Forum Sahabat Silat

Bahasa Indonesia => Silat Diskusi Umum => Cerita Silat => Topic started by: Putra Petir on 21/11/2008 15:10

Title: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 21/11/2008 15:10
Cerita Silat "Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro"


Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan cerita itu hanya kebetulan saja. penulis tidak bertanggung jawab akan isi cerita, dan jika ilmu silat yang didalam adegan cerita ini ditiru penulis tidak bertanggung jawab sepenuhnya.



"Eh, Kang Jenar (kakak Jenar), jangan main-main! Angin bertiup begini kencang, lekas duduk dan membantu aku. Gulung benang layangan itu, kita bisa celaka kebawa angin sebesar ini karena layangan kita!"

"Yahuuuuu....! Wah, dengar, Kang Jenar (kakak Jenar), suara terbawa angin tentu terdengar sampai jauh. Hiyooooohhhhh....!"

Mereka adalah dua orang anak laki-laki yang menjelang dewasa, berusia empat belas tahun, berwajah tampan menurut mereka dan bertubuh tegap kuat menurut mereka juga. Intinya bahwa ketampanan dan tubuh tegap mereka adalah standar International, Apabila ada yang lebih tampan dan lebih tegap berarti mereka tergolong cacat, begitulah pikiran mereka.

Mereka ini kakak-beradik  seperguruan yang mempunyai ciri wajah berbeda sungguhpun sukar dikatakan siapa di antara mereka yang lebih tampan. Yang disebut Kakang Jenar adalah Mahesa Jenar, sedangkan adiknya itu adalah Uda Parewa, dan kedua orang anak laki-laki ini bukan anak-anak Cianjur biasa yang bermain-main dengan layangan mereka, melainkan putera-putera murid salah satu Sesepuh Maenpo Cianjur  yang sangat sakti mandra guna.

Pendekar Sakti Mandra Guna ini  yang mengasingkan diri dari dunia ramai selama bertahun-tahun, tinggal di Cianjur  bersama dua orang muridnya, yaitu Uda Parewa dan Mahesa Jenar, dua orang murid yang bandel namun mencintai gurunya dengan sepenuh jiwa raga mereka.

Di dalam cerita "Kong Nizam Sang Jawara" diceritakan betapa saktinya sepasang pendekar ini setelah dewasa. Setelah sang guru berusia empat puluh tahun dan hidup bertiga di kampung kosong itu, mengasingkan diri dari dunia ramai dan saling mencurahkan kasih sayang yang terpendam selama belasan tahun.

Dari curahan kasih sayang yang amat mendalam dan mesra itu, mengakibatkan dua orang anak laki-laki itu menjadi bandel bukan kepalang. Mahesa Jenar yang muridnya lebih dahulu, walaupun sebagai murid tertua dan kebiasaan suka mencuri makanan tetangga.Namun dia suka menurut kalau disuruh-suruh oleh adik muridnya Uda Parewa.
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: parewa on 24/11/2008 17:13

waduh....... ??? :-[ :-\

kena deh gw kali ini ama juragan kampret..... [cry2] O0

Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 25/11/2008 11:06
huahuauhhahhahaa karena permintaan pembaca minta di alur mundur satu2 pendekarnya [lucu]
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: deprok on 22/12/2008 01:50
 >:( om sarkem jangan lama2 nyari ilham di thailandnye  ::)
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 22/12/2008 17:43
-Sambungan Cerita : Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro-



Saat mereka sedang mengejar layangan mereka tanpa sadar mereka sampai di daerah goa yang bernama Goa di daerah Cibotak.Mereka pun mengejar layangan yang masuk kedalam Goa yang berada tak jauh dalam Danau Cibotak itu.

"Kang Jenar Goa apa ini?",tanya Parewa.
"Gak tahu nih ?", sambil memegang kepalanya yang licin seperti perosotan anak-anak TK.

Mereka pun masuk kedalam dengan hati-hati sambil perlahan-lahan menunggu kemungkinan yang ada dalam goa yang menyeramkan.

Tiba-tiba Suara gerengan dahsyat yang menggetarkan goa itu mengejutkan mereka. Ketika mereka membalikkan tubuh, ternyata di depan mereka telah berdiri seekor binatang yang besar sekali. Besar dan tinggi binatang itu ada satu setengah kali manusia dewasa dan binatang itu adalah seekor monyet besar seperti kingkong yang bulunya putih seperti kapas, mata dan moncongnya kemerahan. Biarpun jarang mereka bertemu dengan seekor kingkong putih, namun kedua kakak beradik itu mengerti bahwa binatang itu marah sekali. Mereka sudah siap dan waspada menghadapi segala kemungkinan.
 
Sekali lagi binatang itu menggereng dan tiba-tiba saja dia sudah menerjang ke depan. Biarpun tubuhnya amat besar dan canggung, namun ternyata binatang itu dapat bergerak dengan cepat sekali, dan dari sambaran angin tahulah dua orang kakak beradik itu bahwa kingkong putih ini ini memlliki tenaga yang amat besar.

"Awas, Parewa!" Mahesa Jenar  berseru sambil memegang celana pangsinya yang kedodoran hingga memperlihatkan bokongnya yang bergambar rantang dan panci yang menandakan hobi mahesa Jenar, Dia memperingatkan karena yang terdekat dengan kingkong putih itu adalah Parewa , maka pemuda inilah yang lebih dulu menjadi sasaran serangannya.

Parewa adalah seorang pemuda yang berani dan agak ugal-ugalan, terlalu mengandalkan kepandaian dan tenaganya sendiri, berbeda dengan kakaknya yang lebih berhati-hati. Melihat kingkong putih itu menubruknya dengan kedua kaki depan diangkat hendak mencengkeramnya dari kanan kiri, Parewa cepat pasang kuda-kuda yang seperti bebek seksi menggelosor dengan pantat agak menungging dan dia langsung menggerakkan kedua tangan menangkis.

"Dukk!"

Tubuh Parewa terjengkang dan tenaga dahsyat dari kingkong putih itu membuat dia terguling-guling. Kingkong Putih itu agaknya juga merasa nyeri kedua kakinya ketika terbentur oleh lengan pemuda yang mengandung Tenaga Dalam itu, maka dia menggereng lagi penuh kemarahan, kemudian secepat kilat dia menubruk pemuda yang masih bergulingan di atas tanah itu!

Melihat bahaya mengancam adiknya, Mahesa Jenar cepat menyambar dari samping, memukul ke arah kepala Kingkong Putih sambil mengerahkan tenaga ujung yang didapat dari Gurunya ahli maenpo yang sakti yaitu Gan En Roses , mengeluarkan Ajian yang disebut "Ajian Ujung Aspal Pondok Gede" seperti nyanyian Iwan Fals yang sama-sama dahsyat. Dengan Tenaga Dalam istimewa ini, Mahesa Jenar sanggup menghantam remuk batu karang!

Akan tetapi ternyata Kingkong Putih yang besar itu gesit sekali, kegesitan yang dikuasainya bukan karena ilmu silat melainkan karena keadaan hidupnya yang penuh bahaya setiap saat membuat dia gesit dan waspada. Nalurinya tajam sekali dan perasaannya amat peka, maka begitu pukulan dahsyat itu menyambar, dia sudah dapat mengelakkan kepalanya dan kedua kaki depannya yang tadi menubruk ke arah Parewa kini menyimpang dan menghantam pundak Mahesa Jenar.

