-olah dia tidak menginjak tanah akan tetapi tongkat itu membuat jejak jelas karena setiap kali melubangi tanah maupun batu. Adapun kaki itu sendiri, biarpun menginjak tanah basah, sama sekali tidak meninggalkan bekas.

Beberapa menit kemudian setelah kakek aneh ini lewat, tampak berkelebat bayangan orang, juga datang dari arah timur melalui kaki bukit itu. Mereka itu terdiri dari 12 orang laki-laki dari usia tiga puluh sampai empat puluh tahun, dan seorang wanita , berwajah seperti ibu-ibu komplek kerajaan dan bertubuh bagus dengan gerkan cekatan. 12 orang laki-laki itu kesemuanya kelihatan gagah dan pakaian mereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalah ahli-ahli silat, sedangkan gerakan mereka yang ringan cekatan membuktikan bahwa mereka bukanlah sembarangan orang persilatan melainkan rombongan orang gagah yang berilmu. Hal ini memang tidak salah, karena mereka itulah Putri Teratai dan orang-orang sakti golongan putih di rimba persilatan yang entah tujuannya untuk menemui kakek gila yang katanya sakti atau mengejar tiga tokoh hitam.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 09/12/2008 09:10
Waduh kebagian jadi gorilla he.he.
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 09/12/2008 16:03
khan udah belajar langkah kingkong dari uda parewa di padepokan tmii... hehehheheehe :D
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 09/12/2008 16:07
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -

Tiba-tiba wanita yang seperti ibu ibu komplek  itu mengangkat tangannya ke atas dan memperingatkan para sahabat seperjalananya, kemudian dia menuding ke bawah dan berkata, "Lihat ini....!" Tiga Belas orang ini memperhatikan bekas tusukan tongkat pengemis tadi yang jaraknya teratur dan biarpun tiba di atas batu, tetap saja tampak batu itu berlubang. "Siapa lagi kalau bukan dia?" kata ibu-ibu komplek itu dengan alis berkerut.

 "Tenaga tusukan tongkat atau pikulan yang hebat" kata seorang. "Dan jejak kakinya tidak tampak, lalu di sebelahnya ada bekas hangus para tanaman yang terkena ludah !! , tak salah lagi, Raja Setan Pikulan Jali Jengki, tentu telah lewat disini, dan baru saja. Hayo cepat kita mengejarnya! Jangan sampai dia mendahului kita memasuki Hutan Kakek Gila!" kata orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau. Karena kini merasa yakin bahwa jejak lubang-lubang itu tentu terbuat oleh tongkat Raja Setan Pikulan, maka tiga belas orang tokoh Rimba Persilatan itu mencabut senjata masing-masing dan tampaklah berkilaunya senjata tajam itu meluncur ke depan ketika tiga belas orang itu mengerahkan ginkang mereka dan menggunakan ilmu berlari cepat melakukan pengejaran ke depan, ke arah jejak berlubang itu. Tak lama kemudian terdengarlah oleh mereka bunyi nyanyian kakek pengemis tadi.

Tiga belas orang ini memperlambat larinya dan satu-satunya wanita diantara mereka mengomel lirih, "Hemm, dasar manusia iblis. Selama hidupnya mengejar kesenangan dan demi kesenangan dia tidak segan melakukan hal-hal terkutuk yang kejamnya melebihi iblis sendiri! "

"Sssssttt, mbak Pete, terhadap orang seperti dia kita harus berhati-hati. Semenjak dahulu, kita dari Rimba Persilatan tidak pernah bermusuhan dengan tokoh golongan yang manapun juga, tidak pula mencampuri urusan mereka. Maka biarlah nanti kita bertanya dia secara baik-baik dan kalau tidak terpaksa sekali lebih baik kita menghindarkan pertempuran." Kata orang yang paling tua dari mereka seakan akan mereka jerih melihat kesaktian Setan Pikulan Jali Jengki. Semua sahabatnya memanggil wanita ini yang ternyata dikenal dengan Pendekar Putri Teratai dengan panggilan mbak Pete (mungkin karena selama perjalanan  bersama pendekar wanita ini sering mengunyah pete sebagai makanan cemilan kesukaannya). Dari semua sahabat dari pendekar Putri Teratai ini semuanya mengangguk membenarkan orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau.

Akan tetapi sumoinya mengomel, "Siapakah yang takut kepadanya?" Dia melintangkan pedangnya, terlihat bulu keteknya yang rimbun disela-sela baju silatnya. Memang ibu yang satu ini  yang bernama Pendekar Putri Teratai ini, terkenal tak pernah mencukur bulu keteknya, berhati keras dan pemberani dan memang ilmu pedangnya hebat maka tidaklah mengherankan apabila dia terhitung seorang di antara salah satu tokoh  yang terkenal di dunia rimba persilatan. "Mbak Pete, kita harus mentaati perjanjian kita, agar tidak membawa seluruh sahabat-sahabat disini  menanam bibit permusuhan dengan golongan lain, baik kaum bersih maupun kaum sesat. Karena itu, dalam pertemuan ini, serahkan saja kepadaku untuk mewakili kalian semua!" Karena maklum bahwa dia tidak boleh melanggar perjanjian dari para sahabat dan bahwa muka macan ini selain paling lihai juga merupakan seorang yang mewakili kelompok mereka mereka.

Apa perjanjian mereka ? Mereka berjanji untuk menyelamatkan seorang kakek sakti yang konon gila dari perebutan tokoh-tokoh rimba persilatan, dikarenakan banyak tokoh dari bawah yang ditolong dari kakek ini. Dan banyak pula yang merasa berhutang budi hingga meminta tokoh-tokoh dari kelas atas yang terdiri dari tiga belas orang ini untuk menolong dia. Dan pihak kerajaan Belanda waktu itu juga menjanjikan uang dan harta benda bila dapat membawa tokoh sakti ini turun gunung dan membuka tabir-tabir pengobatannya untuk kemakmuran kerajaan Belanda. Malah ada desas desus barang siapa yang bisa menghisap cairan yang ada di kuping kakek sakti ini hingga habis maka akan memperoleh suatu energi yang luar biasa atau berkhasiat menambah kesaktian, karena kakek ini selalu meminum ramuan-ramuan pengobatan dan ramuan-ramuan yang berkhasiat. Dari sini lah banyak menginginkan tokoh sakti pengobatan ini.

Putri Teratai mengangguk biarpun bibirnya yang merah karena sering memakai gincu dari bubuk batu-bata merah, tetap cemberut tidak puas. Dia merasa tidak puas melihat sikap jerih yang diperlihatkan para sahabatnya. Tiga Belas orang ini masing-masing mempunyai nama besar di dunia persilatan, disegani kawan ditakuti lawan, masa sekarang berhadapan dengan seorang tokoh sesat saja kelihatan gentar? Suara nyanyian itu makin keras, tanda bahwa jarak di antara mereka dengan kakek muka aneh itu makin dekat. Dengan ilmu meringankan tubuh yang hampir sempurna, tiga belas orang pendekar Rimba Persilatan itu dan dapat menyusul dan berkelebatlah tubuh mereka, dari kanan kiri dan atas, tahu-tahu mereka telah berdiri menghadap di depan kakek pengemis dengan sikap keren dan gagah sekali. Kakek pengemis itu masih melanjutkan nyanyiannya sambil berdiri memandang, dan ketika pandang matanya bertemu dengan wajah Putri Teratai, dia tidak meyembunyikan kekagumannya. Raja Setan Pikulan ini merasa pernah bentrok dengan pendekar  wanita ini . Setelah nyanyiannya berhenti, barulah dia tersenyum dan berkata, "Eh-eh, apakah kalian ini serombongan pemain akrobat dan topeng monyet yang hendak menjual kepandaian?"


Aku seorang pengemis tidak mempunyai uang untuk membayar upah kalian!"
 "Harap Locianpwe tidak berpura-pura lagi. Kami tahu bahwa Locianpwe adalah Jali Jengki  yang terhormat. Locianpwe adalah tokoh terkenal yang berjuluk Raja Setan Pikulan, bukan?"

Jali Jengki yang bermuka seperti kakek-kakek ini, merasa senang karena duah diangap kakek-kakek oleh mereka.Kakek yang mukanya kelihatan sabar dan baik hati itu tersenyum, senyumnya juga simpatik dan ramah. Tiga belas orang pendekar Rimba Persilatan itu yang hanya baru mengenal nama kakek sakti kaum sesat ini, diam-diam merasa heran bahkan sangsi apakah benar mereka berhadapan dengan Jali Jengki yang kabarnya kejamnya seperti iblis, karena kakek ini kelihatan halus tutur sapanya dan begitu ramah!

"Ha..ha..ha, sungguh sukar jaman sekarang ini untuk bersembunyi dan menyembunyikan diri. Orang-orang yang merasa muda sekarang amat tajam penciumannya dan penglihatannya, biarpun belum pernah jumpa sudah mengenal orang. Orang-orang muda yang gagah dan cantik, dia memandang Putri Teratai lagi dengan kagum, "Tidak keliru dugaan kalian aku adalah Jali Jengki, seorang pengemis tua yang hanya memiliki sebatang pikulan butut ini. Tidak tahu siapakah kalian dan perlu apa kalian menghadang perjalananku?"

