Forum > Seni dan Budaya Nusantara

Randai Minang Kabau, Jiwa dan Apresiasi silat dalam Tari

(1/1)

Bayu Umbara:
Salam Silat  :)
Dalam kesenian dan budaya minangkabau dikenal sebuah tarian yang sangat kental nuansa silat minangnya yaitu kesenian randai yang bahkan hari ini sudah merambah sampai ke manca negara,rata2 para pelaku kesenian randai adalah orang-orang yang mahir dalam bersilat, baik silat yang memakai dasar langkah 4 maupun langkah 9 tergantung daerahnya masing2,kesenian ini merupakan wujud apresiasi masyarakat minang terhadap seni dan silat yang merupakan akar dari budaya masyarakat minangkabau itu sendiri,
pada zaman dahulu masyarakat minang tidak bisa dilepaskan dari silat,karena setiap anak laki2 yang sudah baligh dan biasanya tidur disurau (musholla/langgar) setelah belajar mengaji akan diajarin silat oleh guru mengajinya begitulah yang terjadi turun temurun,pada zaman orang2 tua dahulu hampir semua orang bisa silat, ditambah karena kebiasaan orang minang pergi merantau,jadi sebelum merantau harus dibekali dulu dengan kepandaian bersilat baik lahir maupun batin,sehingga dalam mengapresiasi seni tari pun tidak terlepas dari gerakan2 silat, bahkan hampir semua tari minang dijiwai oleh gerakan2 dan langkah2 silat minang.walaupun pada hari ini kondisi tersebut sudah terjadi pergeseran nilai dalam memaknai jiwa pendekar silat dalam kultur masyarakat minang itu sendiri,mungkin hal ini tidak terlepas dari perkembangan zaman baik teknologi maupun informasi,sehingga kecintaan terhadap silat maupun seni randai dikalangan para pemuda minang sudah mulai terkikis,kesenian randai bahkan jiwa silat itu sendiri, hanya beberapa gelintir tertinggal didaerah2 tertentu dan pada kalangan masyarakat tertentu.
Padahal kalau kita melihat perjalanan sejarah Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang seiring dengan perjalanan sejarah silat diminangkabau itu sendiri.sangat disayangkan kalau suatu saat kesenian randai ini akan tercabut dari akar budaya masyarakat minang,bahkan mungkin seperti kesenian2 atau budaya2 indonesia lainnya yang akhirnya akan di klaim oleh orang lain sebagai budaya asli mereka,mungkin kalau sudah seperti itu baru terbuka mata kita secara bangsa.
 sedikit cerita mengenai Randai ini adalah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam sebuah kelompok, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, ambun pamenan, Anggun Nan Tongga, dan cerita2 rakyat diminang kabau lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada perayaan hari hari besar,
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.

Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan menggunakan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara.
Kehidupan budaya masyarakat minagkabau, dapat tercermin dari pertunjukkan Randai ini, baik dialog yang diucapkan yang penuh dengan pantun dan syair serta prosa liris yang berupa untaian bait yang masing-masing bait umumnya terdiri dari empat baris, dua baris berisi sampiran, sedangkan dua lainnya berisi maksud yang sebenarnya.
Dalam pertunjukkan Randai hal itu meskipun tidak terlalu ketat namun masih terasa bahwa mereka menyadari perlunya bait-bait tersebut untuk menjaga irama-irama pertunjukkan agar sesuai dengan gurindam dan dendang yang ada.

Randai pada awalnya adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut sebagai teater tradisi Minangkabau, walaupun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
Pertunjukkan Randai umumnya dilakukan di alam terbuka, dalam bentuk arena dan tidak memakai panggung. Rakyat penonton dan pertunjukkan menjadi satu. Pertunjukkan Randai tidak memakai dekor, dan tidak ada batas antara pemain, penonton dan pemain musik. sehingga terasa sangat akrab, mereka tahan menonton dari jam delapan malam sampai subuh pagi.
Randai tumbuh benar-benar dalam lingkungan masyarakat kebanyakan, karena dalam struktur masyarakat Minang tidak membedakan golongan dalam masyarakat yang ada. Randai sekaligus menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari. Sesuai dengan petatah-petitih Minangkabau yang berbunyi: ''Kesenian Minang Mambusek dari Bumi dan Manitik Dari langik''.
Demikian sahabat silat kisah tentang Seni Silat dalam bentuk galombang (Tari) yaitu Randai yang merupakan akar seni dalam bentuk silat diminangkabau,
mohon tambahan dan pencerahannya para sesepuh adat minang,kalau kurang tepat mohon dikoreksi,
wassalam
terima kasih