"Wuuuuttt.... desss!" Mahesa Jenar cepat mengelak, melempar diri ke kanan, kemudian dari kanan dia sudah menampar dengan telapak tangan kanannya yang tepat mengenai punggung Kingkong Putih yang putih sekali seperti habis ke salon. Tamparan ini keras sekali, namun agaknya tidak terasa oleh Kingkong Putih itu yang hanya terhuyung sedikit, menurunkan kedua kaki depannya ke atas tanah, kemudian secara tiba-tiba dia meloncat dan menubruk orang yang telah menampar pundaknya itu.

"Awas, Kang Jenar....!"

Parewa yang terkejut melihat serangan Kingkong Putih itu yang menubruk dengan cepat dan agaknya tak mungkin dapat dielakkan oleh kakaknya karena jaraknya terlalu dekat, sudah berteriak dan menubruk ke depan. Dia merangkul kedua kaki belakang Kingkong Putih itu dari belakang sehingga Kingkong Putih yang sedang menubruk itu terguling, membawa tubuh Parewa terguling bersamanya! Karena Parewa mempergunakan loncatan bebek yang takut diuber mau dipotong, membuat tubuhnya ringan dan gerakannya gesit sekali, dia berhasil jatuh di bagian atas, menindih tubuh Kingkong Putih itu.

 Akan tetapi celaka baginya, binatang raksasa itu telah menggunakan kedua kaki depannya yang amat kuat untuk merangkul pinggangnya dan menarik sekuat tenaga, agaknya berusaha untuk mematahkan tulang punggung pemuda itu.

"Auggghhh....!" Parewa mengerahkan seluruh tenaganya untuk mempertahankan diri, akan tetapi ternyata binatang itu memiliki tenaga kasar yang kuat sekali!

"Preeeeeeeeet...!" terdengar suara yang bau seperti bau sampah yang gak pernah diambil berbulan bulan lamanya, Ternyata Parewa telah mengkentuti sang Kingkong Putih !!
"Plak! Dess!" Tubuh binatang itu terlempar ketika pada saat yang tepat kala sang Kingkong terbuai dengan bau kentut dari Parewa yang terkenal dahsyat itu, Mahesa Jenar telah menolong adiknya dengan memukul tengkuk binatang itu dari atas, dan tepat pada saat itu juga, Mahesa Jenar telah menggunakan kedua tangannya  untuk menghantam dada binatang itu. Menerima pukulan Mahesa Jenar yang dahsyat, seketika pelukan binatang itu mengendur, maka ketika dadanya dihantam, dia terlempar dan bergulingan.
 
"Adik Parewa, hati-hati, dia buas sekali!" Mahesa  Jenar memegang tangan adiknya dan kini kakak beradik itu berdiri berdampingan, siap untuk mengeroyok binatang yang amat kuat itu. Kingkong Putih  itupun berdiri di atas kedua kaki belakang, matanya makin merah menatap kedua orang muda penuh kemarahan, mulutnya mendesis-desis memperlihatkan taringnya, tetapi agaknya dia gentar juga menghadapi dua orang lawan yang cepat dan rada jorok itu.

Akhirnya, tidak kuat dia menghadapi bau kentut yang memenuhi ruangan dalam goa itu juga tidak kuat akan tatapan pandangan mata yang amat tajam dan penuh birahi dari kedua orang muda itu, Kingkong Putih ini mundur-mundur, kemudian membalikkan tubuhnya dan melarikan diri dari situ , takut dia akan diperkosa oleh kedua pemuda itu. Ternyata Kingkong ini mempunyai naluri yang luar biasa dan mengetahui bahwa kedua mata pemuda ini bermata mesum !!

"Adik Parewa, mari kita lekas keluar dari goa. Tempat ini berbahaya," kata Mahesa Jenar yang segera lari diikuti oleh adiknya, kembali mencoba keluar goa.
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 22/12/2008 17:47

waduh....... ??? :-[ :-\

kena deh gw kali ini ama juragan kampret..... [cry2] O0



bakal pakai sarung daun pisang niiiyy...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 22/12/2008 17:50
hauhahhahhaa  [lucu]

bungkus aja mbak Pete pake daun pisang biar kayak lemper...

huahuahuhauhuaa
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 22/12/2008 17:59
gue tongkrongin Parewa, ntar gue blebet kayak lepet...buat lebaran taun depan..ha.ha.ha..

trusin ceritanya ye...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 23/12/2008 12:29
-Sambungan Cerita : Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro-



“Benar, mari kita pulang, Kang Jenar!” Kata Parewa sambil ngibrit lari meninggalkan goa itu sambil menarik tangan Mahesa Jenar yang masih sibuk membetulkan celana pangsinya yang masih kedodoran.
Karena kecepatan lari dari kedua pendekar cilik ini bukan lari orang biasa, maka bisa diketahui walau Mahesa Jenar sambil membetulkan celana pangsinya yang melorot terlihat kecepatan larinya tak berkurang.

“Guruuu....! Bu Hajiiiiiii....!” Parewa berteriak-teriak dari atas bukit .

Tak lama kemudian tampaklah Sesepuh Maenpo Pasak Bumi Gan En Roses, adiknya Wali Pasak Bumi Ki Kujang dan Isterinya keluar dari dalam Istana Padepokan Pasak Bumi dan ketiga orang itu memandang ke atas dengan penuh keheranan melihat sepasang muridnya teriak-teriak dari atas bukit dengan murid yang paling tua sudah tidak memakai pangsi lagi hanya memakai Celana Dalam. Ketiganya yang telah mempunyai mata yang tajam dan awas dari kesaktiannya yang diatas rata-rata seorang pendekar , hingga dapat melihat mereka walau dari kejauhan dan ketinggian dengan jelas.

Tanpa sadar Bu Haji langsung cepat berpaling setelah melihat suatu pandangan yang tidak sopan dari murid tertuanya tanpa memakai celana pangsi hingga celana dalamnya jelas terlihat merk "Semoga Awet dan Tetap Semangat".

“Parewa! Jenar!” Terdengar suara Sesepuh Maenpo Pasak Bumi melengking nyaring. “Lekas kalian turun....!”

Bagai dua ekor burung rajawali perkasa bertengger di atas bukit keduanya mencoba hendak turun di padepokan ,namun mereka ragu-ragu untuk turun dan jelas terlihat muka pucat mereka karena mereka merasa takut bahwa baru terlihat kali ini guru mereka marah.

“Guru! Aku tidak dapat menyuruh Kang Jenar turun....!” Parewa berseru keras ke bawah.

“Kamu  totok pangkal leher nya di tengkuknya, dan tekan kepalanya ke bawah biar ngeliat!” Terdengar lagi Sesepuh Maenpo Pasak Bumi  Gan En Roses berseru.