"Kami adalah tiga belas orang ini dari  tokoh-tokoh Rimba Persilatan!" kata Putri Teratai dan karena sudah terlanjur, maka percuma saja orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau mencegahnya dengan pandang matanya.
"Benar, kami adalah tokoh-tokoh Rimba Persilatan, Locianpwe," kata orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau itu dengan hati tidak enak karena sahabat wanitanya yang lancang itu ternyata telah membuka kartu dan mengaku bahwa mereka dari Rimba Persilatan, berarti membawa-bawa semua dari mereka yang ada disana.

"Ha..ha..ha, bagus. Memang Rimba Persilatan mempunyai banyak orang-orang pandai, gagah dan cantik sepanjang kabar yang kudengar. Akan tetapi kalau tidak salah, aku tidak pernah berurusan dengan Rimba Persilatan." Melihat sikap kakek itu masih ramah dan kata-katanya juga halus dan tidak bermusuh, Orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau itu menjadi makin tidak enak. Akan tetapi karena dia maklum orang macam apa adanya kakek di depannya ini, dan betapa Kakek Gila yang mereka dengar merupakan seorang kakek ajaib yang luar biasa dan sudah menolong manusia dengan pengetahuan yang tepat mengenai khasiat tetumbuhan yang mengandung obat, maka tetap saja dia merasa khawatir akan keselamatan Kakek Gila Ajaib  itu kalau sampai kakek datuk sesat Raja Setan Pikulan ini bertemu dengan kakek ajaib itu.

"Apa yang Locianpwe katakan memang tidak semuanya salah. Di antara Locianpwe dengan Rimba Persilatan, tidak pernah ada urusan. Dan sekali ini, kami orang-orang muda dari Rimba Persilatan juga tidak berniat untuk menganggu Locianpwe yang terhormat. Hanya kami mendengar berita bahwa diantara banyak tokoh dari rimba persilatan, Locianpwe juga berminat kepada kakek gila yang  budiman yang terkenal dengan sebutan Kakek Ajaib Gila dan yang berdiam di dalam Hutan Kakek Gila. Benarkah ini, dan apakah Locianpwe sekarang sedang menuju ke hutan itu?" Mulai berubah wajah kakek itu mendengar ucapan ini, senyumnya masih ada akan tetapi sepasang matanya yang tadinya berseri gembira itu kehilangan cahaya kegembiraannya dan berubah dengan sinar kilat yang mengejutkan mereka semua.

"Hemmm, orang-orang yang merasa muda dan yang lancang. Kalau benar aku hendak pergi mengunjungi Kakek Ajaib Gila, kalian mau apakah?" Tiga belas orang tokoh-tokoh Rimba Persilatan itu sudah dapat "Mencium" keadaan yang membuat mereka semua siap siaga. Mereka melihat bahwa kakek yang kelihatannya halus budi itu dan ramah ini mulai memperlihatkan "tanduknya" atau watak sesungguhnya.

"Locianpwe, kalau benar demikian, kami hanya mohon kepada Locianpwe agar tidak mengganggu Kakek Ajaib Gila."
"Apamukah bocah itu?"
 "Bukan apa-apa, Locianpwe. Namun mendengar betapa anak ajaib itu telah banyak menolong orang tanpa pandang bulu tanpa pamrih, maka sudahlah menjadi kewajiban semua orang gagah di dunia kang-ouw untuk menjaga keselamatannya."

Perubahan hebat pada diri kakek itu. Kini senyumnya bahkan lenyap dan mulutnya menyeringai penuh sikap mengejek, matanya berkilat-kilat dan suaranya berubah kaku, ketus dan memandang rendah.

"Anak-anak kurang ajar! Apakah Semua tokoh tokoh pendekar Hydro korban dari Rawa Bangke yang mengutus kalian?"
"Perkumpulan Pendekar Hydro  tidak tahu-menahu tentang ini. Kami kebetulan berada di daerah ini dalam mencari salah satu tokoh yang menghilang yaitu Kong Nizam, namun dalam pencarian kami, untuk sementara kami mengurusi Kakek Ajaib Gila lebih dahulu dan mendengar akan Kakek Ajaib Gila yang terancam bahaya, maka kami melihat Locianpwe lalu sengaja hendak bertanya. Tentu saja kalau Locianpwe tidak menghendaki Kakek Ajaib Gila, kami pun sama sekali tidak kurang ajar dan kami mohon maaf sebanyaknya."

 "Aku memang menuju ke Hutan Kakek Gila. Mengapa kalian menyangka bahwa aku akan mencelakai Kakek Ajaib Gila?" Tiga belas pendekar dari Rimba Persilatan itu makin tegang. Manusia yang bermuka kakek-kakek peot  ini sudah mulai berterus terang, maka tiada salahnya kalau mereka bersikap waspada dan berterus terang pula.

"Siapa yang tidak mendengar bahwa Raja Setan Pikulan Jali Jengki sedang menyempurnakan ilmu iblis yang disebut Tangan Gerayangan Kolor Ijo?" Tiba-tiba Pendekar PutriTeratai berseru sambil menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka kakek itu. Para sahabatnya terkejut, akan tetapi ucapan telah terlanjur dikeluarkan dan memang dalam hati mereka terkandung tuduhan ini. Ilmu Tangan Gerayangan Kolor Ijo adalah semacam ilmu hitam yang hanya dapat dipelajari oleh kaum sesat karena ilmu ini membutuhkan syarat yang amat keji, yaitu menghimpun kekuatan hitam dengan jalan menghisap conge(ma'af) manusia yang telah banyak meminum ramuan dan minum nanah dan darah, otak dan sumsum melalui daun telinga.


******
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 15/12/2008 16:50
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -



Tentu saja bagi seorang yang sedang menyempurnakan ilmu iblis ini, Kakek Gila Ajaib mempunyai daya tarik yang luar biasa, karena darah, otak dan sumsum seorang manusia aneh seperti Kakek Gila Ajaib yang ajaib, lebih berharga dari darah, otak dan sumsum puluhan orang manusia  biasa lainnya!. Tiba-tiba kakek itu tertawa lebar.

"Hah-hah-hah-hah, memang benar! Dan satu-satunya manusia aneh yang akan menyempurnakan ilmuku itu adalah Kakek Gila Ajaib! Dan aku bukan hanya suka minum conge dan menghisap darah, otak dan sumsum manusia aneh yang bersih, juga aku bukannya tidak suka bersenang-senang dengan perawan cantik seperti engkau, Nona!"

Dasar Kakek Jali Jengki kadang matanya buram, jangan kan liat Pendekar Putri Teratai yang sudah perawakan ibu-ibu, kambing tetangga aja kadang dipanggil "nona" pula!!

"Singggg! Singggg...!"

Tampak sinar-sinar berkilauan ketika pedang yang tiga belas buah banyaknya itu bergerak secara berbarengan dan tiga belas orang pendekar itu telah mengurung si Kakek yang masih tertawa-tawa.

"Heh-heh, kalian mau coba-coba main-main dengan Raja Setan Pikulan? Sayang kalian masih muda-muda harus mati, kecuali Nona manis. Andaikata Pendekar-Pendekar Hydro berkumpul berada disini sekalipun, mereka juga tentu akan mampus kalau berani menentang Raja Setan Pikulan!"

"Serbu dan basmi iblis ini!" Orang paling tua dari gerombolan itu berteriak dan mereka sudah menerjang maju dengan bermacam gerakan yang cepat dan dahsyat.

Tiba-tiba kakek itu melorotkan celananya dan terlihat kolornya(celana dalam nya) yang bau apek berwarna hijau karena sudah berlumut sambil mengeluarkan suara pekik yang dahsyat, pekik yang disusul dengan suara tertawa menyeramkan. Suara ketawa ini bergema di seluruh hutan, sehingga terdengar suara ketawa menjawabnya dari semua penjuru, seolah-olah semua setan dan iblis penjaga hutan telah datang oleh panggilan kakek itu. Hebatnya, Bau apek, suara pekik dan tertawa itu membuat tiga belas orang pendekar itu seketika seperti berubah menjadi arca, gerakan mereka terhenti dan untuk beberapa detik mereka hanya bengong memandang kakek itu dan jantung mereka seolah-olah berhenti berdenyut.


Orang yang paling tua dari mereka yang bermuka gagah perkasa itu segera berseru, "Awas. Pekikan Siluman Kolor Ijo (Ilmu menggereng seperti siluman kolor ijo yang terluka berdasarkan tenaga dalam suara)!" Seruan ini menyadarkan para sahabatnya . Mereka cepat mengerahkan "Tenaga Dalam Benteng Diri" sehingga pengaruh Pekikan Kolor Ijo itu membuyar. Pedang mereka melanjutkan gerakannya.


"Sing-sing.... siuuuut.... trang-trang-trang..Heh-heh-heh!"

