Forum Sahabat Silat
Bahasa Indonesia => Kegiatan dan Informasi => Topic started by: one on 29/04/2010 20:15
-
menjadi pemikiran bersama sebenarnya harus bagaimana kita mengangkat pencak silat hingga menjadi produk budaya yang kembali disenangi oleh semua lapisan masyarakat?
jika :
1. Seminar tentang pencak silat yang banyak hadir malah orang silat, umum malah sedikit dan jarang. Pada kegiatan terakhir malah kebanyakan pesilat mengadakan acara "kabur bersama" dari kantor.
2. Festival, yang skala nasional ditempatkan nun jauh dari akses hidup keseharian. Hingga yang datang adalah yang memang sengaja.wisata tidak niat juga lihat silat
3. Jika pertandingan, yang tahu hanya peserta / perguruan yang diundang. Kadang yang diundang pun tidak hadir, apalagi penontonnya
4. Diskusi...yang datang ya pesilat lagi pesilat lagi..akhirnya ada pepatah dari silat untuk pesilat oleh pesilat...berkutat bundar di sana
5. Penampilan di TV (wahhhh TOP tuh...) terakhir di pajang jam 5 pagi...yang nonton pasti TV maniak...jam 5 udah stel dan manteng di depan layar...
6. Sinetron....silat malah jadi gak puguh, gak jelas, ora mudeng, teu ngarti matak lieur...silat kemana cerita ke mana
7. Film....nah ini keren....baru launching DVD nya...bajakannya beredar sehari lebih cepat...waaahhh???
8. Ajang Tarung Bebas....nah , ini asyiikkkk....dari jaman baheula sudah pada bosan, acara di jaman belanda, jepang memperlihatkan betapa murahnya nyawa melayang cuma lantaran muaskan nafsu adu "jangkrik" yang punya duit.....terakhir "kasus Koja dan Batam" yang tanpa silat (sedikit mungkin?) berakhir tragis...bisa dibayangkan jika yang serbu dan menyerbu semuanya jago silat....wwwuiiiihhh gak kebayang korbannya..
9. Dibuat muatan lokal (mulok) di sekolah...nah berapa yang dimuatnya? jika perbandingan aliran silat begitu banyak berjibun....lalu gimana hak "royalti" aliran jika perguruan yang mempunyai itu juga banyak?
10. Eksport pelatih untuk negara lain....yang sudah dikirim aja merepotkan prestasi negeri ini..gimana kalau dikirim lebih banyak....
11. Penelitian....siapa yang mau??? Duitnya gak ada lho....hehhehehe pada kabur dah....
APAKAH KITA BERDOA SAJA? iya...capek ....mentok teruss...Hayoooo...gimana agar pencak silat ini digemari dan dipelajari segala lapisan masyarakat secara berkesinambungan....
silahkan berdiskusi
-
berat kang tulisannya...,, ^:)^
ga' sanggup aye..,, :'(
-
wah....satu orang nemenin saya berdo'a....ada yang lain??
-
ya ampun,,,ini butuh pemikiran yang luar biasa berat dari ujian kampus.... :'(
-
1. Film kartun silat sebagai media propaganda ke anak-anak kecil
2. Serial TV sebagai media propaganda ke remaja dan yang lebih tua
3. Ganti seragam hitam polos ke seragam putih atau warna cerah lainnya
4. Fokus ke latihan ketangkasan daripada mendidik untuk berkelahi
5. Siswa punya kesempatan untuk ikut kejuaraan
6. Game komputer silat atau di console
7. Kampanye image silat yang baru, yang penyabar, sehat dan bersahabat
8. Kampanye korelasi berlatih silat dengan kecerdasan anak
-
Soal Gan Iwan nih boleh diibaratkan pepatah "kura-kura di pelupuk mata tampak, gajah di perahu tak tampak" yang artinya ... seperti kenal tetapi jawabnya susah.
Semua jawaban yang di atas itu betul, menurut saya. Kalau kita bikin film-film semacam "Merantau" atau kita buat film sejarah yang betul-betul risetnya dari kostum, gerak arsitektur semuanya (jangan mengacau seperti film Si Yusril kemarin) ... nah, semuanya perlu duit.