Pemuda remaja itu mentaati perintah Guru dan benar saja, setelah ia menotok dan menekan kepala Mahesa Jenar, Mahesa Jenar mengeluarkan lengking nyaring dan gerakannya tiba-tiba menjadi lemah. Pada saat itu Mahesa Jenar mengeluarkan suara melengking yang bukan lengkingan biasa ia melengking akan tetapi lebih nyaring lagi sampai suara lengkingnya bergema di semua penjuru. Ternyata ia benar-benar kelihatan terkejut, karena melihat keadaan dirinya telah berubah dibagian bawahnya akibat kecepatan lari dan rasa takut dari goa itu hingga tiada sadar celana pangsinya sudah robek dan menyangkut di entah ranting-ranting pohon mana saaat ia menerobos hutan belantara, kemudian dia buru-buru mengambil daun talas yang letaknya tak jauh dari dirinya, dengan gerakan cepat menutup barang prasejarahnya karena bila tak dia tutup maka bulunya sedikit terlihat jelas dari bawah!! Dan jelas terlihat sedikit pirang seperti dari salon !!

Lalu keduanya menukik ke bawah dan terbang laksana Rajawali menyambar mangsa menghampiri Sesepuh Maenpo Pasak Bumi  Gan En Roses, kala mereka hinggap di atas tanah depan gurunya itu dan kelihatan bingung dan takut-takut. Mahesa Jenar dan Parewa menundukkan kepala karena takut Gurunya marah.

Kalau diperhatikan dengan seksama Mahesa Jenar kala itu terlihat dibungkus rapih dengan daun talas laksana bungkusan toge goreng asli bogor !!

"Parewa ... !!"
"Mahesa Jenar.... !!"
“Hemm, kalian pergi tanpa pamit sampai berbulan. Apa artinya perbuatan kalian itu?”

Suara Sesepuh Maenpo Pasak Bumi terdengar penuh wibawa dan menyembunyikan kemarahan. Hal ini terasa sekali oleh kakak beradik seperguruan  itu, maka keduanya lalu menjatuhkan diri berlutut di depan Guru mereka dan hampir berbareng kedua orang anak itu berkata, “Aku telah bersalah, Guru.”

“Hayo ceritanya semuanya, ke mana kalian pergi dan dengan maksud apa,” kata pula Sesepuh Maenpo Pasak Bumi dengan marah dan kedua orang adik dan isterinya hanya memandang dengan hati khawatir. Mere­kapun tahu kalau suami atau kakak mereka marah dan memang sudah sepantasnya karena kedua orang anak itu pergi tanpa pamit dan telah membuat hati guru yang sudah menganggap mereka sebagai anak mere­ka bingung dan gelisah.

Biarpun kalau berada di luar Parewa jauh lebih bengal daripada kakaknya, namun menghadapi Guru dan juga dianggap Guru mereka, Parewa paling takut, maka dia hanya menoleh kepada kakaknya, seolah-olah hendak menyerahkan semua jawaban kepada kakaknya yang biasanya diplomatis. Mahesa Jenar seperti biasanya selalu bersikap tenang, juga kini di depan Guru mereka yang dia tahu sedang ma­rah, dia bersikap tenang sungguhpun jantungnya dicekam rasa jerih. Suaranya tenang dan jelas ketika dia mulai mence­ritakan “petualangan” kakak beradik itu, betapa mereka berdua tadinya berniat mencari layangan dan ingin bebas seperti anak-anak yang tinggal di kota betawi sana, akan tetapi betapa mereka tersesat jalan sampai tiba di Goa Cibotak

Mendengar disebutnya Goa Cibotak, tiga orang suami isteri, dan adiknya itu terkejut, terutama sekali Ki Kujang yang posturnya lumayan besar pula seperti Kingkong pula. “Kalian ke Goa Cibotak?” serunya dengan alis berkerut. “Apa yang terjadi di sana?”

“Kami berdua tidak sengaja masuk ke Goa Cibotak.” Parewa melanjutkan, “dan di sana, kami dijadikan bulan-bulanan oleh kingkong putih besar itu.”
“Hemmm, siapa penghuni Goa Cibotak ?”, Gan En Roses bertanya sambil mengenyitkan keningnya menandakan keheranannya.
 
Mahesa Jenar lalu menceritakan tentang Kingkong Putih dengan menganalisa bintang itu  yang suka makan daging manusia dan yang memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali.

“Ah, agaknya gua itu dan binatang itu kini dikuasai oleh seorang biadab!” Bu Haji berseru heran.
 
Mendengar suara ibu haji yang sudah dianggap ibunya, Parewa berani membuka mulut. “Wah, dia me­ngerikan sekali, Ibu haji! Untung Kang Jenar dan aku dapat melarikan diri dari kingkong putih itu. Kami dikejar oleh Kingkong Putih itu  dan Untungnya dia kalah cepat larinya dengan kami hingga kesini” Dia lalu menceritakan pengalamannya ketika dengan Kingkong Putih itu walau tidak dikejar Kingkong Putih itu, ceritanya asyik sekali disertai gerakan kaki tangan se­hingga Bu Haji dan Ki Kujang mendengarkan dengan tertarik.
Namun mereka bukan dua anak kecil yang tidak cerdik, Parewa menghampiri Bu Haji sedangkan Mahesa Jenar  menghampiri Ki Kujang dengan niat meminta dukungan dalam menghadapi nanti hukuman yang akan dijatuhkan guru mereka  itu.
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: parewa on 23/12/2008 12:57

Tak lama kemudian tampaklah Sesepuh Maenpo Pasak Bumi Gan En Roses, adiknya Wali Pasak Bumi Ki Kujang dan Isterinya keluar dari dalam Istana Padepokan Pasak Bumi


sarkam.... ente ane bilangin loh..... [pant]
kena kocet dah ente ntar.... :w
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: pemaen baru on 23/12/2008 13:02
hihihiiiiii :D
cerita nya lucu, tapi gaya bahasa nya kho ping hoo banget yak?? x-))
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 23/12/2008 13:06
sarkam.... ente ane bilangin loh..... [pant]
kena kocet dah ente ntar.... :w

Seperti jawaban diplomatis , belajar dari Mahesa Jenar sendiri, sudah tertulis diatas cerita :

Cerita ini hanya karangan fiktif belaka, apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan cerita itu hanya kebetulan saja. penulis tidak bertanggung jawab akan isi cerita, dan jika ilmu silat yang didalam adegan cerita ini ditiru penulis tidak bertanggung jawab sepenuhnya

hihihiiiiii :D
cerita nya lucu, tapi gaya bahasa nya kho ping hoo banget yak?? x-))

maaf saya tidak mengikuti Kho Ping Ho hanya mengikuti gaya bahasa Koh Mar Tin alias Tangan Awan huahuhahahahhaha...


Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 23/12/2008 22:51
hi.hi..hi.. lucu, emang parewa gendut ya? masak ketubruk kingking.."wutt dess..", mantep gitu..

Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 23/12/2008 22:55
mau klarifikasi aja..yang jadi monyetnya si Iqbal Khan ya?..ho.ho.ho.. cocok, banyak bulunya...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: iqbal khan on 24/12/2008 08:33
ada apa ini,?? kok nama ane dibawa-bawa?
kang sarkem mbak pete jadi apaan dlm episode ini??
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 24/12/2008 09:12
ada apa ini,?? kok nama ane dibawa-bawa?
kang sarkem mbak pete jadi apaan dlm episode ini??

udah lulus..jadi gak di mainin lagi, so kamu harus berjuang ya..? setidaknya di bungkus pakai daun pisang dulu baru deh... go international.. [lucu]
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dodol Buluk on 24/12/2008 09:18
ane kagak ikutan di thread eni ahh..konferensi para monyet sih... [run]


debuls
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: pemaen baru on 24/12/2008 10:52
 :D...
seru bener ya di sini,
bisa bebas diskusi, ngobrol santai, becanda...
ampe nulis sedikit2 nyerempet aurat juga boleh ya  di sini x-))

salam lucu...
(*orang baru belajar lucu)
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 24/12/2008 11:16
ini bukan diskusi..

tapi curahan hati orang2 yang berantakan pas di cerita silat  :D [lucu]
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 24/12/2008 11:29
:D...
seru bener ya di sini,
bisa bebas diskusi, ngobrol santai, becanda...
ampe nulis sedikit2 nyerempet aurat juga boleh ya  di sini x-))

salam lucu...
(*orang baru belajar lucu)

heiii..yunior, kalo bicara yang bener dong..baca dulu yang bener..disini semua sopan tau..
jangan negative okay, udah belajar silat masih negativ aja.

 8) bener bener deh...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 24/12/2008 16:49
-Sambungan Cerita : Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro-



Dengan suara tenang namun penuh kepastian Kakek sakti ini Gan n Roses berkata lagi, “Mere­ka adalah dua orang anak yang telah membikin bingung dan gelisah hati guru dan orang tua, juga telah mendatangkan kekacauan di Goa Cibotak tanpa sebab. Mereka harus dihukum dan sepantasnyalah  mereka telanjang menggunakan daun talas biar kaya toge goreng kesukaanku . Hayo kalian naik ke puncak dan bersamadhi di sana selama dua hari dua malam. Pergi!” Kakek Sakti Gan En Roses mendekati ke dua orang muridnya dan tangan kirinya bergerak cepat  dua kali, mengenai hidung mereka.
“Bukk! Bukk!”
Kedua orang anak itu tersungkur, kemudian bangkit berdiri memandang guru mereka dengan mata terbelalak, menggigit bibir, entah menahan nyeri apa bau, kemudian mereka saling pandang dan melangkah lebar menuju bagian yang paling tinggi di  itu, yang mereka sebut puncak.

Apa yang dilakukan oleh Guru mereka dengan gerakan cepat?!? Ternyata Gurunya telah mencabut bulu ketek yang bau asem lalu memberikan ke hidung dan memasukkan ke mulut mereka !! Gila Bau Bulu ketek itu takkan hilang walau berbulan bulan !!

Bu Haji dan Ki Kujang saling pandang dengan alis berkerut. Ketika kedua anak itu sudah tak tampak lagi, barulah Bu Haji berkata, nadanya memprotes, “Meng­apa mereka....?”

“Harus dihukum, biar mereka tahu dan kelak mereka akan memperhitungkan setiap tindakan mereka, tidak sembrono dan asal berani saja,” kata Manusia Sangat Sakti dengan suara tegas sehingga kedua orang : adik dan isterinya tidak berani mem­bantah. Mereka hanya memandang dengan hati terharu melihat dua orang yang telanjang menggunakan daun talas itu mengeluarkan suara cegugukan seperti orang menangis. Ki Kujang hanya  memandang ke arah perginya dua orang muda itu. Ke­mudian, Lalu dengan badan hanya memakai daun talas keduanya dengan gesit dan sakti loncat-loncatan menuju puncak seperti monyet sakti di pewayangan !!.
 
Pada malam kedua diam-diam Bu Haji menyelinap ke puncak dan membawakan makanan  yaitu "nasi liwet" dan sate maranggi dan minuman es cendol bandung untuk mereka berdua. Ketika tiba di puncak, Bu Haji melihat bahwa bayangan bayangan menyeramkan ini seolah-olah sedang menjaga Mahesa Jenar dan Parewa yang duduk bersila seperti patung, muka dan tubuh mereka penuh bau ketek dan bau badan sehingga mereka seperti sudah berubah menjadi sampah masyarakat di daerah puncak !!

Bu Haji harus mengurut dan menggun­cang sampai lama dan barulah Mahesa Jenar sadar dari samadhinya. Melihat ibu gurunya, dia hanya menggelengkan kepalanya dan hendak memejamkan matanya kembali. Entah dia senang semedhi atau sedang asyik tidur dan mimpi basah !!

“Jenar, bangunlah dulu. Kau harus makan dan minum dulu, baru boleh bersamadhi lagi. Ingat, tubuhmu takkan kuat bertahan dan kau bisa terancam sakit. Juga adikmu Parewa.”

Karena dibujuk terus, akhirnya Mahesa Jenar menurut, membangunkan adiknya dan kedua orang muda ini lalu makan dan minum dengan lahap untuk mengisi perut yang kosong dan menghangatkan tubuh, makannya sekilas seperti dua orang monyet yang didalam kandang tak dikasih makan bertahun-tahun !!. Setelah makan minum, mereka melanjut­kan samadhi dan terpaksa Bu Haji meninggalkan mereka sambil memberikan uang saku kepadanya di balik daun talas."Ini buat jajan kalau ketemu tukang dagang atau warung remang-remang di  puncak"

Pada keesokan harinya, dua hari dua malam telah lewat dan pagi-pagi sekali Manusia Sakti Gan En Roses, Ki Kujang dan isterinya telah berada di puncak. “Bangunlah kalian, masa hukuman telah habis!” Manusia Sakti Gan En Roses berseru dan suaranya yang disertai tenaga dalam yang kuat itu seolah-olah menembus keadaan dua orang muda yang sedang samadhi itu sehingga mereka terbangun dan cepat bangkit. Keduanya terhuyung dan menjatuhkan diri berlutut di depan guru mereka.

Manusia Sakti Gan En Roses memandang kedua murid­nya itu, lalu berkata dengan wajah ber­seri, “Sekarang, kerahkan hawa panas yang berputaran di pusar kalian, dorong ke arah pergelangan tangan dan tahan nafas keluarkan dari dubur !!.”

Dua orang muda itu menurut. Me­mang selama mereka bersamadhi, mereka terlindung oleh hawa panas yang berpu­taran di seluruh tubuh mereka, seperti keadaan mereka kalau berlatih tenaga dalam di waktu hujan yang dingin di daerah Cipayung. Kini mereka mengerahkan tenaga panas itu ke arah kedua lengan, mengerahkan tenaga dalam dan muka merengut.

“Brebet brebet! Bruuuut!” ada suara dan cairan bau sekali di bawah celana mereka !! Ternyata mereka telah berak di Celana !!
Dan terlihat masih ada cairan yang meninggalkan bekas seperti gumpalan nasi liwet !!
 
Bu Haji dan Ki Kujang girang sekali menyaksikan kemajuan putera-putera mereka, akan tetapi Manusia Sakti Gan En Roses mengerutkan alisnya dan berkata lantang,

"Haiii....! Apakah selama dua hari dua malam ini kalian pernah berhenti makan dan minum?”