Gulungan sinar pedang-pedang yang menyambar ke arah tubuh kakek dari berbagai jurusan, dapat ditangkis oleh gulungan sinar pikulan tongkat hitam yang telah diputar dengan cepatnya oleh Raja Setan Pikulan. Para pendekar yang terkenal dengan "Barisan Tameng Diri" itu terkejut ketika merasakan betapa telapak tangan mereka menjadi panas dan nyeri setiap kali pedang mereka tertangkis tongkat. Hal ini menandakan bahwa Si kakek benar-benar amat lihai dan memiliki tenaga sakti yang amat kuat. Juga tongkat pikulannya yang kelihatan butut dan hitam itu ternyata terbuat dari logam pilihan sehingga mampu menahan ketajaman pedang di tangan mereka, padahal semua pedang di tangan perkumpulan Barisan Tameng Diri adalah pedang-pedang pusaka yang ampuh.

"Ha..ha..ha, inikah Ilmu Pedang Panca Robah (Ilmu Pedang Lima Unsur Rubahan ) dari Barisan Tameng Diri yang terkenal? Ha..ha, tidak seberapa!" Sambil menggerakan tongkat pikulannya menangkis setiap sinar pedang yang meluncur datang, kakek itu tertawa dan mengejek.

"Bentuk Tameng Sakti Mencari Lubang!" Teriak yang paling tua melihat betapa kakek itu benar-benar amat tangguh sehingga semua serangan pedang mereka dapat ditangkis dengan mudahnya. Tiba-tiba tiga belas orang pendekar itu merobah gerakan mereka, kini mereka tidak lagi menyerang dari kedudukan tertentu, melainkan mereka bergerak mengurung dan mengelilingi kakek itu, sambil bergerak berkeliling mereka menyusun serangan berantai yang susul menyusul dan yang datangnya dari arah yang tidak tertentu. Diam-diam kakek itu terkejut.

Sejenak dia menjadi bingung. Kalau tadi mereka itu menyerangnya dari kedudukan tertentu, biarpun gerakan mereka tadi berdasarkan langkah dasar silat Ikatan Mencak Seluruh Rimba Persilatan, namun dia sudah dapat mengenal dasar langkah silat itu dan dapat menggerakan tongkat pikulan secara otomatis untuk menangkis semua pedang yang datang menyambar.

Akan tetapi sekarang, sukar sekali menentukan dari mana serangan akan datang, dan gerakan mengelilinginya itu benar-benar mendatangkan rasa pusing.

Marahlah Raja Setan Pikulan. Tadi dia ingin mempelajari ilmu pedang Perkumpulan Tameng Diri dan memperhatikan para pengeroyoknya sebelum membunuh mereka. Akan tetapi setelah mereka menggunakan "Tameng Sakti Mencari Lubang" dia tahu behwa mereka kalau dia tidak cepat mendahului mereka, dia bisa terancam bahaya. Tidak disangkanya bahwa Perkumpulan Tameng Diri sangat sakti hingga dapat menciptakan barisan pedang yang demikian lihainya. Tiba-tiba terjadi perubahan pada diri kakek ini. Tangan kirinya berubah menjadi merah dan hijau sekali, merah darah dan kakinya hijau lumut!

"Hati-hati terhadap Tangan Gerayangan Kolor Ijo!" Yang paling tua dari mereka berseru keras ketika melihat perubahan warna tangan kiri  dan  kanan kakek itu.

Raja Setan Pikulan tiba-tiba mengeluarkan pekik yang amat dahsyat, lebih dahsyat daripada tadi dan tubuhnya mendadak membalik, tongkat pikulannya menyambar dibarengi tangan kiri merah itu mendorong ke depan.

"Prak-prak...dessss!" Tiga orang pengeroyok menjerit dan roboh, dua orang dengan kepala pecah oleh tongkat, sedangkan seorang lagi terkena  rabaan yang seperti hewan yang sedang birahi dari Tangan Gerayangan Kolor Ijo, roboh dan tewas seketika dengan dadanya tampak ada bekas lima jari merah seperti terbakar, bahkan bajunya robek dan hangus. Itulah Tangan Gerayangan Kolor Ijo !!, hanya berupa rabaan kamasutra  maut yang mengerikan !!.

Benar Hebat Jali Jengki Raja Setan Pikulan ini. Setelah sekian lama tidak terlihat di Rimba Persilatan malah menciptakan ilmu-ilmu iblis !! Padahal ilmu itu masih belum sempurna, dapat dibayangkan betapa hebatnya kalau kakek ini berhasil menghisap conge, darah, otak dan sumsum seorang manusia aneh ajaib seperti Kakek Gila Ajaib!.

 Sepuluh orang pendekar Barisan Tameng Diri terkejut dan marah sekali. Mereka melanjutkan serangan dengan penuh semangat dan penuh dendam. Namun kembali Raja Setan Pikulan memekik dahsyat sambil bergerak menyerang, dan kembali tiga orang lawan roboh dan tewas. Serangan ini diulanginya terus, tidak memberi kesempatan kepada para pengeroyoknya untuk membebaskan diri. Empat kali terdengar dia memekik dahsyat seperti itu dan akibatnya, dua belas orang diantara Barisan Tameng Diri dari Perkumpulan Tameng diri itu tewas semua, tewas dalam keadaan masih menggurungnya

Sisa yang masih hidup hanya tinggal Putri Teratai seorang! Hal ini memang disengaja oleh Raja Setan Pikulan dan kini sambil tersenyum mengejek dia menghadapi Putri Teratai. Dapat dibayangkan betapa perasaan ibu-ibu komplek ini itu melihat dua belas orang sahabat atau saudaranya telah tewas semua!

Dua belas orang sahabatnya dan saudaranya yang selama ini berjuang sehidup semati dengannya, Malah mereka memanggil Pendekar Putri Teratai dengan panggilan sayang sebagai sumoi yang singkatan dari Senyumnya Emoooy !!

Dan perlu diketahui gerakan-gerakan Barisan Tameng Diri lebih mendekati ilmu kungfu dari daratan Tiongkok, namun mereka membantah bahwa mereka dari Tiongkok yang bukan dari dataran cina sana, tapi agak kesinian mendekati daerah glodok, suatu daratan tempat "Nongkrong yang  Chiong sambil Jongkok", karena itu namanya sama menjadi Tjiongkok , kemudian lama-lama kedengarannya menjadi Tiongkok!! mirip dengan yang ada di daratan china sana, begitu juga ilmunya.

Daerah pertempuran ini menjadi tempat yang mengerikan. Dua belas Barisan Tameng Diri kini telah menjadi mayat yang bergelimpangan di sekelilingnya, seolah-olah mayat dua belas orang itu mengurung dia dan Raja Setan Pikulan yang berdiri tersenyum di depannya.

 "Iblis busuk, aku akan mengadu nyawa denganmu!" Pendekar Putri Teratai berseru mengandung isak tertahan. "Haiiiit.....!" tubuhnya melayang ke depan, pedangnya ditusukkan ke arah dada lawan dengan kebencian meluap-luap. Namun dengan gerakan seenaknya kakek itu memukulkan tongkat pikulannya dari samping menghantam pedang yang menusuknya. "Krekkk!" Pedang itu patah dan gagangnya terlepas dari pegangan Pendekar Putri Teratai! Dara itu membelalakan matanya dan melihat pandang mata Jali Jengki itu kepadanya, melihat senyum yang baginya amat mengerikan itu, tiba-tiba dia membalikan tubuhnya dan melayang ke arah sebatang pohon besar, dengan niat untuk membenturkan kepalanya pecah pada batang pohon itu!

Putri Teratai melihat ancaman bahaya yang lebih mengerikan daripada maut sendiri, maka setelah yakin bahwa dia tidak akan mampu mengalahkan lawannya, dia mengambil keputusan nekat untuk membunuh diri dengan membenturkan kepalanya pada batang pohon.

"Bukkkkkk!" Bukan batang pohon yang dibentur kepalanya, melainkan perut lunak dan tubuhnya berada dalam pelukan Raja Setan Pikulan yang entah kapan telah berada di situ menghadangnya di depan pohon!