Dari mana duitnya? Seharusnya dari APBN karena membiayai silat adalah langkah strategis untuk pembangunan watak bangsa yang merdeka. Sayang sekali, para penguasa negeri ini, yang buruk, sibuk korupsi. Yang baik, menyangka bahwa pembangunan ekonomi dapat didahulukan meninggalkan budaya dan kepribadian, padahal justru sebaliknya yang benar. Membangun budaya kuat, dengan niscaya semua sektor lain akan menguat juga. Ekonomi kuat dengan budaya memble hanya membuat OKB atau "kere munggah mbale" = konsumerisme merajalela, senegeri makan mie instan semuanya!
Jadi, bagi kita-kita para pecinta dan penggembira silat, perlu teriak-teriak pada DPR dan pangmerentah untuk jangan medit bin goblok dalam menganggarkan dana untuk silat (dan gamelan, dan wayang, dan batik, dan arja, dan budaya Nusantara lainnya).
Mungkin kapan-kapan perlu Andi Malarangeng kita telikung dan kita kasih tau supaya dia agak pinteran sedikit hehehehe ... nanti yang megangin biar Gan Iwan ajah, yang nguliahin Bang Ochid. Pas khan?
-
Assalamu 'alaikum,
Kalo masalah konsep sih bejibun kang... tinggal sdm dan sdd siap nggak?
Wassalam,
TP
-
Sempat di akhir tahun 80an, koran bola secara rutin mempublikasikan perguruan2 tenaga dalam, mulao dari sin lam ba sampai bunga karang ben bela..efeknya tahun 90an awal, ramai orang belajar td pernapasan. Di kantor2 instansi pemerintah ribuan orang ikut latian..Peran media untuk create image ternyata cukup efektif..
-
kurun waktu 10 tahun terakhir bener-bener hebat !!!!! silat kita melempem mirip kue apem....
menarik juga membuat imej silat jadi bersahabat, tanpa embel-embel di kepala baju pangsi, kopel, sendal tali, gelang bahar, baju item kumis melintang dan golok di pinggang.
gimana kalau pink bajunya? yuuuuuu.....
-
Kata niniak mamak: "indak lalu dandang di aia di gurun ditanjakkan juo". Mungkin terjemah bebasnya kira2: "if you can not convince them, confuse them.."
Kalo memanfaatkan momen pemilukada. Katanya lagi gampangan kok mengundang para tokoh2 tsb utk hadir pd acara apapun apalagi silat (krn mrk berkepentingan thd kantong suara)..
Tapi, kalo cara2 biasa tsb belum mendptkan hasil juga (perhatian, dll), gunakan saja cara yg tdk biasa, seperti: unjuk rasa misalnya..
Pis ah..
May Lee
-
salam
kalau menurut saya pribadi rasa-rasanya segala hal yang telah ditempuh para pemerhati, penggemar dan pencinta silat, khususnya rekan-rekan di forum ini sudah tepat, tinggal kesabaran dalam menunggu hasilnya, ibarat menanam tumbuhan, tidak bisa jadi seketika, ada prosesnya, dan kadangkala memakan waktu yang tidak sedikit..
namun tentunya dengan kemajuan keilmuan dan teknologi, proses yang dulunya memakan waktu lebih lama bisa di percepat..
demikian pula dalam mengembangkan silat, dengan kemajuan ilmu dan teknologi sesuai disiplin kita masing-masing, tentunya dapt diterapkan agar silat dapat berkembang lebih pesat, baik dari segi politis, manajerial, marketing, IT, publikasi, dsb perlu direncanakan dengan baik, kompak dan komitmen tinggi..
mungkin perlu di share dengan rinci juga di sini.. rencana strategis dan program-program yang telah dicanangkan oleh pengurus Forum dalam mengembangkan silat, agar masing2 dari anggota forum dapat memberikan masukkan atau turut menyumbang tenaga, pikiran bahkan biaya jika memang diberi kelebihan..karena dengan segala keterbatasan yg dimiliki, banyak pula anggota forum yang sebenarnya ingin turut berpartisipasi terbentur dengan beberapa hal, seperti jarak, waktu, biaya, dll, ...karena.. seperti kita bersama ketahui, member forum ini sangat heterogen dan tersebar di seantero nusantara, sehingga sangat sulit untuk mengumpulkan semuanya sekaligus untuk duduk dalam suatu ruangan dan berdiskusi bersama membahas rencana2 strategis untuk memajukan silat di Indonesia khususnya..
jika memungkinkan mungkin moderator atau pimpinan forum bisa membuat thread khusus yang bunyinya .. Rencana Strategis dan Program FPSTI untuk mengembangkan silat di Indonesia..
demikian sumbang saran saya, kurang dan lebihnya mohon di maklumi
wassalam
-
sembilan-tuju..!!
