Menurut Science Expres, di Alaska (dimana ada burung yang bermigrasi dari Siberia) di antara 1998 dan Augustus 2005 lebih dari 12 000 sampel burung liar telah ditest dan belum satupun yang terinfeksi H5N1. Sama halnya di Hong Kong, dimana testing yang dilakukan terhadap 4.738 burung ??semi-liar ?? di tempat-tempat rekreasi di kota, ditambah 7.433 burung liar, tidak ditemukan virus H5N1 di burung yang kelihatan sehat..
Migrasi satwa merupakan fenomena alamiah yang terjadi setiap tahun, dan dalam bermigrasi, setiap spesies melibatkan ratusan sampai ratusan ribu individu dalam beberapa kelompok besar masuk melewati pintu-pintu utama (atau koridor migrasi) sebagai tempat perpindahannya. Ada beberapa jenis burung yang bermigrasi antara lain, burung-burung laut (seabirds), burung-burung pemangsa (raptor), burung-burung air (waterbirds) dan perancah/pantai (shorebirds), serta burung-burung daratan/berkicau.
Di Indonesia sendiri lebih dari 160 spesies migrasi (diantaranya migrasi jarak jauh atau antar kontinen) dari 1.590 spesies di Indonesia (Howard dan Moore 2004). Sampai tahun 2004, sudah 47.753 individu raptor yang tercatat masuk ke Indonesia. Terakhir kali pemantauan tahun 2005 di bulan Maret bekerjasama dengan pengamat Malaysia di Pulau Rupat mencatat 1145 individu sikep madu asia migrasi balik dari Sumatera ke Malaysia melewati Tanjung Tuan, Malaka. Dari pemantauan tersebut sampai saat ini, tidak ada satu pun dari jenis-jenis tersebut ditemukan atau dikabarkan mati akibat penyakit (termasuk informasi pengamat dari Jepang, Vietnam, Thailand dan Malaysia). Catatan tersebut terpantau dibeberapa titik lokasi pemantauan di negara-negara tersebut termasuk Indonesia, di beberapa titik perdagangan satwa dan karantina satwa. Di Malaysia sendiri terutama di Ipoh, beberapa vetenarian dan virolog melakukan pengecekan sekitar 4.000 individu burung migrasi sejak tahun 2000, juga tidak mencatat spesies migrasi terkontaminasi oleh virus AI (Bernama, 31 Januari 2004). Jadi, sampai saat ini setidaknya belum ada spesies migrasi yang masuk melewati Semenanjung Malaysia ke Indonesia, terjangkit oleh virus AI. Sayangnya, jalur di wilayah Philipina yang belum terpantau dengan baik karena tidak ada kabar mengenai pemantauan jenis migrasi di Philipina.
Memang yang perlu diwaspadai sebagai spesies ??carrier ??, beberapa spesies terutama layang ??layang dari jenis layang-layang asia (Hirundo rustica) merupakan jenis yang rentan terhadap penyebaran virus AI karena spesies tersebut masuk kewilayah urban dan perkotaan. Spesies ini mempergunakan pohon-pohon atau kabel-kabel listrik sebagai tempat tenggerannya. Ada beberapa titik lokasi yang (yang terpantau) digunakan sebagai ??roosting site ??, wilayah Purwakarta, Bandung, pinggiran Semarang, Jogjakarta, Pontianak, Way Jepara (Lampung) dan Jambi. Lokasi tenggeran tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.