"Lepaskan aku!!" Pendekar Putri Teratai berteriak dan tubuhnya tiba-tiba dilontarkan oleh kakek itu, jauh kembali ke dalam lingkaran mayat-mayat sahabat-sahabatnya. Dengan langkah gontai, kakek itu tersenyum-senyum memasuki lingkaran dan melangkahi mayat bekas para penggeroyoknya, menghampiri Pendekar Putri Teratai yang sudah bangkit duduk dengan muka pucat dan mata terbelalak. Dia telah tersudut seperti seekor induk kelinci  ketakutan menghadapi seekor harimau nyangsang dengan kolor berwarna hijau yang siap menerkamnya. Perasaan ngeri yang luar biasa membuat Pendekar Putri Teratai cepat menggerakan tangan kanannya, dengan dua buah jari tangan dia menusuk ke arah ubun-ubun kepalanya sendiri sambil mengerahkan Tenaga Dalam. Batu karang saja akan berlubang terkena tusukan jari tangannya seperti itu apa lagi ubun-ubun kepalanya. "Plakkk!" "Aihhh....!" Pendekar Putri Teratai menjerit ketika tangannya itu tertangkis dan setengah lumpuh. Ternyata kakek itu telah berdiri di depannya dan telah mencegah dia membunuh diri! "Bretttt...bretttt....!" Tongkat kakek itu bergerak beberapa kali dan seperti disulap saja sebagian pakaian yang membungkus tubuh Pendekar Putri Teratai cabik-cabik dan cerai-berai, membuatnya menjadi setengah telanjang ! Terlihat sisa baju dalamnya bertuliskan "Lingerie Made in Singapore" dan bawahannya yang berenda bertuliskan "Toko Lingling Made in Tanah Abang"

Pendekar Putri Teratai menjerit akan tetapi tiba-tiba, seperti seekor kucing menerkam tikus !! Jali Jengki menerkam !! sambil mengeluarkan suara ketawa menyeramkan, kakek itu telah menubruk !!

Tiba-tiba terdengar suara yang halus dan tenang, namun penuh wibawa, "Harap Raja Setan Pikulan tidak berbuat kotor disini.......!"

Sungguh ajaib sekali !!. Biarpun Raja Setan Pikulan yang tidak mempedulikan kata-kata ini dan hendak tetap menyerang menubruk, tiba-tiba saja merasa bahwa tangan nya tidak mampu bergerak!

Terdengar seruan kaget dan heran, dan kini mata beringasnya memandang kepada seorang kakek-kakek yang dengan tenangnya berjalan memasuki kepungan mayat-mayat itu, seperti kapas para mayat itu melayang terbang dan berbaris rapih, lalu dia berbelok ke tanah lapang, dengan mengibaskan tangannya secara pelan sekali seperti  mengusir bebek dalam kandang.
Dan tanah bergemuruh dan membelah !! tanah itu membentuk lubang,kemudian mayat berterbangan seperti dibawa-bawa malaikat yang tak terlihat menghantarkan mereka ke liang kubur !!
Lalu  kakek ini mengangkat tangannya seperti mengucapkan doa buat mereka.

Melihat kejadian ini Raja Setan Pikulan dan Pendekar Putri Teratai melongo keheranan. Setiap kakek ini berjalan rumput seperti diterpa angin sepoi-sepoi dengan membuka jalan laksana barisan prajurit yang membuka jalan untuk seorang Raja. Juga Setan Pikulan Jali Jengki dan Putri Teratai mengeluarkan seruan tertahan. Mereka berdua pun merasa betapa tangan mereka tidak dapat digerakkan! Otomatis mereka pun menoleh dan melihat pula seorang kakek yang memasuki kepungan mayat dan menguburkan mayat itu dengan sikap tenang sekali. Seorang kakek yang tinggi yang berpakaiannya sederhana, agak sepadan, matanya memancarkan sinar yang luar biasa, kakek yang memandang kepada Pendekar Putri Teratai dengan senyum di bibir.

"Ko...kong..Ni..Nizam", bergetar bibir Pendekar Putri Teratai saat mengenal wajah tua yang tersenyum itu.

Betapapun juga, gentar Putri Teratai menghadapi Jali Jengki Setan Pikulan yang bertambah sakti itu, apalagi dia tidak mampu melawan. Ketenangan Kakek berambut putih yang baru datang membuat dia mencari perlindungan dekat kakek ini. Kakek yang bernama Kong Nizam  ini memegang lengan Pendekar Putri Teratai dan terdengarlah suaranya penuh kesabaran dan ketenangan yang wajar, "Saudara Jali Jengki yang baik.. Sadarlah.. dirimu sedang dirasuki iblis yang menggerogoti hatimu, dan aku tahu apa yang telah terjadi. Maka harap saudara perkenankan kami pergi, kemudian sebaiknya saudara melakukan taubatan nasuha atas apa yang telah terjadi sehingga dapat diambil tidakan penebusan dosa, demi kebahagiaan saudara sendiri." Suara ini demikian halus, akan tetapi mengatasi semua ilmu teriakan dan anehnya Jali Jengki itu tidak mampu berteriak-teriak lagi mengeluarkan Pekikan Kolor Ijo.

 "Kami hendak pergi sekarang!" Kakek ini memegang lengan Pendekar Putri Teratai dengan tangan kanannya, dan  Pendekar Putri Teratai memegang lengan Kong Nizam dengan tangan kiri, lalu mereka menghilang sirna dari tatapan Jali Jengki, Manusia sakti yang terkenal sebagai Raja Setan Pikulan !!
 

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: parewa on 15/12/2008 17:41
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -




"Lepaskan aku!!" Pendekar Putri Teratai berteriak dan tubuhnya tiba-tiba dilontarkan oleh kakek itu, jauh kembali ke dalam lingkaran mayat-mayat sahabat-sahabatnya. Dengan langkah gontai, kakek itu tersenyum-senyum memasuki lingkaran dan melangkahi mayat bekas para penggeroyoknya, menghampiri Pendekar Putri Teratai yang sudah bangkit duduk dengan muka pucat dan mata terbelalak. Dia telah tersudut seperti seekor induk kelinci  ketakutan menghadapi seekor harimau nyangsang dengan kolor berwarna hijau yang siap menerkamnya. Perasaan ngeri yang luar biasa membuat Pendekar Putri Teratai cepat menggerakan tangan kanannya, dengan dua buah jari tangan dia menusuk ke arah ubun-ubun kepalanya sendiri sambil mengerahkan Tenaga Dalam. Batu karang saja akan berlubang terkena tusukan jari tangannya seperti itu apa lagi ubun-ubun kepalanya. "Plakkk!" "Aihhh....!" Pendekar Putri Teratai menjerit ketika tangannya itu tertangkis dan setengah lumpuh. Ternyata kakek itu telah berdiri di depannya dan telah mencegah dia membunuh diri! "Bretttt...bretttt....!" Tongkat kakek itu bergerak beberapa kali dan seperti disulap saja sebagian pakaian yang membungkus tubuh Pendekar Putri Teratai cabik-cabik dan cerai-berai, membuatnya menjadi setengah telanjang ! Terlihat sisa baju dalamnya bertuliskan "Lingerie Made in Singapore" dan bawahannya yang berenda bertuliskan "Toko Lingling Made in Tanah Abang"



kayaknya ini mah cita2nya si alam yg belum kesampaian....   ::)

mbak PeTe mau ke jkt loh... ente bakal kejar pake golok... :w

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 15/12/2008 21:40
busyeeettt.. SARKEM, jangan lari luu..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 15/12/2008 21:49
ehh ketek gua bersih dan putih lagi...ntar deh gua bukain bener nih,  >:(
mana tuh si Sarkem,
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 15/12/2008 22:00


kayaknya ini mah cita2nya si alam yg belum kesampaian....   ::)

mbak PeTe mau ke jkt loh... ente bakal kejar pake golok... :w



aduhh saya datang gak malah di sambut pake bunga malah diuber pakai golok, ya udah ntar pesawat mendarat aja di Bandung..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: deprok on 16/12/2008 01:44
 [lucu] [lucu] [lucu] :w :w :w [top]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 16/12/2008 08:00
huaahaa..ha..ha..
Betul tu kan parewa, si kang sarkem mempunyai keinginan yg dalam dan terinspirasi setelah Pete punya foto baru. ;D ;D
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 08:18
huaahaa..ha..ha..
Betul tu kan parewa, si kang sarkem mempunyai keinginan yg dalam dan terinspirasi setelah Pete punya foto baru. ;D ;D

heii gorila..gak malah bantuin malah ikutan meledek..duhh...

ntar ini cerita gua terusin sendiri, tunggu aja ya.. sarkem, ganti gua telanjangin lu..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: parewa on 16/12/2008 09:52


kayaknya ini mah cita2nya si alam yg belum kesampaian....   ::)

mbak PeTe mau ke jkt loh... ente bakal kejar pake golok... :w



aduhh saya datang gak malah di sambut pake bunga malah diuber pakai golok, ya udah ntar pesawat mendarat aja di Bandung..

eh... salah tulis deh tuh....

Maksudnya, oom sarkam bakal dikejar pake golok ama mbak PeTe.....
Mau ditelanjangin ya mbak...? ane siap dg video kamera.... :w

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 16/12/2008 12:48
Ane kemarin sudah diskusi sama beberapa guru ane di cianjur...

dan mereka siap menampung kalau ane nanti mau digebukin sama para tokoh cerita dan kabur ke cianjur .... [lucu]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 12:52
siapa bilang mo gebukin elu, gua mo emut sampai abis lumer lu.. >:(
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 16/12/2008 13:02
emang kita permen??  :P

Karena pembaca dari cersil hasil semedi saya banyak peminatnya saya lagi usahakan untuk kang Jali Jengki membuat gambar ilustrasinya..

Dan yang jelas hasil kompromi saya dengan jali jengki buatlah setiap penjahat di ilustrasikan dengan wajah dan bentuk yang gagah dan ganteng..