Kakak beradik itu saling pandang, lalu menunduk. Berat rasa hati Mahesa Jenar kalau harus mengaku bahwa ibu gurunya telah membujuknya, dan untuk membohong dan mengatakan tidakpun dia tidak berani.

“Semalam aku datang dan menyuruh mereka makan dan minum,” tiba-tiba Bu Haji berkata. “Hati siapa yang akan tega menyaksikan murid yang sudah dianggap anak-anak sendiri disiksa?”
Manusia Sakti Gan En Roses menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengepal-ngepal tangannya sendiri. “Aihhh.... kelemahan hati wanita memang seringkali menimbulkan kegem­paran dan juga kegagalan.”
 
Bu Haji memandang suaminya dan wajah­nya berubah. “Eh...., apa.... maksudmu....?”
“Sebelum mengirim mereka ke pun­cak, aku telah membuka saluran RASA di tubuh mereka. Aku melihat bahwa mere­ka sedang dalam keadaan baik sekali, berhati besar dan baru mengalami kete­gangan hebat. Pula, saatnya amat cocok untuk mereka melatih dan menerima Ilmu dari RASA Tingkat Tinggi. Kalau tidak tergang­gu, kiranya saat ini mereka sudah dapat mengumpulkan tenaga dalam dan rasa sepuluh kali lebih kuat daripada sekarang!”

“Ohhhh....!” Bu Haji memegangi dahinya dengan penuh penyesalan. “Mengapa kau tidak bilang lebih dulu sebelumnya?”

“Tak baik kalau diberi tahu lebih dulu, akan menimbulkan ketegangan dan harap­an sehingga dapat menggagalkan latihan. Akan tetapi sudahlah, memang sudah demikian kenyataannya. Yang jelas seka­rang mereka harus berlatih dengan giat sekali. Mahesa Jenar, Parewa, kalian tahu betapa ilmu kepandaian kalian masih jauh daripada mencukupi sehingga sekali merantau meninggalkan kita , kalian bisa menjadi tawanan kingkong dan hampir saja celaka diperkosa kingkong putih karena aku melihat pantat kalian masih bersih !!. Mulai hari ini, kalian harus rajin berlatih dan sebelum sempurna ilmu kepandaian kalian, kalian tidak boleh meninggalkan  tanpa pamit. Tidak perlu memikirkan anak anak betawi sana, kalau kepandaian kalian sudah mencukupi, tentu kalian boleh mengun­jungi tanah betawi..."

Dua orang pemuda remaja itu meng­angguk-angguk dan untuk menyatakan penyesalan mereka, mulai hari itu mere­ka seperti berlumba dalam kegiatan berlatih ilmu sehingga memperoleh kema­juan yang pesat. Namun bekas dari cairan yang keluar saat samadhi mereka  masih bertanda kemerahan karena mereka tidak boleh membersihkan berbulan-bulan lamanya !! Tanpa sadar mereka seperti Beruk berpantat merah !!


**********************
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: trumbu on 24/12/2008 22:01
btw .... yang di maksud sepasang monyet disini sapa yaa....... x-))
adakah yang mersa kaya gitu............
tapi salut tuh 2 murid yang menjungjung titah sang guru
ampe 2 ga di ilangin air hsil semedi ......... [lucu]
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 30/12/2008 14:13
waduuuuh  [gelas]

ceritanya bingung mau dilariin kemana nih??

lieeeeeuuuuur eeeeuuuuuuy.........



-keabisan ide-
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: iqbal khan on 22/01/2009 12:56
bisa lari maraton, estafet, 100m, 200m, 400, 1000, 10,000 dst atau bisa juga lari ke singaparna tempatnya Mbak PT.
Gitu aja kok repot
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 22/01/2009 13:21
hehhehee

akang-akang semua termasuk kang iqbal... silahkan terusin deh ceritanya...

saya mau belajar lebih dalam dulu...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 22/01/2009 17:45
dilariin ke mana ya?... sik mikir dulu.. ke itu aja, musuh dalam selimut... ::)
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 29/10/2009 12:58
sebentar lagi cerita ini akan berlanjut... hihihihihi
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 06/11/2009 14:34
*LANJUTAN CERITA Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro*

==========



Kita tinggalkan dulu Mahesa Jenar dan Parewa yang tertawan di Puncak dan Gurunya Gan En Roses sedang menambah ilmu-ilmu mereka.

Marilah kita menengok peristiwa lain yang terjadi pada waktu itu, terjadi jauh di sebelah barat daratan besar.

Daerah Bojong berada jauh di selatan sunda kelapa, merupakan ada sebuah kerajaan kecil namun yang rakyatnya memiliki kebudayaan tinggi, menjadi perpaduan dan perantara antara sunda kelapa dan Pajajaran. Karena dihimpit oleh dua buah negara besar yang memiliki kebudayaan tinggi itu, Bojong mulai mencangkok kebudayaan keduanya dan karenanya di situ terdapat banyak orang-orang pandai dan sakti mandraguna dari kedua negara itu.
 
Daerah Bojong terkenal sebagai daerah kulon sunda kelapa di seluruh dunia, di dalam cerita fiktif ini daerah yang paling tinggi adaptasi ilmu dari kerajaan sekitarnya dan warganya paling luas wawasannya . Selain amat luas wawasannya, juga daerah  ini amat terkenal sebagai tempat yang suci, bahkan bagi yang percaya terdapat keyakinan bahwa para dewa yang tersebut dalam dongeng-dongeng bertempat tinggal di daerah inilah! Karena kepercayaan ini agaknya, dan terutama sekali karena keindahan alamnya dan kesunyiannya, maka Daerah Bojong menjadi tempat pelarian para pendeta, pertapa dan manusia-manusia yang ingin mengasingkan diri dari dunia ramai.
Di sebuah dusun tak jauh dari kota sunda, di pinggir Daerah Bojong, pada suatu pagi yang sejuk, tampaklah belasan orang pria yang bertubuh tegap dan kuat sedang berlatih ilmu silat. Tubuh mereka, dari yang besar sampai yang kecil kurus, kelihatan kuat dan berisi tenaga besar ketika mereka bergerak secara berbareng dengan tubuh atas telanjang, hanya memakai celana panjang dan sepatu, rambut mereka dikuncir semua, mengikuti petunjuk dan aba-aba yang keluar dari mulut seorang kakek berwajah tampan gagah yang bertopi bulu. Kakek ini usia­nya sudah tua sekali, tentu kurang lebih ada delapan puluh tahun, namun sikapnya masih gagah sungguhpun gerak-geriknya halus dan wajahnya tampan terpelihara.

Suaranya masih lantang ketika dia mengeluarkan aba-aba agar gerakan mereka yang sedang berlatih itu dapat seirama, sedang kaki tangannya masih tangkas ketika dia memberi contoh gerakan.

“Tu-wa-ga-pat-ma-nam-ju-pan! Tu-wa-ga-pat-ma-nam-ju-pan!” Demikian aba-abanya, makin cepat pula gerakan mereka yang sedang berlatih, terdengar angin bersiut dan buku-buku lengan kaki berkerotokan ketika mereka bergerak memukul dan menendang.
 