-
Salam Rekans dan Seniors..
Ikutan nimbrung ya..
Nanya dulu nih..sebenarnya tujuannya apakah menarik orang-2x yg tidak belajar beladiri sama sekali
sehingga berminat belajar silat ato menarik orang-2x yg belajar beladiri asing utk belajar silat ?
Kayaknya strateginya beda antara kedua..
Kalo utk menarik orang-2x belajar beladiri lain utk belajar silat mungkin strateginya lebih jelas.
Kasih peragaan efektifnya tekhnik-2x silat di dalam kompetisi, beladiri utk petugas keamanan, dsb
mungkin udah cukup utk menarik minat.
Yang susah saya rasa gimana caranya narik minat orang yg gak belajar beladiri sama sekali.
Idealnya kan Silat itu sesuatu yg dipelajari seumur hidup ato jadi bagian dari hidup.
Sekarang minat utk belajar Silat mungkin berkurang karena perubahan keadaan.
Temen saya dulu belajar Karate rajin banget karena tinggalnya didaerah rawan di Medan.
Pas dia pindah ketempat lain yg lebih aman..dia jadi males latihan Karate.
Pas saya tanya kenapa berhenti ? Dia bilang udah tdk terlalu diperluin gak kayak waktu dulu lagi katanya.
Akhirnya doi beralih kemain bola dan tenis :)Walau mungkin pukulan tenis dan tendangan bolanya
banyak kebantu gara-2x dulu dia latihan Karate.
Mungkin Silat itu juga musti dipromosikan juga hal-2x lain yg bermanfaat dari latihan Silat.
Ilmu beladiri hasil dari latihan silat itu udah tentu..cuman kalau orang-2x kurang melihat itu
sesuatu yg mereka perlukan, akhirnya jadi mereka kurang minat belajar.
Gimana kalau yg dipromosikan selain beladirinya adalah manfaat utk kesehatan, manfaat utk gerakan motorik bagi
anak-2x yg menderita autisme, membantu konsetrasi, manfaat utk kecerdasan karena Silat dapat membantu orang membaca
situasi, manfaat silat utk menurunkan stress, dsb, dsb ?
Mungkin pintu masuknya dari situ..setelah mereka masuk kedalam Silat minat mereka barangkali
berkembang utk memperdalam silat ?
Ya cuman ide aja sih..mohon maaf kalo salah dan dikoreksi.
Terima kasih.
Wasalam,
Faiz
-
Salam rekan semua. Permisi ikut nimbrung.
Pendapat pribadi.
Barangkali kalau sasarannya pecinta beladiri lain, tentu nggak lah ya, kan sesama saudara.
Sasaran umum "mengangkat" pencaksilat, adalah agar makin banyak masyarakat dari semua kalangan, berlatih dan mendukung pencaksilat, termasuk pemerintah. Kemudian secara internal, perguruan dan guru2/pelatih makin "makmur" sejahtera.
Yang "dijual" adalah aspek2 dalam pencaksilat. Target/sasaran kegiatan adalah internal dan eksternal.
Diskusi internal satu perguruan tentu bertujuan dan bergun untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi, menerima masukan dari narasumber tamu, membicarakan pilihan2 solusi perguruan dsb.
Diskusi lintas perguruan berguna u saling memahami, menerima masukan dari yg lain, mencari solusi atas masalah bersama, dan meningkatkan silaturahmi.
Diskusi dgn masyarakat umum yg diharapkan menjadi peserta latihan, tentu bercorak melalui pendekatan kebutuhan aktual kelompok sasaran.
Diskusi dgn pemerintah selaku pemegang otoritas pendanaan, tentu dengan cara pendekatan beda lagi.
Diskusi adalah salahsatu cara.
Perlu cara dan persiapan materi masing2, u pendekatan kepada kelompok2 sasaran.
Misal kepada kelompok yg mengutamakan pembinaan mental spiritual, kelompok yg memerlukan pencaksilat beladiri sbg penunjang kedinasan, kelompok yg perlu pencaksilat u kesehatan kebugaran dan beladiri praktis, kelompok pelajar, mahasiswa, calon atlit pesilat prestasi olahraga, prestasi seni dll.