Sedangkan untuk para jagoan dibuat sejelek mungkin... [lucu]


ps : inilah bedanya dengan jagoan-jagoan di cersil/komik lain yang ganteng dan penjahatnya yang ancur2an..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 13:14
aduhh..kalo mau di bikin ilustrasi permak sekalian badan gua kayak Sarah Azhari yee...

Sarkem, emang kamu kayak permen..permen karet tapinya yang di balut coklat, ntar coklatnya abis tinggal karetnya gua gigit-gigit deh...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 16/12/2008 13:21
tenang mbak nanti saya buat judul sendiri buat mbak PT

seri : " Pendekar Putri Teratai dari Perguron Tameng Diri Tiongkok "

judulnya: " Ilmu Singa lagi Ngapur"


intinya nanti mbak PT jadi sakti juga setelah mendapatkan "ilmu singa lagi ngapur" di kampung singaparna.. :D


Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: tangan-awan on 16/12/2008 13:24
Bikin aja seri Merlion Singapur vs. Mad Lion Ngalam
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 16/12/2008 13:29
Mohon para pembaca tidak mempengaruhi kang kampret dalam menuliskan ceritanya,
yg terpenting kita maklumi kalau sarung kampret memang kurang waras ... eh maaf kurang gila (apa bedanya ya kurang waras ama kurang gila????).

(ini belahin apa ngancurin??)

Mbak PETE sdh tau ngak cara nelanjangin kang SK?

++++++++
Lanjutin terus ceritanya kang SK (sst..... tapi jgn jadiin saya gorilla ya, please dech. ini bukan mempengaruhi lho!!!?))
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 13:30
tenang mbak nanti saya buat judul sendiri buat mbak PT

seri : " Pendekar Putri Teratai dari Perguron Tameng Diri Tiongkok "

judulnya: " Ilmu Singa lagi Ngapur"


intinya nanti mbak PT jadi sakti juga setelah mendapatkan "ilmu singa lagi ngapur" di kampung singaparna.. :D




huahaa.ha.ha..ha..
kamu gemesin deh, semalam aku ketawa sampai kayak orang gila dikasur sendirian..
uedaaan bener lu,

ntar kalo ketemu aku uyeell abis ...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 13:33
Bikin aja seri Merlion Singapur vs. Mad Lion Ngalam

ikutan juga deh suhu gua...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 13:36
Mbak PETE sdh tau ngak cara nelanjangin kang SK?

++++++++
Lanjutin terus ceritanya kang SK (sst..... tapi jgn jadiin saya gorilla ya, please dech. ini bukan mempengaruhi lho!!!?))

dah makan aja dia kayak makan Oreoo.
dibuka....dijilat... di celupin...
trus di kremus..atau di kunyah
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 16/12/2008 13:47

Lanjutin terus ceritanya kang SK (sst..... tapi jgn jadiin saya gorilla ya, please dech. ini bukan mempengaruhi lho!!!?))

Tenang bos.. ente di episode lain juga..

"Iqbal Khan, Manusia Gorilla dari Pakis Wetan"

situ nanti berguru ilmu "Ca'i Paniki" dari kampung cikampret dengan guru Guns N Roses.. menciptakan langkah ajaib, langkah kingkong mau ke Toilette  [top]

Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: maulana on 16/12/2008 20:09
 :DDahsyat bener ilmu isi kosongnya, badan isi otak kosong. Ketek gondrong cemilannya pete dr barisan tameng diri [lucu]ilmu singa lagi ngapur sambil make pupur :w
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 16/12/2008 22:10
jahat deh, gak jadi diangkat jadi murid kalo gitu...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 16/12/2008 22:17
hayo loh...mbak putri ngambek tuh,,,tar diobrak-abrik loh forumnya,,,heheheh
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 17/12/2008 07:21
hayo loh...mbak putri ngambek tuh,,,tar diobrak-abrik loh
forumnya,,,heheheh

Dolly...tolongin dong, gua jadi korban penganiayaan sarkem...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 17/12/2008 09:13
-Sambungan Cersil Kong Nizam sang Jawara-


Sebuah cahaya yang membentuk dua warna melesat  menuju Hutan Kakek Gila. Cahaya yang berhenti di tengah hutan belantara. Terlihat dari gerakan cahaya itu ternyata adalah Kong Nizam yang berpakaian hitam dengan gambar logo dua macan yang sedang berdiri dilingkari sebuah bentuk perisai bertuliskan MU -Maung United- di sebelah atas dada kanannya dan Pendekar Putri yang memakai dalaman berwarna-warni seperti sebuah dekorasi tata panggung yang mewah.Lalu Kong Nizam berkelebat lagi laksana burung wallet yang sedang memutari sarangnya kesana kemari membawa-bawa beberapa lembar daun pisang dan beberapa buah-buah-an untuk dimakan.

“Syuuuut !!”

Terlihat Pendekar Putri teratai sudah terlihat rapi sudah terbungkus daun pisang, sepertinya pendekar sakti kong nizam ini jengah melihat dalaman Pendekar Putri Teratai yang berwarna warni seperti badut ancol. Pendekar Sakti ini memang hebat !! Gerakannya yang sangat cepat menyediakan makanan sudah tidak dapat diukur kesaktiannya, belum lagi cara cepatnya dia merapihkan daun pisang yang dikenakan  ke Pendekar Putri Teratai benar-benar rapih !! Laksana sebuah lontong di mall  !!

Kesaktian Kong Nizam yang berkembang pesat membuat Pendekar Putri Teratai ini terpana akan kehebatan dari pendekar sakti Kong Nizam yang seperti seorang Dewa. Rasa haru, rasa kaget, rasa bersyukur telah ditolong oleh Kong Nizam membuatnya dia tak bisa berkata-kata.

“ Ada apa neng ?”, Tanya kong Nizam dengan santun.

"Mula-mula aku pergi dari rawa bangke dan bertemu dengan Perkumpulan Barisan Tameng Diri, lalu aku bergabung dan menciptakan jurus jurus baru bersama sahabat-sahabat yang aku sudah anggap saudara, lalu aku mendengar keluhan dari salah satu murid dari Barisan Tameng Diri bahwa  di sana ada seorang tokoh ahli pengobatan yang baik budi dan mungkin sakti namun aneh namun sedang di cari-cari oleh segenap tokoh rimba persilatan baik yang hitam maupun yang putih, sedang misiku untuk mencari dirimu yang telah lama menghilang  membuat kami sepakat pergi bersama dalam rangka mencarimu dan menolong kakek aneh itu, akan tetapi yang telah kamu ketahui saudara-saudaraku telah tewas pula. Karena aku menduga bahwa peristiwa itu  tiada sangkut pautnya antara dirimu dan kakek aneh itu namun setelah melihat dirimu berada di hutan ini , aku mempunyai pandangan mungkinkah dirimu adalah kakek itu, kong? Dan  tentu membuat engkau lebih dimusuhi oleh para tokoh hitam setelah menolongku, Dan juga dilihat dari gerakanmu mengenal setiap sudut hutan ini maka aku yakin bahwa kau tentu kakek itu , Bagaimana kau bisa berada di tempat kejadian ?" , tanta dan tutur dari Pendekar Putri Teratai sambil bersedu-sedu menahan haru dan rasa terimakasih yang sangat besar.

“Aku rasa aku hanya sepintas lewat dan mendengar teriakanmu , pendekar putrid teratai yang baik”, Kata Kong Nizam



Kong Nizam tidak memberitahukan bahwa sesungguhnya telah terjadi keajaiban pada dirinya sehingga seolah-olah dia tahu bahwa pendekar Putri Teratai berada di bawah kaki gunung salak dan Putri Teratai sedang dalam bahaya.  Hasil dari ramuan dan meditasinya selama di daerah sana seolah-olah apa yang terjadi di sekitar dalam jarak yang jauh sekalipun bukan merupakan rahasia lagi baginya!

Tiba-tiba Pendekar Putri Teratai bertanya nada suaranya hati-hati dan penuh sungkan, "Kong Nizam yang sakti, sejak dulu saya tahu bahwa Engkong memiliki kepandaian luar biasa. Akan tetapi..... tadi di sana seruan Engkong membuat tokoh iblis yang sakti itu berhenti bergerak, bahkan aku pun..... tidak mampu bergerak. Kemudian....... ketika kita pergi, terjadi keajaiban, seolah-olah aku dan kamu terbang seperti kecepatan cahaya dan tokoh iblis itu sama sekali tidak melihat kita pergi....."

Kong  Nizam hanya tersenyum dan mengangkat pundak tanpa menjawab. "Benar! Apa aku tidak bermimpi?" Pendekar Putri teratai terus bertanya.

"Tidak apa-apa, pendekar putri. Kecepatan lari ilmu cepatku tidak lah aneh dan berubah, Engkau pun melihat sendiri. Kita pergi dari mereka, dan karena sudah tidak ada permusuhan dari dasar hati dan pikiranku, mungkin Pendekar Jali Jengki juga merasakan yang sama dan memberikan kebaikan dan kemurahan hatinya membiarkan kita pergi”.

