Nah... saya mulai sedikit soal Shotokan dan Bunkai ya? Soal cerita ...-Te yang
Koryu saya percayakan pada Kang Tenji.
He...he...he... pertama-tama, ini bukan ngebelain Shotokan ya?
Boleh dicari di
buku keanggotaan Shotokan di manapun, dijamin nama saya gak akan ketemu.
Wong saya latihannya privat 24 jam sehari di rumah sama Bapak... (lagi
kebangun malem-malem mau ke kamar kecil tau-tau diserang dari belakang, gila
gak?
)
Tulisan ini saya buat dengan asumsi pembaca teman-teman silat yang belum
kenal dengan angin dari Jepang dan Okinawa ini...
To cut the story short, tersebutlah Gichin Funakoshi, seorang pemuka silat
Okinawa yang prihatin terhadap menurunnya minat generasi muda terhadap bela
diri tradisional (mirip dengan yang sedang terjadi di kalangan pesilat di Indonesia
dewasa ini
). Maka Funakoshi-pun kemudian mengenalkan pada masyarakat dan
pemerintah Jepang, versi beladiri yang lebih berorientasi pada sport, yang
diharapkan bisa menggugah kembali semangat nasionalisme generasi muda dan
melestarikan bela diri Okinawa. Ide ini sebenarnya bukan orisinil punya
Funakoshi, sebelumnya sudah ada guru Jujutsu bernama Jigoro Kano yang sudah
mulai mengenalkan bela diri versi modern.
Funakoshi mengambil kurikulumnya dari ajaran seorang master besar, 'Anko'
Itosu, yang menciptakan jurus-jurus sederhana yang sebenarnya diperuntukkan
bagi anak-anak (katanya begitu CMIIW
). Funakoshi melihat bahwa jurus-jurus
ini lebih modern dan berjiwa sport, disamping mudah dipelajari, tidak kelihatan
kejam, dan indah dipandang.
Demikianlah karate aliran Funakoshi, yang dinamai Shotokan, mencapai
popularitas yang luar biasa.
Kelemahan yang sering disebut-sebut tentang aliran ini adalah keterputusannya
dengan nilai dasar karate sebagai ilmu berkelahi. Para siswa berusaha untuk
menguasai jurus sebanyak-banyaknya, menampilkan jurus-jurus tersebut
seindah mungkin dalam pertandingan, tanpa memahami teknik membunuh yang
tersembunyi di dalamya. Pertarungan-pun jadi terbatas pada tarian lurus
berpasangan... hal yang jauh sekali dari kondisi sebenarnya.
Memang ada sih orang-orang yang berusaha membongkar kembali 'isi' (bunkai)
sejati dari jurus karate shotokan, tapi konon, karena jurus yang sudah jauh
termodifikasi dan terputusnya pengetahuan soal oyo (aplikasi), maka banyak
sekali terjemahan isi itu yang gak realistis.
Cumak... saya bisa sebutkan beberapa orang seperti misalnya Edward T.
Schemeisser, Bill Burgar dan Iain Abernathy (yang ini orang Wado-Ryu) yang
relatif meyakinkan dalam usaha mereka menggali kembali bunkai karate modern
(dan memublikasikannya, kalau pendekar-pendekar tradisional mah, saya yakin
di Okinawa sana masih banyak yang tau).
Nah, sementara itu dulu...
Soal Tekki Shodan, Naihanchi dan Naifuhachi, mereka bertiga adalah jurus yang
sama yang menjadi dasar beladiri okinawa sebelum dikenalkannya versi modern,
perbedaan nama itu adalah karena adanya perbedaan dialek (walau akhirnya
ada pula perbedaan variasi, khususnya Tekki Shodan). Konon, selama sembilan
tahun pertama dalam karir karate-nya Gichin Funakoshi sendiri hanya berlatih
Naihanchi.
Dari sini, thread saya kembalikan ke Kang Tenji... Doozooooooo....