Benar juga, dalam menarik kelompok "mapan", diatas 35 th untuk mulai ikut, bisa dimulai dgn senam kebugaran pencaksilat. Ujungnya, biasanya akan nuntut ikut latihan reguler.
Soal warna pakaian, kan ada kebebasan perguruan untuk menetapkan sendiri, bentuk dan warna pakaian latihan. Kalau di arena IPSI/PERSILAT memang disepakati hitam-hitam.
Karena permasalahannya memang luas, tentu thread ini bisa menerima masukan apa aja.
Sumangga dilanjut....
Salam.
-
kalau boleh kasih masukan..
PERTAMA..
ada baiknya kita membandingkan dari sisi marketing beladiri yang paling terkenal saat ini, spt MMA, Aikido, BJJ.
Patut di survey, dibagian mana sih yang membuat mereka tertarik?
Dari analisa sisi awam saya pribadi sih:
1. MMA dan BJJ selalu memperlihatkan efektifitas gerakannya dan mempromosikan diri bahwa seperti ini lho real fight itu.
2. Aikido.. terlihat tanpa tenaga, indah, efektif (terutama ttg keroyokan). Jadi terasa seperti bisa digunakan sehari2 (real fight)..pdhl kl dipake sehari2 gak akan seindah itu. contoh aikido tomiki-ryu yang melakukan komite aikido. Asli kl nonton kumite/pertandingannya jg gak sebagus pertunjukan aikido lainnya.
PERTAMA..
Kl dilihat dari irisan diagram venn-nya, maka yang terpenting adalah keefektifan gerakan beladiri tersebut.
Apakah silat tradisional itu efektif? TENTU BGT
Apakah dipromosikan/ditunjukkan keefektifannya? Gak juga..
Contoh aliran tradisional yg promosi kefektifan-silatnya bagus (ambil sample dari film2 youtube):
1. Silat Suffian Brunei Darussalam (plg bgs film2nya)
2. Silat Harimau (lht video2 clip erik kruk-nya Beringin Sakti atau pun De Bordes)
3. Mande Muda (clip2 Alm Bpk Herman Suwanda dan adiknya Bpk.Bambang Suwanda keren bgt. Gak bikin bosen nontonnya).
*Catatan:urutan tidak menunjukkan tingkatan bagusnya.
Lalu, apakah banyak silat tradisional di indonesia mempromosikan keefektifan gerakannya?
Promosi hrs continue dan frekuensinya tinggi agar pesan yang disampaikannya efektif.
Promosi keefektifan gerakan perlu, mengingat image silat sdh tenggelam dengan image ilmu gaib-nya.
KEDUA..
Orang indonesia itu (termasuk anak mudanya) luar negri minded.
Sdh rahasia umum produk2 made-in indonesia di export ke LN (inggris, jepang, dll) hny untuk dicap made in UK, Made In Japan, dll .. yang kemudian dijual kembali ke indonesia dengan harga jauh lebih tinggi.
Berapa banyak org indonesia bangga 1/2 mati pernah keluar negri padahal disana hny jadi buruh kasar.
Nahhh .. kl banyak guru silat yg setiap week end bs melatih di LN (spt Maul Maroni, yg dlm 1 thn hrs mengunjungi 48 negara yg berbeda utk melatih silat sufian Brunei-nya), pasti banyak yg ngiler (soalnya gak jadi buruh kasar yg diinjek2 ama majikan, tp disanjung2 bak tamu terhormat).
KETIGA..
Berkaitan dengan yg kedua, jika sering melatih ke LN .. insya Allah lebih makmur.
Berarti silat dpt menjadi mata pencaharian utama. ;D
KE EMPAT...
meminta spy Silat Tradisional Beksi H Hasbulloh membuka rahasia 'marketingnya'.
Bayangin, dlm sisi bisnis ST Beksi H Hasbulloh itu sdh seperti McDonaldsnya pencak silat tradisional.Nyaris tiap bulan buka cabang..gimana gak bikin 4 jempol naik tuh? [top] [top] [top] [top]
Patut dikorek nih marketingnya.
-
Salam..
@Mas Humdee..memang contoh yg ditulis benar. Kalau saya liat Ketiga aliran itu popular diluar..tapi *ada tapinya*:) popularnya dilingkungan/populasi tertentu Mas.