“Sudahlah kita makan ! Jangan berpikir yang tidak tidak neng!” , lanjut kong Nizam santun seakan menutupi perubahan kesaktiannya.

Matahari yang sudah mulai berangkat pergi ke bawah selah-selah puncak gunung salak seakan akan ingin melupakan kejadian kejadian yang sebelumnya terjadi pada diri Pendekar Putri Teratai. Kong nizam membuat api unggun untuk  menutupi rasa dingin di malam hari.
Mereka pun setelah makan makanan buah-buahan yang disediakan Kong Nizam untuk menutupi rasa lapar.

Terlihat dari  Api unggun yang menyala, samara-samar terlihat Kong Nizam yang tertidur sambil duduk sedekap dan Putri Teratai yang tidur rebah miring ke kanan, mukanya menghadap kong nizam dengan tubuhnya yang dibalut daun pisang sehingga terlihat seperti hewan onta besar penunggu warteg sedang menunggu sebuah lontong favorit .


*****
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 17/12/2008 09:21
sarkem emang gue kue nagasari di bungkus daun pisang. ::)
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 17/12/2008 09:32
-Sambungan Cersil Kong Nizam sang Jawara-

Terlihat dari  Api unggun yang menyala, samara-samar terlihat Kong Nizam yang tertidur sambil duduk sedekap dan Putri Teratai yang tidur rebah miring ke kanan, mukanya menghadap kong nizam dengan tubuhnya yang dibalut daun pisang sehingga terlihat seperti hewan onta besar penunggu warteg sedang menunggu sebuah lontong favorit .


*****


Duuh...bener-bener huebat dah nih orang, lama-lama gua kawinin...
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 17/12/2008 09:33
 [lucu] [lucu] [lucu] [top]

debuls
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 17/12/2008 09:34
SUNAN...HEEELLLPP MEEEEE...
HUE.HUE.HUEEE.. BAWAIN BAJU, KEDINGINAN NIH..CUMAN DIKASIH DAUN PISANG AMA KONG NIZAAMM :'( :'( :'(
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 17/12/2008 09:35
mampus deh .., semoga anak gue gak mainan ke sini dahhh
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 17/12/2008 10:27
 [lucu] [lucu] [lucu]
@mbak PT
mohon maaf ga bisa bantu bawa in baju batik buat kondangan pesenan mbak.. ntar bisa2 aye dicasting juga ama kang sarkam..seremmm  [lucu]
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 17/12/2008 10:32
masih mending ama kong nizam di kasih daun pisang, kalau daun kelapa yg muda (janur) kan bisa jadi LEPET tu Pete he.he
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 17/12/2008 10:40
[lucu] [lucu] [lucu]
@mbak PT
mohon maaf ga bisa bantu bawa in baju batik buat kondangan pesenan mbak.. ntar bisa2 aye dicasting juga ama kang sarkam..seremmm  [lucu]

ntar jadi saingannya kakek gila...
kain sarung deh juga gpp
Title: Kong nizam
Post by: Dolly Maylissa on 17/12/2008 10:42
Duh om sarkem jangan sadis2 dong ceritanya,,,kan kasian mbak PT jadi tarzan di hutan,tar ngambek n gak muncul lg diforum,tar malah pada kangen loh,,,dulu aja pada ngeluh kekurangan anggota cwe,eh sekarang ada cwenya malah di godain trus...
Yang sabar yah mbakku,biar tuhan yg membalasnya,,,hehehe
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 17/12/2008 10:56
mending pade kopdar deh...berasa persahabatannya...jangan ngeles aje kalo di ajak kopdar.. :o

debuls
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: maulana on 17/12/2008 11:19
jahat deh, gak jadi diangkat jadi murid kalo gitu...
:wTobat...aaampuuun guru, siapa yg berani jahat ama guruku yg cantik ini, si badut ancol yaa guru, apa si lontong di mall atawa si onta penunggu warteg guru, awas ntar kalo ketemu tak nasehatin dia
Title: Re: Kong nizam
Post by: Putra Petir on 17/12/2008 11:39
Duh om sarkem jangan sadis2 dong ceritanya,,,

lah saya gak sadis mba... ini hanya hasil sebuah kreatifitas penulis dari halusinasi yang baru belajar menulis.

mending pade kopdar deh...berasa persahabatannya...jangan ngeles aje kalo di ajak kopdar.. :o

kalau kopdar harus minta suaka politik nich..



Title: Re: Kong nizam
Post by: putri teratai on 17/12/2008 11:42



kalau kopdar harus minta suaka politik nich..


gak usah takut paling lu gua culik dan buat mainan di kamar kalo malem...ho.hoo.hoo..lebih sadis dari pada di gepuk
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara (The End)
Post by: Putra Petir on 18/12/2008 18:58
-Sambungan Cerita silat: Kong Nizam sang Jawara (The End)-




Beberapa hari kemudian.

Suara tambur berisik mulai menggema di lereng gunung salak yang terlihat gagah itu. Para Binatang di hutan itu laksana takut akan kedatangan gerombolan manusia yang laksana semut menuju  Hutan Kakek gila. Diarah mata angin lainnya terlihat segerombolan manusia juga menuju arah yang sama ? bergerombol mereka datang menuju titik yang sama ke arah puncak Gunung Salak  dan Hutan Kakek  Gila.

Ditempat lain yang tak jauhdua tokoh pendekar dari Goa Hydro yaitu sepasang monyet dari Goa Hydro, pendekar Uda Parewa dan Maheso Jenar mulai berkelebat menuju lereng Gunung salak dan naik ke Puncak Gunung tersebut. 

“ Apa benar sekarang kita akan bertempur melawan para golongan hitam di lereng gunung salak mas?” Tanaya mahesa jenar kepada Uda Parewa.

“Aku gak tahu juga mas mahesa..mari kita selidiki selama dalam perjalanan”

“Namun dari info yang kudapat adalah para tokoh hitam sedang mengejar darah kakek ajaib gila untuk ilmu sesat mereka, jadi para golongan tokoh putih dari 6 perkumpulan perguruan-perguruan mencoba sekalian membersihkan mereka selagi mereka sedang berkumpul dan menolong kakek gila ajaib yang banyak menolong orang, mas mahesa” , kata Uda Parea kepada kakak seperguruannya yang terlihat akrab seperti sepasang monyet homo yang sedang di mabuk cinta.

Didalam perjalanan kedua nya melihat banyak mayat-mayat bergelimpangan menuju tempat yang kian lama kian berasa sejuk dan dingin. Mereka segera pergi ke pinggir tebing dan memperhatikan keadaan di sekitarnya. Mereka ternyata berada di lereng sebuah puncak Gunung Salak. Waktu datang ke Gunung Salak, Uda Parewa selalu merasa silau dengan kakak seperguruannya yang tidak bisa mengkontrol telah menggunakan kesaktiannya kepada adiknya.

Cahaya dari aura kepala mahesa jenar yang selalu tersenyum bisa memabukkan orang di sekelilingnya ternyata suka tidak terkontrol karena ketinggian ilmunya tak sesuai dengan bentuk badannya yang mungil laksana bayi pos yandu yang ajaib!

Inilah kesaktian dari salah satu tokoh dari Goa Hydro yang sangat mumpuni. sehingga uda parewa karena terpana akan aura kepala mahesa jenar yang mengeluarkan ilmu terang bintang tingkat tinggi di kepalanya, membuat adik seperguruannya sama sekali tidak tahu keadaan bumi di gunung ini.

Sekarangpun ia masih belum tahu di mana mereka berada. Sambil menudung mata dengan tangannya  sambil menjauhi aura cahaya dari ilmu mahesa jenar yang luber dan tak terkontrol ia memandang ke tempat jauh. Tiba-tiba ia lihat beberapa sosok tubuh manusia yang tergeletak di sebelah barat laut.

“Coba kita lihat,” katanya sambil mencekal tangan Mahesa Jenar dengan lembut dan kasih sayang dan lalu menuju ke tanjakan itu dengan berlari-lari. Sesudah memiliki Cai Paniki , setiap gerakan kedua orang itu makin  hebat luar biasa. Maka itu, meskipun membawa perut mereka yang gendut, larinya cepat bagaikan kalong terbang namun keberatan perut !!,
yang jelas dalam sekejap mereka sudah tiba ke tempat yang dituju.


Empat mayat rebah di situ, semua berlumuran darah. Tiga di antaranya mengenakan baju pberpotongan dari golongan  tokoh hitam,  sedang yang seorang lagi berpotongan laksana pendeta, mungkin sekali dari golongan putih.

“Celaka!” seru Mahesa Jenar di dalam tenggorakan. “Selagi kita berada makan sate maranggi di Cikampret, keenam perkumpulan aliran putih sudah berada di sini.” Ia meraba dada keempat mayat itu dengan kosentrasi mengeluarkan tenaga dalamnya untuk mengecheck keadaan si mayit, namun karena terlalu bersemangat, raut muka mahesa Jenar terlihat seperti kambing yang sedang birahi. Namun semuanya dingin. Sedang terlihat Uda Parewa sedang memainkan jari telunjuk kanannya ke arah telapak tangan kirinya dan telunjuk kirinya seperti mengukur-ngukur sesuatu. Lalu dia berucap, “ Wah mereka sudah mati 100 % nih !!”

