Lanjutannya..............
Akik Indonesia
Bentuk yang paling dicari orang adalah bentuk cincin, dibanding dengan bentuk kalung. Menurut Anton, jika dalam bentuk kalung, tidak bisa dilihat orang. Dia harus mengeluarkan dulu dari dadanya dan baru dikeluarkan. Jika cincin, dia lebih mudah memperlihatkan kepada orang-orang bahwa miliknya yang terbaik, terindah dan terlangka. Maka cincin lebih difavoritkan untuk dikoleksi karena sifat manusia itu sendiri yang suka pamer.
Menurut Yusuf, jenis batu yang dicari dan yang memungkinkan menampakan gambar dan motif tertentu adalah jenis agate atau populer disebut batu akik. Akik bisa bermacam warna atau sewarna saja. Walau tingkat kekerasannya menengah, harganya tak kalah dengan berlian jika motifnya langka dan bagus.
Akik Indonesia paling kaya warna dan motif dibanding negara lain. Kalau rajin membaca pustaka, menurut Anton, kandungan batuan di wilayah Nusantara ini amat luar biasa. Apalagi jika rajin dan cermat, batu kali saja bisa kok dibuat batu aji yang tak kalah indah. Guratan dan motif di dalamnya jika pandai mengirisnya bisa menampakkan gambar tertentu. Dia bisa bernilai dan bukan cuma seonggok batu tak berharga.
Harga
Di Rawa Bening, memang sering terdengar gosip bahwa pernah terjual batu hingga ratusan juta, bahkan milyaran. Namun untuk melacak sejauh mana kebenarannya, sulit. Tiap pedagang bisa saja mengatakan itu, tapi transaksi itu terjadi tanpa saksi dan tidak tercatat. Atau kolektor gembar-gembor pernah membeli batu seharga ratusan juta, tapi ketika ditanya adakah buktinya. ”Biasanya suka melengos kalau ditanya itu,” ujar Yusuf.
Yusuf sendiri mengaku batu-batu ada yang bernilai ratusan juta rupiah. Misalnya cincin akik berlafat (tulisan) Allah yang diikat emas dan berlian, dia jual Rp 125 juta, atau liontin yang juga bertuliskan Allah, juga dilego dengan harga Rp115 juta! Tidak ada patokan harga untuk menentukan nilainya. Itu berdasarkan kelangkaan dan keindahannya.
Soal patokan harga untuk sebuah batu aji yang baik, menurut Anton memang terserah penjual. Terserah kita apakah mau atau tidak. Tapi biasanya kalau kolektor suka, dan harganya dianggap sesuai, dibeli. Anton ketika krisis berlangsung mengaku terpaksa menjual koleksi kesayangannya. Namun karena yang membeli juga penggemar, dia ikhlas melepas.
Kini ada beberapa koleksi unggulannya yang dia anggap masterpiece. Misal, cincin dan mata gesper bermotif lambang mobil Mercedes. Katanya, dia kebetulan mendapatkannya. Awalnya adalah bongkahan batu, ketika diiris di dalamnya ada motif tersebut. Sayangnya ketika mencapai irisan ketiga, motifnya itu sudah hilang.
Koleksi lain adalah cincin angka delapan yang dibelinya Rp 1 juta atau yang bergambar ikan koi seharga Rp 15 juta. Ada satu lagi koleksi cincinnya yang dia paling sayangi yakni yang bermotif seperti orang yang tersalip. Yang ini kalau ada yang mau dia akan lepas 20 ribu dolar AS (sekitar Rp 200 juta). ”Tapi ini kan nggak mungkin ada yang beli, makanya saya hargai tinggi sekalian,” tuturnya seraya terbahak-bahak.
(SH/gatot irawan)
( untuk lebih lengkapnya silahken meluncur ke
http://www.sinarharapan.co.id/feature/hobi/2002/04/2/hob1.html )
Bow..bow bow..(menjura)
S Birowo