Popularnya dikalangan praktisi beladiri dan itu juga subset dari praktisi beladiri yg umum. Bukan kalangan mainstream ato umum popularnya.
Kalo tanya sama lingkungan praktisi beladiri spt kali/eskrima ato kuntau banyak yg pernah dengar ttg. Pak Herman, Maul Mornie, dan Eric Kruk..
cuman kalo ditanya kalangan umum praktisi beladiri banyak yg enggak tau ttg. Silat. Apalagi kalangan bukan praktisi beladiri..banyak yg gak tau.
Saya masih kepikiran tujuan mempopulerkan Silat itu sasarannya apa ? Soalnya beda populasi beda strateginya. Produk dipasarin kan dirancang sesuai dgn target yg mereka tujukan. Sama aja kayak silat mungkin..Misalnya kalangan profesional ato ibu-2x rumah tangga umumnya kayaknya bakal susah nemuin waktu ato berminat utk belajar tekhnik silat bertahun-2x utk supaya bisa beladiri. Kakek-2x ato nenek-2x yg ingin belajar silat kayaknya susah latihan spt. murid yg masih muda, saya rasa mereka umumnya ingin belajar utk kesehatan. Maka itu kali Taichi sangat popular dikalangan orang-2x lansia..aspek beladirinya dikurangkan fokusnya dan aspek kesehatannya ditekankan. Tapi sisi negatifnya lama kelamaan aspek beladirinya susah nemuin guru yg masih mengertinya.
Segini dulu deh..mohon maaf dan tolong dikoreksi kalau salah.
Wasalam,
Faiz
-
mulai dr diri sendiri,...mencintai silat saja tdk cukup hrs ada gerak nyata yaitu latihan silat dengan tekun,mengembangkanya semaksimal mungkin , membuka diri terhadap kemajuan zaman,..karena silat bukan hnya kegiatan fisik tetapi meliputi pikiran dan rasa......menjadi perguruan yg profisional dan menjadi pesilat yang profisional....(baik dr manajemen,sdm,keilmuan,dll)..
-
betul mas Godam...hehehhe jadi kepikiran juga sasaran dan tujuan mempopulerkan silat itu sendiri. Waktu kita ketemuan, banyak diantara kita yg menyebutkan "jadikan pencak silat tuan rumah di negeri sendiri...." wah berarti udah parah dong, soalnya jadi tuan rumah aja kita udah gak tau ama status sendiri....ketika saya pilih kata "mengangkat" karena yang terlintas dipikiran pencak silat itu sudah jatuh sendiri....hehhehe mungkin rada kasar ya....tapi ya emang kayak begitu....
-
Ungkapan "mengangkat" sdh tepat. Dimaksud meningkatkan ke tataran lebih tinggi. Kalau ketinggian jg tidak mengapa, dirumah sendiri inih!..hehehehe
Ukuran publik untuk menilai derajat pencaksilat, diantaranya cukup simpel:
1. Berapa kontribusi medali dlm multievent antarbangsa?
Paling atas hrs ada perbaikan pada pengelolaan pelatnas. Berikutnya pada perguruan yg harus menyiapkan atlit, dsb-dst.
2. Sejauh mana beladiri pencaksilat digunakan dengan penuh kebanggaan dan penuh percaya diri oleh pasukan pertahanan dan keamanan negara kita?
Ketika prajurit kita lebih menonjolkan beladiri impor, apakah berarti mereka latah dan melupakan sumber kekuatan sendiri? Saya rasa tidak! Nyawapun siap dikorbankan demi untuk menjaga kehormatan bangsa dan negara.
Publik akan menilai, perguruan pencaksilat kurang sungguh2 menyiapkan paket beladiri penunjang kedinasan, termasuk pelatih2nya. Ekstrimnya publik akan menilai, pencaksilat memang tdk punya kemampuan untuk itu.
3. Massa pesilat kurang massiv melakukan kegiatan di ruang publik. Bisa berbentuk latihan satu perguruan, bisa latihan bersama antar perguruan, bisa senam kebugaran pencaksilat. Bisa juga intensitas penampilan seni pencaksilat pada acara2 publik.
Tentu hal diatas merupakan sebagian kecil masalah yg bisa diperbaiki/ditingkatkan secara nyata.
Kalau komunitas pencaksilat bisa terkesan greget dan "meriah", maka masyarakat yg "floating mass" akan datang sendiri.....anut grubyug.