Mahesa Jenar segera menarik tangan Uda Parewa  dan mendaki puncak dengan mengikuti tapak kaki. Sesudah melalui beberapa puluh tombak, mereka kembali bertemu dengan tujuh mayat yang rupanya sangat menakutkan.
Uda Parewa bingung, “Bagaimana dengan Perkumpulan Pendekar dari Goa Hydro apakah ikut dalam pertempuran di gunung salak ini, kang mas?” katanya. Ia berlari-lari makin cepat sehingga Mahesa Jenar yang suka berhalusinasi akan hasrat cinta itu  seolah-olah sedang terbang dengan ditenteng adik seperguruannya itu.

Setelah membelok di sebuah tikungan, mereka bertemu dengan lima mayat murid dari golongan hitam, semuanya tergantung di pohon dengan kepala di bawah kaki di atas dan muka seperti dicakar dengan cakar yang sangat tajam.

Ah! Itu cakar gerak gulung tikar dari maung united,” kata Uda Parewa. (Baca : Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro ttg pertemuan uda parewa dengan salah satu guru besar maung united)

“Uda Parewa, bagaimana kau tahu?” tanya Mahesa Jenar dengan heran. “Siapa yang memberitahukannya kepadamu?”

Tapi, karena memikirkan keselamatan para pendekar perkumpulan goa hydro dan kedua belah pihak yang sedang bermusuhan, tanpa menunggu jawaban ia terus berlari-lari. Di sepanjang jalan dia bertemu dengan mayat-mayat, sebagian besar mayat tokoh-tokoh aliran hitam, tapi mayat perkumpulan pendekar keenam aliran  golongan bersih pun tak sedikit jumlahnya.

Tibalah dia di tebing gunung salak , dari arah sana dia melihat sebuah pertempuran berdarah yang luar biasa !! Kedua nya melongo heran saat melihat mereka seperti ribuan semut dari dua koloni yang berbeda saling serang.

Mahesa Jenar menduga bahwa selama ia terkurung di warung remang-remang daerah pesisir selatan saat makan sate maranggi sehari semalam, keenam aliran golongan putih dan hitam saling bertempur dan  telah melakukan serangan besar-besaran. Sebab terlihat , Bang Ochid, Dbulls, Pendekar Hb, Pendekar Wanita Dolly MT, Pendekar Hidup, Kang Srdananjaya, Aguswin, dan yang lain-lain terluka berat maka para pendekar dari golongan bersih tak punya pemimpin sehingga dalam pertempuran itu mereka jatuh di bawah.

Sedang dari Golongan hitam terlihat maulana, bang deprok, bang haji, udin terumbu,igodeg, rajatawon, bang gobrek, dasaman sedang mengamuk di kancah pertempuran yang maha dahsyat

Terlihat tiga tokoh hitam yang sebagai pemimpin dari golongan hitam terbahak –bahak dan asyik meminum darah  para musuh dari golongan hitam.


Tanpa sadar ketiganya lari menuju medan bertempuran dan mengamuk sesuka hati mereka, “ Mana  para tokoh dari aliran putih yang setanding dengan kami? Hahahahahhahaha”, terdengar Raja Begal One tertawa sambil asyik terus berbuat biadab dengan membunuh para golongan pendekar kaum  putih dan meminum darahnya.

"Kami berdua dari goda hydro !, kami menyediakan nyawa untuk mempertahankan kehormatan golongan putih terhadap siapapun juga , dan saat ini kami akan mempertahankannya terhadap engkau! Majulah!"sambil berkata demikian uda parewa dan mahesa jenar ini meloncat ke depan, Jali jengki memepak serangan  tongkat pikulannnya di tangan kanan dan ujung lengan baju sarung kampret menyerang  melambai panjang. Kedua Pendekar Goa Hydro ini mengenal tongkat itu. Tongkat pikulan kayu dari jamban tua yang bau penuh racun dan menghitam saking tuanya, tongkat yang menjadi tongkat pusaka bagi Raja Setan Pikulan sejak dahulu. Namun Tokoh-tokoh hitam ini  maklum pula bahwa ilmu cai paniki tidaklah mungkin dianggap enteng, karena itu hanya sebagai ilmu pamungkas dari kedua pendekar dari Goa Hydro, namun dalam hal ilmu sihir silat dan silat bersenjata, rambut berketombe,ujung lengan baju ketiga tokoh hitam itu jauh lebih barbahaya dari pada ilmu kedua pendekar itu. Mereka dapat menduga bahwa tentu ketiga tokoh hitam ini sudah memiliki tingkat tertinggi dari tingkat tokoh-tokoh hitam yang lain, dan telah memiliki tenaga dalam yang amat kuat sehingga ketiganya dianggap sebagai para tetua tetua mereka dari golongan hitam. Hal ini dapat dipergunakan sebagai senjata ampuh yang dapat menghadapi mereka bertiga maka dapat menghentikan serangan para tokoh tokoh hitam , namun terlihat kedua nya sudah terlihat terluka dan terdesak oleh senjata aneh dari ketiganya juga dari tokoh hitam lainnya yang membokong, rambut Raja Begal One dapat dibikin kaku keras seperti besi dan lemas seperti ujung cambuk yang dapat melakukan totokan-totokan maut keseluruh badan Kedua pendekar dari Goa Hydro. Blarrr !! Dua Pendekar Goa Hydro mental muntah darah setelah mengalami pertarungan melawan tiga tokoh hitam !!

===================


“Hooooooi para manusia yang mulia berhenti !!!!”, Terdengar suara gagah dari arah puncak gunung salak sana.  Sebuah bayangan kakek kakek mengenakan baju hitam dengan logo MU dan seorang ibu-ibu mengenakan baju  tertutup rapih dari daun pisang.

“Kalian kalian sedang diadu domba oleh ketiga kawan ini “, Seru kong nizam menunjuk ketiga tokoh hitam itu.

Bagaimana Jali Jengki , Sarung Kampret dan  Raja Begal One bisa berkumpul ?

Atas hasutan Jali Jengkilah  mereka mengumpulkan sahabat-sahabat, kronco-kronco dan anak buah mereka menjadi satu untuk  menuju Puncak Gunung Salak itu.

Dan memang ketiganya yang mengatur pertempuran luar biasa dengan mengirim surat surat tantangan kepada para pendekar golongan kaum putih dan hitam untuk di adu domba !!

Otak mereka yang cerdas membuat pertempuran ini berlangsung. Ada rasa senang dan bangga akan hasil perbuatan jahat mereka ini.

Ribuan mayat bergelimpangan  akibat pertempuran yang luar biasa dari tanah lapang  di lereng gunung salak.

“Tahukah kalian bahwa pertempuran ini karena ulah mereka bertiga yang haus akan darah dan pertempuran. Mereka menginginkan manusia saling membunuh dan bertempur !!.Tapi kita berharap ketiga tokoh ini bisa bertobat kejalanNya.!”
“Dan Tahukah kalian , belum tentulah  mereka itu jahat !! mereka hanya korban dari tidak bisanya mengontrol hawa nafsu mereka sehingga mereka tanpa sadar telah menjadi budak dari hawa nafsu mereka sendiri. Maka kita yang waras dan sehat dan merasa bukan budak harus memaafkan dan mengasihani mereka !!”

Ternyata Kong Nizam dan Putri Teratai telah berada di Puncak dan mencoba menghentikan pertempuran besar. Aneh nya kini mereka semua diam tak bergerak dan berhenti bertempur.
Suara yang wibawa dan penuh dengan tenaga dalam membuat tangan mereka lemas dan malas untuk saling bertempur.

Entah beberapa lama barulah mereka sadar mereka dibawah pengaruh yang menyejukan dari Kakek gila Ajaib alias Kong Nizam.
 
"Kakek Gila Ajaib Kong Nizam, jangan sampai terpaksa aku menggunakan kujang pusakaku!" Sarung Kampret juga menghardik. Akan tetapi Kong Nizam tetap tidak bergerak hanya berkata, "Terserah kepada saudara-saudara yang agung, kalian yang melakukan dan kalian pula yang menanggung akibatnya."
 "Keras kepala!" Jali Jengki Raja Setan Pikulan membentak dan tongkat pikulannya yang sakti itu tiba-tiba memanjang sudah menyambar ke arah kepala kakek-kakek itu. Kong Nizam sama sekali tidak mengelak, bahkan berkedip pun tidak ketika melihat tongkat pikulan yang sangat banyak memakan korban  itu menyambar ke arah kepalanya, disusul kerambit kuku macan di tangan Raja Begal One yang menusuk ke arah lambungnya.