Bayu Umbara:
kalau ada yang tau tempat2 latihan randai minang dibandung maupun dikota2 lainnya,bisa share infonya disini [[peace2]] [[peace2]] [[peace2]]
Thanks
wassalam

Satria Naga:
Tahun 2007 saya sempat membuat Festival Pagaruyuang di Istano Basa Tanah Datar (bersama BUpati Tanah Datar) dan bekerjasama dengan beberapa Mahasiswa ASTI Pariaman, sempat diajari tari oleh mereka, dan mereka katakan semua gerak tari ini dilandasi oleh pencak silat...luar biasa ya..
Sayangnya modal sosial ini dibiarkan terbengkalai dan rapuh....lalu kita tergagap dan kehilangan jati diri di rimba informasi seperti sekarang ini...

salam

Bayu Umbara:
Betul sekali mas satria naga, pada hari kecintaan anak muda minang pada khususnya dan indonesia pada umumnya terhadap budaya mereka sendiri mulai terkikis dan menipis, digantikan dengan budaya2 import,kecintaan remaja sekarang terhadap silat minang sudah mulai langka ditengah masyarakat minang, yang ada beladiri2 import yang lebih digemari yang katanya lebih bergensi dan favorit,apalagi terhadap kesenian randai sekarang sudah jarang ditampilkan ditengah masyarakat minang sudah berganti band panggung musik atau organ tunggal,harusnya kita malu sama orang asing yang bahkan kesenian minang jadi salah satu kurikulum di perguruan tinggi mereka,bagaimana dengan kita sebagai tuan rumah..???
lama2 kita akan jadi tamu dirumah sendiri....
thanks mas satria naga [top] [top] [top]
salam

Bayu Umbara:
Berita dari blog tetangga sebelah:
Randai: Kesenian Minangkabau yang Jadi Kurikulum Wajib di Hawaii, AS
September 17, 2010
tags: Kesenian Minangkabau, Mak Katik, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto, Randai, Sayuti Dt. Rajo Pangulu
Randai, kesenian dari Minangkabau, Sumatera Barat menjadi kurikulum pelajaran wajib di Hawaii, Manoa, Amerika Serikat.

Randai adalah kesenian teater rakyat dari kelompok etnis Minangkabau yang menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama dan seni bela diri silat. Randai biasanya dilakukan untuk upacara tradisional dan festival.

Biasanya,  satu grup Randai berjumlah  14 sampai 25 orang pemain  yang membawakan lakon dari cerita rakyat,  seperti, Kati Alam, Samsudin, Siti Sabariah, Alam, Saedar Siti Janela, dan lain-lain.

Secara teknis, Randai merupakan perpaduan antara tari, musik dan teater. Keunikannya terletak pada bentuk penyajian dengan bentuk pola lingkaran. Kedekatan antara pemain dan penonton menjadikan Randai sangat akrab dengan masyarakat Minangkabau.

Randai biasanya dimainkan di halaman atau di lapangan, sehingga penonton yang mengelilingi pemain tampak menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam setiap penampilan, penonton boleh saja menyela dialog-dialog yang disampaikan pemain atau mungkin bersorak untuk memberikan gairah pemain, seperti halnya kesenian Lenong di Betawi.

Mata pelajaran Randai pernah menjadi kurikulum wajib di University of Hawaii tahun 2000-2001, kata Budayawan Sumbar, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto.

Musra yang akrab disapa “Mak Katik” itu pernah mengajar kesenian randai di universitas itu selama satu semester. Bahkan, pada Agustus 2011, dia kembali diundang ke Hawaii untuk mengajarkan randai.

Mak Katik pernah menampilkan randai dengan melibatkan mahasiswa asing dari delapan negara menjadi pemain, pemusik, dan pendendang untuk cerita “Umbuik Mudo” yang dialihbahasakan dari bahasa Minang ke bahasa Inggris.

Kesenian randai, kata Mak Katik yang juga disapa sebaga “Tuo Randai”, disukai dan dikagumi karena penuh dengan filosofi adat dan agama.

“Di balik dialog dan gerak silat, sarat filosofi adat dan agama yang menjadi dasar kehidupan,” katanya menegaskan.

Menurut dia, bila kesenian Minangkabau bisa menjadi kurikulum wajib di luar negeri, seharusnya di ranah sendiri juga demikian.

Karena tidak diprioritaskannya kurikulum budaya adat Minangkabau di Sumbar, lanjut dia, membuat peran ninik-mamak atau saudara seibu tidak lagi terasa.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Sayuti Dt. Rajo Pangulu mengatakan pihaknya akan kembali mencoba mengembalikan nilai-nilai adat dan budaya di tengah masyarakat yang mulai pudar.

Sumber: Antara, Wikipedia, Yopium

Navigation

[0] Message Index

Go to full version