Untuk sampai ketitik itu, upaya internal komunitas pencaksilat berperan dominan.
-
benar apa yg dikatakan @mas suprapto....tetapi selain semua itu biasanya kita juga kebentur soal dana...bukan ujung ujungnya duit tetapi itu kenyataan masalah pendanaan ini menjadi sangat penting..saya yakin kalu kita datagin satu persatu perguruan dlm masalh keilmuan dan teknis pengajaran mereka tentunya sdh jago2....kelemahan langsung bisa kita liat sang guru yg ekonominya masih kurang dll ini jd kendala tersendiri...artinya otomatis setiap perguruan yg ekonominya masih di bawah kemampuan boro mikirin untuk promosi untuk makan klg saja berat...."dulu pernah ada bantuan dr koni untuk tingkat kabupaten setiap perguruan mendapatkan dana untuk pembelian alt lltaihan..he he he tetapi susahnya minta ampun untuk ngambil dana itu blm kepotong ini dan itu..." saat ini perguruan silat yg ada tetep solit walu mereka tdk berjubel massa..(khususnya yg tradisioanl/di daerah..) untuk mengangkat nama perguruan tentu saja tdk cukup ilmu yg hebat dan lengkap banyak hal yg di perlukan dr sdm,dana, dll....dan terutama IPSI sebagai wadah resmi...haruslah bisa membuat gebrakan2 jurus yg ampuh untuk mengankat silat kita ini....dan terakhir pada pemerintah.... kalu kita liat di negara2 yg maju beladirinya rata2 mendapat dukungan penuh dr negaranya...di indonesia....??? :w maaf kalu disini saya mengambing hitamkan ipsi dan pemerintah....bukan inikewajiban mereka juga melestariakan,mengangkat silat indonesia...kecuali pemerintah,ipsi dengan jujur ngaku tdk mampu ngurus silat....itu lain masalahnya
-
Ya betul mas Dewa Indra.
Mau tdk ngomongin IPSI, ya naif. Krn memang IPSI mengkoordinasi kegiatan pencaksilat.
Masalahnya bukan hanya di PB. Masalah dana di daerah juga krusial. Mau memberangkatkan tim ke Kejurnas apalagi kegiatan seni pencaksilat, sdh sangat kerepotan, meski akomodasi gratis. Tapi biaya pelatda, transport dll cukup besar. Ya semampu mampunya pengurus perguruan yg ditunjuk jadi pengurus IPSI.
Trend mulai skrg kedepan, dana KONI/KONIDA makin menyusut. Dana pembinaan ada di Dinas2 di PEMDA.
Makanya gerakan PB IPSI adalah menyebar even pencaksilat ke daerah.
Kejurnas Pencaksilat 13-20 Mei 2010 di Surabaya, kerjasama dgn Pemda JATIM. Kejuaraan Dunia desember 2010 di Samarinda kerjabareng dgn Pemda KALTIM. 8 windu IPSI, dgn acara utama Perhelatan Akbar pencaksilat Tradisional, di Solo, kerjabareng dgn Pemkot Solo dan Pemda Jateng, kerjasama2 Kejuaraan Pelajar/Mhs, PPLP, Eskul/Mulok dsb-dst.
Bertujuan STRATEGIS sedikit demi sedikit melibatkan pendanaan Pemerintah Pusat dan Pemda.
Sehingga harapan agar pemerintah BERPERAN UTAMA dalam pendanaan pembinaan pencaksilat budaya bangsa, cepat terwujud.
Harus dimaklumi, meskipun , gubernur, bupati dan walikota ok, Pemda musti menyusun anggaran yg harus mendapat persetujuan DPRD setempat. Perlu tahapan, perlu bukti manfaat, perlu dukungan nyata dari masyarakat pencaksilat sendiri.
Adapun Pemda DKI hrs siapkan dana ekstra sbg tuan rumah SEAGAMES 2011, Pemda RIAU repot dgn penyelenggaraan PON 2012, Pemda JABAR harus menyiapkan dana besar2an dalam bbrp tahun anggaran, untuk menyiapkan infrastruktur dan biaya penyelenggaraan PON 2016. Tentu daerah lain lebih berpeluang di kilik2 membina pencaksilat.
Kalau ada percontohan di suatu daerah, Pemda menganggarkan dana untuk kegiatan pengembangan dan pelestarian pencaksilat, tentu IPSI akan mendorong Pemda lain berbuat serupa.