“Hemm, mengapa pula engkau, Dolly?” Kakek itu menghentikan hitungannya, membiarkan para murid itu bergerak dengan irama mereka sendiri, sedangkan dia melangkah ke arah kanan sebelah kiri rombongan pemuda yang sedang latihan itu kemudian berhadapan dengan seorang dara remaja yang tadinya ikut pula berlatih. Dara remaja  yang terlihat sebagai ibu-ibu komplek itu tentu belum ada lima belas tahun usianya, wajahnya sebenarnya cantik manis, bentuk tubuhnya kecil  namun juga padat berisi (alias gemuk dikit hehehehe), pakaiannya sederhana dan rambutnya yang panjang dan gemuk itu dibagi menjadi dua kucir yang besar dan panjang, bergantungan di depan dadanya. Kedua kakinya masih memasang kuda-kuda seperti mereka yang sedang berlatih, akan tetapi kedua lengannya tidak melakukan gerakan memukul-mukul lagi, mulutnya yang kecil mungil itu cemberut dan ma­tanya yang lebar seperti sepasang bintang itu membayangkan kekesalan hati.
Dara itu tidak menjawab teguran kakeknya melainkan mengurut-urut bahu dan lengannya, kepalanya menunduk dan kedua kakinya diluruskannya kembali.
Kakek itu menghela napas panjang. “Hahhhh.... kau.... terlalu, Dolly! Selalu tidak mentaati perintahku. Mula-mula kau akhir-akhir ini tidak mau berlatih dekat para sperguruanmu....”
“Kong  (kakek), bagaimana aku tahan berlatih dekat mereka. Keringat mereka memercik ke sana-sini!” Dara itu membentak.
Kakek itu menahan geli hatinya. Gadis yang menjadi cucunya ini selalu ada saja bahan untuk menyangkal dan membantah, dan selalu menyatakan sesuatu dengan jujur sehingga kadang-kadang lucu. Memang tak dapat dibantah bahwa tubuh-tubuh sehat tanpa baju itu di waktu berlatih mengeluarkan banyak keringat dan gerakan cepat itu membuat keringat mereka memercik ke sana-sini!

“Sekarang, latihan yang amat penting ini kauabaikan juga.”

“Habis, kaki tanganku sudah pegal dan kaku semua, Engkong! Masa untuk satu jurus saja harus diulang sampai limaratus kali!”

“Hemm, kau tidak tahu keganasan jurus istimewa ini. Jurus Dengan Tangan Kosong Meatikan Lilin ini merupakan satu di antara jurus-jurus pilihan dari ilmu silat kita. Diulang sampai limaratus kalipun kalau belum sempurna harus diulang terus!”

“Apa gerakanku belum sempurna?”

“Engkau sudah menguasai gerakan ilmu silat kita, akan tetapi para abang­mu itu. Mereka harus diberi semangat, dan dengan melihat gerakanmu, mereka tentu akan lebih tekun. Lihat, betapa besar semangat mereka melatih jurus ini.”

Dara yang bernama Dolly itu menengok dan mulutnya yang tadi merengut kini tersenyum mengejek, cuping hidungnya agak bergerak. “Semangat apa? Mereka semua menoleh ke sini!”

Kakek itu cepat menengok dan benar saja. Mereka itu masih bergerak, akan tetapi mata mereka semua mengerling ke arah dara itu sehingga kelihatannya lucu.

“Ihh, engkau yang menjadi gara-gara!” Kakek itu memaki lirih, kemudian menghampiri lagi ke depan para muridnya dan kembali terdengar hitungannya yang menambah semangat. Kini para murid itu tidak berani lagi mengerling ke arah adik seperguruan mereka. Terpaksa pula Dolly juga bergerak lagi, akan tetapi biarpun gerakannya lemas dan baik, dia tidak menggunakan tenaga sehingga kalau para seperguruannya itu ngotot dengan pengerahan tenaga, dia kelihatan lebih mirip dengan orang menari.
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dolly Maylissa on 06/11/2009 22:02
wkwkwkwk....mantab.... 8) 8)
aku bacanya sambil guling2 gak tahan dengan ceritanya...wkwkwkwkwkwk [lucu] [lucu] [lucu]

tau aja neh aku kalo latihan males2an...heheheheh

sapa tuh yang jadi engkongnya???
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Pemulung on 07/11/2009 09:58
he he he he Salut, mengalir ceritanya  [top]
Ane daptar jadi penjahat..ikhlas  :-X  :-X
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 12/11/2009 13:16
mbak dolly yang jadi kongnya khan "kong DF" yang wajahnya rada tampan wlau sekilas kayak H. Djojon mbak...tapi masih ngeliat-liat dulu...takutnya doi ngambek hauhahhahhahaha :D

kang Pemulung : setelah melihat dari terawangan batu cincin yang dirimu nanti berikan baru resmi dirimu jadi penjahat atawa tidak... huahahahahaha :D
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dolly Maylissa on 12/11/2009 18:55
wkwkwkwk....gak papa deh kalo om df yang jadi kongnya...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: putri teratai on 13/11/2009 10:47
xixixixi..sekarang Dolly kena neh...btw, lanjoot ceritanya...lumayan buat hiburan sambil ngerjain setrikaan.. ::)
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: hudzaifah on 16/11/2009 02:13
ikutan dong jadi pengemis gembel yang baik hati..,,  :P
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 16/11/2009 12:44
Kakek itu bukanlah orang sembarangan. Dia adalah Raja Obat DF. DF ini adalah  berupa inisial yang dari bidangnya yakni “Dibidang Farmasi”.  Dia dahulu bekerja sebagai seorang juru obat kaisar di kerajaan, memiliki ilmu kepandaian tinggi dalam ilmu silat, ilmu pengobatan dan ilmu sastera. Namun nasib malang menimpa diri kakek ini ketika dia sudah mengundurkan diri sebagai juru obat dengan adanya peristiwa yang menimpa keluarganya sehingga akhirnya dia mengasingkan diri di dusun terpencil di daerah Bojong ini. Tidak begitu jelas bagaimana keluarga kakek ini, di cerita ini dia hanya hidup berdua dengan seorang cucunya, cucu wanita yang bernama Dolly Dodol Lipet. Karena melihat kejamnya daerah ibukota kerajaan maka untuk menghindari keganasan dan kemaksiatan ibukota kakek ini memilih tinggal di daerah terpencil.

Melihat perkembangan kota yang kian pesat itu, DF lalu mengajak Dolly untuk pergi meninggalkan Ibukota dan akhirnya mereka tinggal di dusun kecil di Bojong itu. Di tempat terpencil dan sunyi ini, Sesungguhnya anak ini adalah cucu murid dari kakek DF, akan tetapi diaku sebagai cucunya, karena sejak kecil ikut beliau.

Biarpun kini penghidupannya di dalam dusun itu bersama cucu nya dapat dikatakan tenteram dan penuh damai, namun kakek yang tua ini masih selalu gelisah kalau mengingat akan masa depan cucu -nya itu. Pernah dia ditekan dan merasa terdesak oleh pertanyaan Dolly yang berwatak periang, cerdik dan jenaka itu, yaitu pertanyaan mengenai ayah dara itu. Dia tadinya hanya memberi tahu kepada Dolly bahwa nama ibunya adalah Dodol. Dara yang cerdik itu cepat membantah.

