Kabar baik mas Faiz, terima kasih.
Dalam MMA typical style memang harus dibuang jauh-jauh. Probelmnya reflek yg muncul saat kritis adalah tehnik bela diri yg paling dikuasainya (mis; silat, karate, kungfu, judo, taekwondo, gulat, tinju dll).
Perbedaan persepsi yg sudah mendarah daging bisa menimbulkan peluang sekaligus titik kritis antar petarung.
Pesilat handal yg menjatuhkan lawan di ground, sangat mungkin berhenti seper-sekian detik tanpa sadar. Moment itu semata-mata naluri alami yg terbentuk dlm even-even silat yg dijalani di waktu lampau.
Peluang seper-sekian detik sdh cukup bagi ground fighter berpengalaman untuk membuat pertahanan bahkan menyerang balik saat lawan blank.
Tidak heran melihat pesilat blunder menghadapi ground fighting style dlm MMA.
Kalau saja dia merubah mind set nya niscaya tdk kebingungan.
Apakah berdiri, merendah atau merapat ground, suma gaya bukan masalah. Yang perlu dilakukan; serang, serang dan serang. Jangan memberi kesempatan lawan menghindar, counter apalagi menyerang balik.
Caranya, ya latihan dg benar dan tekun sampai semua style mendarah daging.
Praktisi yg tehniknya sdh mendarah daging tidak memerlukan kuda-kuda atau sikap awal lagi. Setiap serangan tdk memiliki bentuk khusus lagi karena selalu menyesuaikan posisi lawan.