Harapan lain tentu saja, kontribusi dana pribadi para pengurus IPSI untuk kegiatan pencaksilat, bisa berkurang, sbg pelengkap saja, bukan utama. Hehehehe.
-
salam
kata kuncinya cuma: SOSIALISASI
kalo memang ga didukung siapa2, setidaknya kita mulai dari diri sendiri dan grup kita sendiri, misalnya tiap ada event, hadir memperkenalkan silat...hal lainnya adalah jangan hanya silat sport yg ditampilkan, karena maap ini sy ngomong kenyataan. silat sport dimata beladiri impor itu ga dianggap....
mulai tampilkan isi atau real self defense dari silat itu sendiri dan juga teknik2 aplikatif baik tangan kosong maupun senjata..jangan hanya jurus dan seni melulu....
sekali2 ada kalanya harus berani mengambil tindakan terhadap pebeladiri nonsilat yg sudah kelewatan dan kurang ajar.....
-
Ya memang begitulah klo mau "mengangkat" pencaksilat.
Ada yg tertarik pada aspek keampuhan beladiri/self defence, ada yg memperhatikan aspek sport, ada yg tertarik untuk kesehatan/penyembuhan/kebugaran, ada yg ingin bantu karena aspek seni tradisinya, ada yg tertarik agar anaknya seimbang fisik dan mentalnya, ada yg gelisah ingin "menyadarkan" pemerintah, ada yg prihatin tentang manajemen keilmuan dan manajemen organisasi/perguruan, ada yg gelisah betapa keilmuan yg ampuh "hanya" ditularkan/dikembangkan nyaris dgn cara kursus privat, ada yg berdiskusi, ada yg ingin merobah kemandegan dgn membentuk kelompok2 kecil, ada yg ingin mulai dari diri sendiri dan club/perguruannya, ada yg gelisah tapi jg tdk tahu mau usul solusi yg bgmn.
Kalau semua simultan bergerak nyata sesuai kemampuan dan kesempatan masing masing, niscaya pencaksilat akan maju jua.
-
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Ane bilang juga ape... masalah konsep mah kita udah kagak ada tandingannya dah!!! Visi PSSI 2020 untuk menembus Piala Dunia 2018 dan Olimpiade 2020 sudah dilengkapi dengan konsep dan program kerja yang ruarrr biasa comprehensivenya... realistis atau nggak, terserah anda... :P
ehhh maap oot nggak ya :-\
Kenapa kita nggak belajar langsung dari daerah2 yang sampai saat ini masih berhasil mempertahankan pencak silat sebagai budaya luhur yang menyemarakan keseharian masyarakat dan menjadi sendi kehidupan dalam pembinaan anak bangsa. Salah satu daerah yang bisa dijadikan sumber pembelajaran adalah Tanah Datar, Sumatra Barat dengan slogannya Surau - Sholat - Silek. Bang Suporter mungkin bisa memberikan gambaran, ada apa dengan pencak silat di sana... [top] [[run2]] [[run2]] [[run2]]
Wassalam,
TP
-
Kalau silek, pencak,maenpoo, maen pukulan, kuntulan, kontoan sudah menyatu dalam acara seni tradisi masyarakat, tentu lain lain masalah dibanding daerah lain yg memang tdk ada tradisi pencaksilat.
-
guru/pewaris/paguron/perguruan secra maksimal sudah banyak yg dilakukan untu terus mengembangkan silat danmelestarikannya...saya menhargaibetul jasa2 mereka...itu upaya dan daya dari mereka yg sdh mereka persembahkan bagi kelangsungan silat...pengorbanan apa lagi yg harus mereka korbankan semua sdh habis di silat, harta,klg,tenaga,pikiran..semua sdh di curahkan oleh guru2 kita...itulah upaya mereka terus melestarkian atau dlm diskusi ini MENGANGKAT silat....sekarang siap yang mau meneruska perjuangan beliau2 ini...?????? ayo siapa....miris dan sedih ketika kita menyadari perjuangan mereka tdk mendapat perhatian dr pemerintaha,ipsi atau apa sajalah... mereka tdk menyalahkan pemerintah,ipsi,atau lembaga yg berwenang....tidak mereka tetep mengembangkan ,mengajarkan silat walu hanya ada satu murid di depan mereka...!!!! di diskusi ini terkumpul orang2 pintar mungkin ada orang pemerintah,ipsi atau pengusaha.....silahkan dipikir dan di rasakan siapa yang harus mengankat silat ini......apa harus sampai mengemis belas kasih pemerintah...? haruskan ngemis minta di perhatikan dan diangakat sebagai anggota ipsi..krn muridnya hanya segelintir orang...???? harusnya judul dr diskusi ini "kapan pemerintah (ipsi) mengangkat kembali kejayaan pencak silat...??? bukan pertanyaan ini di tujukan pada guru/paguron.....mereka sudah maksimal,mereka sdh berupaya......he he he he kalah kata ujung ujungnya ya kalian harus berusaha sendiri,mandiri jangan tergantung pada pemerintah....bah...!!! buset dah gila kali kau...