“Tidak mungkin itu, kakek!”
“Apanya yang tidak mungkin?”
“Kalau ibu Dodol, mengapa aku Dolly? Kenapa gak Rengginang”
“Ahh.... kau sebetulnya.... ah, engkau memang cucuku.”
“Hemm, kong-kong menyembunyikan sesuatu dariku! Siapakah ayahku? Dan di mana ayah? Apakah dia sudah meninggal? Mengapa pula aku tidak diberi tahu ayahku?”
Dihujani pertanyaan ini, kakek DF menjadi sibuk sekali dan namun  dia tidak mengaku juga.

“Nanti aku jawab ayahmu kalau ilmu mu sudah tinggi.”
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 16/11/2009 13:00
Untuk mengisi kekosongan hidupnya di dusun yang terpencil di Bojong itu, Kong DF menerima murid-murid untuk dilatih ilmu silat. Tentu saja dia memilih dalam penerimaan murid ini, dan setelah dia kumpulkan, hanya ada lima belas orang pemuda di sekitar daerah itu yang diterimanya menjadi murid-muridnya. Tentu saja karena Dolly telah digemblengnya sejak kecil sedangkan penerimaan murid dilakukan setelah Dolly berusia dua belas tahun, maka biarpun Dolly disebut adik seperguruan namun dalam hal ilmu silat dara ini jauh lebih pandai daripada semua abang-abangnya.
Kekesalan hati Dolly di pagi hari itu bukan hanya karena dia jemu berlatih silat. Sama sekali tidak. Sesungguhnya dia amat gemar berlatih ilmu silat dan bakatnya amat baik. Akan tetapi pagi itu lain lagi. Ada berita menggemparkan bahwa rombongan utusan Raja akan lewat di dusun itu dalam perjalanan mereka menuju ke Ibukota, untuk memboyong puteri Raja karena puteri itu telah dijodohkan dengan seorang pangeran yang menguasai Sunda di waktu itu. Rombongan utusan kaisar Sunda ini kabarnya membawa pula peralatan dan hadiah-hadiah istimewa sehingga semua penduduk di daerah yang akan dilalui rombongan telah bersiap-siap untuk menonton! Tentu saja Dolly, seorang dara remaja yang masih mempunyai sifat kekanak-kanakan dan haus akan segala yang menarik hati, ingin sekali menonton maka latihan-latihan keras yang diadakan Engkongnya pada saat seperti itu membuat hatinya mendongkol.
 
Betapapun juga,Dolly tidak mau membantah lagi kepada eng-kongnya, apalagi di depan lima belas orang abang seperguruan­nya. Dan dia sudah ikut pula berlatih, biarpun hanya dengan setengah hati. Latihan berjalan tertib kembali dan yang terdengar hanya bentakan-bentakan mereka yang mengikuti pukulan-pukulan tertentu, suara pernapasan dan suara Kong DF yang menghitung dengan irama yang khas
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: iqbal khan on 16/11/2009 13:39
Untung dolly tinggal di bojong.. kalau di surabaya bisa bahaya ha.ha. di dolly surabaya banyak Dodol.
Kang sarkem tolong ceritanya jgn sampai Dolly pindah ke surabaya ya??!!!
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 16/11/2009 16:07
justru itu mas iqbal...

tapi sini bukan moderator lagi... malah bisa dibanned sekarang  [lucu] =))) salah ketik aja gak bisa di hapus...!! untung artinya masih asama..
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dolly Maylissa on 17/11/2009 08:45
Gokil abis.,. [lucu]
gw ngakak sendiri nih diangkot,,,

tar kalo aku ke jatim aku bw dh wingko babat nya..

Pada nyangka yg negatif nih, tar mamaku marah loh kalo anaknya disamain ma yg ky gt...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 19/11/2009 15:25
tenang mbak...mas iqbal itu memang negatif... saya yang positif mbak...
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: iqbal khan on 19/11/2009 15:54
jangan diterusin bahas yg negatif2.
Kang Sarkem terusin ceritanya. 
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dolly Maylissa on 19/11/2009 19:10
ya tuh om selesaikan ceritanya,,, cerita yang lain juga tuh... biar bisa dijadiin buku,,,dengan judul...kumpulan cerita gokil karya pendekar gila...hehehehehe :D
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 20/11/2009 13:31
--Lanjutan Cerita-

Suara tambur yang terdengar tiba-tiba, datang dari jauh dan makin lama makin mendekat, kini terdengar keras diselingi sorak-sorai suara anak-anak, membuat Dolly hampir menangis. Suara tambur itu seolah-olah mengejeknya, seolah-olah mengiringi gerakannya berlatih. Ketika ia melirik ke arah Engkongnya dan para abang seperguruannya, mereka itu masih tenggelam ke dalam semangat yang tetap menggelora. Hampir Dolly terisak-isak dan lari dari tempat itu, akan tetapi ia merasa malu kepada para abang seperguruannya, dan takut kepada Engkongnya. Betapa besar keinginan hatinya untuk pergi menonton rombongan utusan itu!

Utusan kerajaan Singaparna! Banyak sudah dia mendengar tentang kehebatan ibukota raja di sana, akan tetapi hanya mendengar dari cerita kakeknya, kota raja di Kerajaan Singaparna seratus kali lebih besar dan lebih megah dibandingkan dengan rumah-rumah besar di Bojong yang sudah pernah dilihatnya. Dan sekarang, selagi kesempatan tiba dengan datangnya rombong­an utusan kaisar, dia tidak bisa menonton, bahkan harus terus berlatih silat! Siapa tidak akan mendongkol hatinya?

Pada saat itu seorang pelayan memasuki kebun tempat berlatih itu, menghadap kakek DF dan memberitahukan bahwa di luar datang seorang tamu yang hendak bertemu dengan kakek DF. Kakek itu lalu menggapai muridnya yang pertama.
“Kaulanjutkan, wakili aku memimpin latihan ini baik-baik. Aku akan menemui tamu.”
“Baik, Guru!”
Kakek itu pergi setelah menoleh ke arah cucunya, kemudian menghela napas dan pergi bersama pelayan itu memasuki rumahnya. Begitu kakek itu lenyap di balik pintu, Dolly serta merta menghentikan latihannya dan berlari meninggalkan tempat latihan menuju ke pintu samping kebun itu.


“Haiii.... adik....! Kau tidak boleh pergi!” kata murid pertama yang mewakili gurunya.
Akan tetapi Dolly telah tiba di pintu kebun samping, dan mendengar seruan abang seperguruannya, dia membalikkan tubuh dengan gaya mengejek, membusungkan dada, membuka bibir dari kanan kiri dengan kedua telunjuknya dan menjulurkan lidah­nya untuk mengejek abang seperguruannya itu, kemudian tertawa terkekeh dan lari dari tempat itu. Abang seperguruannya hanya mena­rik napas panjang saja karena apa daya­nya terhadap adiknya yang manja dan bengal itu? Kalau dia berkeras melarang, salah-salah dia bisa dilawan oleh adik­nya, dan tentu saja dia tidak menghendaki hal ini.