"Desss! Takkkk!!" "Aihhh.......!" "Heiiii....." Jali Jengki Raja Setan Pikulan dan Raja Begal One berteriak kaget dan meloncat ke belakang.Tongkat pikulan itu tepat mengenai kepala dan kerambit kuku macan itu pun tepat menusuk lambung, namun kedua senjata itu terpental kembali seperti mengenai benda yang amat kuat, bahkan telapak tangan mereka terasa panas! Tentu saja mereka merasa penasaran, biarpun ada rasa ngeri di dalam hati mereka. Pada saat itu, orang-orang rimba persilatan dan  tokoh hitam lainnya yang melihat betapa dua orang lihai itu sudah menyerang dengan senjata, tiba tiba para tokoh-tokoh hitam legendaris juga menyerbu ke depan.

 Kong Nizam tetap diam saja ketika belasan batang senjata pusaka yang bermacam-macam itu datang bagaikan hujan menimpa tubuhnya. Semua senjata tepat mengenai sasaran, akan tetapi tidak ada sedikit kulit tubuh kakek-kakek itu yang lecet, kecuali pakaiannya yang robek-robek

dan orang-orang itu terpelanting ke sana-sini, bahkan ada yang terpukul oleh senjata mereka sendiri yang membalik. Makin keras orang menyerang, makin keras pula senjata mereka membalik. Bahkan Jali Jengki Raja Setan Pikulan sudah mengelus kepalanya yang benjol terkena kemplangan tongkat pikulannya sendiri, sedangkan paha Raja Begal One yang biasa kebal senjata tajam berdarah karena kerambit kuku macan pusakanya pun membalik tanpa dapat ditahannya lagi ketika mengenai tubuh Kong Nizam untuk yang kedua kalinya. Ketika mereka memandang dengan mata terbelalak kepada Kong Nizam, mereka melihat kakek-kakek itu masih tersenyum-senyum, masih berdiri tegak dengan kedua lengan bersilang di depan dada, hanya bedanya, kini pakaiannya robek-robek dan penuh lobang. Raja Begal One, Jali Jengki Raja Setan Pikulan dan Sarung Kampret adalah orang-orang yang terkenal di dunia persilatan sebagai tokoh-tokoh besar aliran hitam yang sudah banyak mengalami pertempuran. Mereka tahu pula bahwa orang yang memiliki tenaga dalam amat kuat dapat menjadi kebal, akan tetapi selama hidup mereka belum pernah menyaksikan kekebalan seperti yang dihadapi mereka sekarang ini. Kekebalan yang agaknya tanpa disertai pengerahan tenaga. Apalagi melihat cahaya aneh seperti melindungi tubuh kakek-kakek itu, mereka maklum bahwa kakek-kakek ini bukan orang sembarangan. Tanpa melawan saja kakek-kakek ini telah membuat mereka tidak berdaya, betapa hebatnya kalau kakek-kakek ini mengangkat tangan membalas! "Maafkan kami......!" Jali Jengki Raja Setan Pikulan berseru lalu melompat dan berlari pergi. "Kakek Gila Ajaib, maafkan......!" Raja Begal One juga berkata lalu menyeret kerambit kuku macannya, terpincang-pincang pergi dari situ. Tentu saja para tokoh aliran hitam lain yang memang sudah merasa ngeri dan jerih, melihat ketiga orang yang diandalkan itu lari, cepat membalikkan tubuh dan berserabutan lari dari situ meninggalkan Kong Nizam yang masih berdiri tegak di tempat itu.


** THE END**
tunggulah episode-episode lain dari sarung kampret
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: putri teratai on 18/12/2008 19:37
Kok gak di ceritain Putri Teratai tarungnya masih pakai daun pisang apa sudah pakai baju yang bener?

Trus juga akhirnya pacaran sama Kong Nizam ya?
asyiikk deh kalo gitu.

ditunggu cerita selanjutnya Sarkem
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 18/12/2008 19:51
gak lah biar halusinasi pembaca yang meneruskan mbak PT..
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dodol Buluk on 18/12/2008 21:29
 [top] sarkem...ente emang markotob deh, ditunggu kreatifitas selanjutnye..

debuls
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: deprok on 22/12/2008 01:23

Sedang dari Golongan hitam terlihat maulana, bang deprok, bang haji, udin terumbu,igodeg, rajatawon, bang gobrek, dasaman sedang mengamuk di kancah pertempuran yang maha dahsyat



 :o :o om sarkem, gmane nasib ane?????? :'(
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 22/12/2008 11:52

"Desss! Takkkk!!" "Aihhh.......!" "Heiiii....." Jali Jengki Raja Setan Pikulan dan Raja Begal One berteriak kaget dan meloncat ke belakang.Tongkat pikulan itu tepat mengenai kepala dan kerambit kuku macan itu pun tepat menusuk lambung, namun kedua senjata itu terpental kembali seperti mengenai benda yang amat kuat, bahkan telapak tangan mereka terasa panas! Tentu saja mereka merasa penasaran, biarpun ada rasa ngeri di dalam hati mereka. Pada saat itu, orang-orang rimba persilatan dan  tokoh hitam lainnya yang melihat betapa dua orang lihai itu sudah menyerang dengan senjata, tiba tiba para tokoh-tokoh hitam legendaris juga menyerbu ke depan.

 Kong Nizam tetap diam saja ketika belasan batang senjata pusaka yang bermacam-macam itu datang bagaikan hujan menimpa tubuhnya. Semua senjata tepat mengenai sasaran, akan tetapi tidak ada sedikit kulit tubuh kakek-kakek itu yang lecet, kecuali pakaiannya yang robek-robek

dan orang-orang itu terpelanting ke sana-sini, bahkan ada yang terpukul oleh senjata mereka sendiri yang membalik. Makin keras orang menyerang, makin keras pula senjata mereka membalik. Bahkan Jali Jengki Raja Setan Pikulan sudah mengelus kepalanya yang benjol terkena kemplangan tongkat pikulannya sendiri, sedangkan paha Raja Begal One yang biasa kebal senjata tajam berdarah karena kerambit kuku macan pusakanya pun membalik tanpa dapat ditahannya lagi ketika mengenai tubuh Kong Nizam untuk yang kedua kalinya. Ketika mereka memandang dengan mata terbelalak kepada Kong Nizam, mereka melihat kakek-kakek itu masih tersenyum-senyum, masih berdiri tegak dengan kedua lengan bersilang di depan dada, hanya bedanya, kini pakaiannya robek-robek dan penuh lobang. Raja Begal One, Jali Jengki Raja Setan Pikulan dan Sarung Kampret adalah orang-orang yang terkenal di dunia persilatan sebagai tokoh-tokoh besar aliran hitam yang sudah banyak mengalami pertempuran. Mereka tahu pula bahwa orang yang memiliki tenaga dalam amat kuat dapat menjadi kebal, akan tetapi selama hidup mereka belum pernah menyaksikan kekebalan seperti yang dihadapi mereka sekarang ini. Kekebalan yang agaknya tanpa disertai pengerahan tenaga. Apalagi melihat cahaya aneh seperti melindungi tubuh kakek-kakek itu, mereka maklum bahwa kakek-kakek ini bukan orang sembarangan. Tanpa melawan saja kakek-kakek ini telah membuat mereka tidak berdaya, betapa hebatnya kalau kakek-kakek ini mengangkat tangan membalas! "Maafkan kami......!" Jali Jengki Raja Setan Pikulan berseru lalu melompat dan berlari pergi. "Kakek Gila Ajaib, maafkan......!" Raja Begal One juga berkata lalu menyeret kerambit kuku macannya, terpincang-pincang pergi dari situ. Tentu saja para tokoh aliran hitam lain yang memang sudah merasa ngeri dan jerih, melihat ketiga orang yang diandalkan itu lari, cepat membalikkan tubuh dan berserabutan lari dari situ meninggalkan Kong Nizam yang masih berdiri tegak di tempat itu.


sudah jelas bos?
hehehehehhee

kalau mau nongol lagi liat aja nanti tergantung semua halusinasi dari sebatang rokok bang deprok huhauhahahhahhaha
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: iqbal khan on 22/01/2009 12:00
Ditunggu kang sarkem
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 27/10/2009 22:16
ini mana sambungannya????
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: srdananjaya on 28/10/2009 11:30
katanya sih The End.. ga tau nih.. bang sarkem mau bikin jilid 2 nya apa bikin judul baru..
kalo di bikin serial juga bagus tuh..
Judul Tetap.. Kong Nizam Sang Jawara.. seri nya beda2.. misal hantu di bukit setan.. perkutut di kamar mayat.. dll ..
gmn kang sarkem..?  ::)
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Pangeran Muda on 28/10/2009 12:21
eh kang sarkem,
ane masukin jadi tokoh dooong...hhihihi
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Dolly Maylissa on 28/10/2009 21:48
nah hayo siapa yang mau casting pemain buat jilid 2,,,heheheheh
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: Putra Petir on 29/10/2009 12:54
cerita nya udahan ah... lagi bingung mulainya....
Title: Re: Kong Nizam sang Jawara
Post by: hb on 29/10/2009 13:33
wah ini kalu dibikin buku bisa saingat sama ko ping ho atau api di bukit menoreh yg jadi langganan sy nih :D top markotop bang  [top]