-
Ya mas Dewaindra.
Tidak cukup hanya miris dan sedih melihat keadaan yg BELUM IDEAL pada IPSI (kumpulan perguruan2 dan pengurus IPSI dibawahnya) maupun PEMERINTAH.
Harus ada aksi nyata dari IPSI dan komunitas pencaksilat untuk merobah presepsi pemerintah.
Harus ada partisipasi nyata dari anggota/perguruan agar IPSI bisa meningkatkan perannya.
Banyak anggota yg menuntut banyak pada IPSI, tapi giliran ditunjuk menjadi pengurus, malah undur diri.
Hal sensitip yg mas Dewaindra katakan, memang menyebabkan banyak para pengurus IPSI kapok memberi masukan masalah internal perguruan, baik pengelolaan keilmuan maupun organisasi.
Kalau ada himbauan agar semua pihak memulai dari diri sendiri meningkatkan apresiasi nyata terhadap pencaksilat, bukan berarti dihimbau KERJA SENDIRI, tetapi bersama sama secara simultan.
Sudah kodratnya, pesilat dalam pertempuran, kalau tertekan akan melejit menemukan peluang dan jalan keluar.
Mdh2an dalam mengangkat pencaksilat ke derajat yg lebih tinggi, kita akan mendapat petunjukNYA. Amiin.
-
Menyambung hal KONI/KONIDA, kedepan anggaran kegiatannya dalam kegiatan pembinaan dipangkas. Pindah ke Dispora dan DisDiknas.
Yang sudah2, anggaran KONIDA u atlit pencaksilat, sama dgn u atlit beladiri impor. Bahkan u pakaian tanding menuju PON, pakaian tanding atlit beladiri impor dibelikan yg ASLI Korea/Jepang, harga sejutaan/set, sedangkan pakaian tanding untuk pesilat, hitam-hitam, ASLI Indonesia, cukup 200 rb/set.
Bantuan rumah, bantuan dana dan tunjangan hari tua baru bisa untuk atlit dan pelatih berprestasi. Untuk para pendekar masih mentog, belum ketemu rumusannya di KEMENPORA. Harus dicari peluang ke Kementerian/Dinas lain.
Peluang tunjangan kepada para pendekar sepuh ada dibidang tunjangan budayawan tradisional. Masih digodog tim perumus, mudah2an masukan dari IPSI bisa masuk. Di daerah perlu perjuangan intensip, agar ada anggaran dari Dinas Kebudayaan u tunjangan ke pendekar, dan Dinas Pariwisata u kegiatan pencaksilat tradisional. Pertanggungjawaban pemakaian anggaran sangat ketat. Baik peruntukan, akuntansi, pajak dll.
Dibidang PELAYANAN KESEHATAN, ada jaminan perawatan oleh negara. Kebetulan di keluarga besar IPSI/pencaksilat ada tokoh yg berwenang di masalah ini. Sehingga perawatan medis (mis pendekar/pewaris Cimande Pamacan saat ini di RS Fatmawati) akan tertangani dengan baik. Tentu spontanitas sukarela komunitas SAHABAT SILAT dan keluarga besar IPSI akan sangat bermanfaat u biaya lain2.
Memang harus tekun dan sabar agar pemerintah mengambil peran utama. Sedikit sedikit sudah ada kemajuan. Bahkan kita mulai dituntut agar konsekwen. Misal dalam pelaksanaan Mulok di Cianjur dan Ekskul pilihan wajib di DKI, harus bisa dilaksanakan dengan baik oleh ribuan pelatih perguruan.
Ini akan menjadi tolok ukur bagi daerah lain.
Sedikit sedikit, lama lama menjadi bukit.....