Dia dan para saudara seperguruannya terlampau sayang kepada adiknya yang Bengal kayak emak-emak di pasar yang suka menawar jajanan, dan akan teriak-teriak kasar kalau tawarannya tidak dipenuhi, akan tetapi walau kayak emak-emak, dia selalu mendatangkan kegembiraan karena wataknya yang periang dan jenaka itu. Dan dia tahu pula betapa besar keinginan hati adiknya untuk menonton rombongan utusan kaisar.   

***

Hati Dolly merasa gembira bukan main. Dengan mata bersinar-sinar dan wajah berseri dia menonton rombongan yang megah itu lewat di dusun untuk melanjutkan perjalanan mereka ke kota singaparna yang begitu jauh lagi letaknya dari dusun itu. Bersama para penonton lain yang terdiri dari anak­ anak dan orang tua laki-laki dan wanita, Dolly terus terbawa oleh rombongan itu. Tanpa terasa kedua kakinya mengikuti rombongan yang berpakaian indah-indah, membawa bendera dan tombak tanda kebesaran yang mengutus mereka, barang-barang berharga dipikul dan bera­da di dalam peti-peti yang berukir indah. Dengan hati kagum Dolly terus mengikuti rombongan itu, bersama banyak anak-anak lain dan para penonton, menuju ke kota bojong

Akan tetapi setibanya rombongan itu di pintu gerbang di kota Bojong, para penonton itu tentu saja tidak diperkenankan masuk! Penonton menjadi semakin banyak, tertambah oleh penduduk di sekitar istana di kota raja itu sendiri dan dari dusun-dusun lain yang sengaja datang ke kota bojong untuk menonton keramaian ini. Para penjaga dengan ketat menjaga pintu gerbang dan tidak memperkenankan rakyat untuk memasuki pintu gerbang. Karena hal ini mendatangkan rasa kecewa dan protes para penonton, terutama anak-anak berusia belasan tahun, maka terjadilah sedi­kit kekacauan, dorong-mendorong sehingga di pintu gerbang yang tidak berapa lebar itu terjadi desak-mendesak.

Keadaan menjadi makin kacau lagi ketika beberapa orang penjaga terpelanting roboh dan hal ini dilakukan oleh Dolly ketika dara ini yang berusaha untuk memasuki pintu gerbang dengan nekat, dipegang pundaknya oleh seorang penjaga. Ketika penjaga melihat dara yang aneh seperti laki2 dan masih remaja ini, dengan kurang ajar penjaga itu mengusap dagu Dolly dan lain tangannya berusaha untuk meraba dada untuk meyakinkan bahwa dia perempuan atau waria. Dolly menjadi marah, kaki kirinya menendang tulang kering kaki penjaga itu dan selagi penjaga itu berjingkrak saking merasa nyeri sekali seolah-olah tulang keringnya remuk dan rasa nyeri naik sampai ke ulu hati, Dolly menendang lututnya membuat penjaga itu terjungkal!

Tiga orang penjaga lain datang, seorang di antara mereka menunggang kuda, akan tetapi begitu Dolly bergerak, mereka terpelanting roboh juga, termasuk yang menunggang kuda. Tentu saja keadaan menjadi ribut dan kacau. Anak-anak yang nakal mempergunakan kesempatan ini untuk menyelinap masuk, dan ada penjaga yang berusaha mencegah mereka, ada pula yang mengurung Dolly, dan keadaan makin kacau balau.

Dua orang perwira dari rombongan utusan kaisar maju. Dengan tangan yang membentuk cakar garuda nyangsang di jemuran mereka hendak menangkap dara yang membuat kekacauan itu karena mereka merasa curiga bahwa dara itu tentulah mata-mata musuh yang sengaja hendak menggagalkan tugas mereka. Akan tetapi dengan teriakan nyaring dan marah karena mengira bahwa dua orang perwira inipun hendak berbuat kurang ajar kepadanya, Dolly sudah menggerakkan kaki tangannya dengan cepat dan dua orang perwira itupun terpelanting mencium tanah! Keadaan menjadi semakin ribut dan kini para penjaga maklum bahwa dara remaja itu adalah seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan sama sekali tidak boleh dipandang rendah!
 
“Harap Kalian mundur semua, biarlah saya menghadapi pengacau cilik ini!” Suara itu terdengar nyaring dan dalam rombongan kaisar muncullah seorang laki-laki berusia empat puluh lima tahun kurang lebih, berpakaian preman namun melihat wibawanya dalam rombongan itu dia tentulah seorang yang penting. Memang demikian sesungguhnya. Pria ini adalah seorang pengawal pribadi kaisar sendiri, seorang yang ditunjuk untuk melindungi rombongan utusan yang penting itu. Orang ini bertubuh tegap, tinggi, akan tetapi yang amat menarik perhatian adalah bentuk kumis dan jenggot­nya yang menyolok. Bulu-bulu itu panjang sekali, dipelihara baik-baik dan berjuntai sampai ke perutnya! Jenggot itu merupakan sebuah cambuk tebal dari bulu halus, berwarna mengkilap hitam terhias beberapa warna putih bukan uban, namun ketombe, yang mulai banyak menghias rambut dan jenggotnya.


--bersambung--
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: pujangga on 20/11/2009 14:07

bang sarungkampret, usul nambahin cerita
boleh dong ditambahin yang agak roman roman dikit
ada cinta segitiga misal
ada cowo yang ditaksir mbak dolly, tapi lari lari mulu
trus ada cowo naksir mbak dolly, tapi kesia-sia mulu
ehh ga taunya dah jadi permasurinya kong nizam
 [top] [lucu]

(lucu ga yaa?)
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: iqbal khan on 20/11/2009 14:34
Kalau sudah selesai bisa diteruskan jadi cerita bergambar,  wah tambah seru tuch.
Para tokohnya akan muncul dalam bentuk gambar ha.ha.
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dolly Maylissa on 20/11/2009 19:42
Wkwkwk, parah dah dibilang kaya emak2, tapi biarlah daripada dibilang kaya kakek2, hahahaha.

Ngomong2 lebay ni cerita, masa aku bisa ngalahin penjaga2nya, lah tarung beneran aja belon pernah,hehehe
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Putra Petir on 30/11/2009 15:39

bang sarungkampret, usul nambahin cerita
boleh dong ditambahin yang agak roman roman dikit
ada cinta segitiga misal
ada cowo yang ditaksir mbak dolly, tapi lari lari mulu
trus ada cowo naksir mbak dolly, tapi kesia-sia mulu
ehh ga taunya dah jadi permasurinya kong nizam
 [top] [lucu]

(lucu ga yaa?)


terusin sendiri aja boss... sini lagi bingung mau dibawa lari kemana nih cerita....
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: PariGesit on 01/12/2009 12:15
dibawa lari sih? makanya susah
pada tumpah semua deh ide ceritanya
Title: Re: Sepasang Monyet Perkasa dari Goa Hydro
Post by: Dolly Maylissa on 01/12/2009 13:48
Parah bngt nih cerita kalo gak diterusin sampe kapan aku berhadapan dng kakek2 berketombe?hehehe