Forum > Seni dan Budaya Nusantara

SULUK

(1/3) > >>

Jali Jengki:
Suluk di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh ajaran para penyebar dan pemimpin agama Islam (khususnya Jawa), yang notabene adala Waliyullah. Mereka adalah orang2 yang tekun mengamalkan dan mengajarkan Suluk (Tasawuf). Zaman itu adalah zaman ketika tasawuf menjadi ajaran pokok di setiap pesantren2 yang menjadi basis pergerakan para wali.

Suluk dipahami sebagai tembang (pupuh) yang berisi ajaran Tarekat, sedangkan Tarekat dipahami sebagai ajaran yang mengatur tata cara dzikir yang terikat dengan guru pertama yang mengajarkan metode itu.

Dalam perjalanannya, Suluk di tanah Jawa berkembang menjadi dua model: Tarekat dan Suluk. Tarekat kemudian diidentikkan dengan ajaran2 tasawuf yang ditulis dalam bentuk prosa, dan suluk diidentikan dengan ajaran2 tasawuf yang ditulis dalam bentuk pupuh dan kidung.




BANYU MAKRIFATING "RASA"

banyu suci, rasa mulia
ules-ulesing wesi, ligane alusing braja
satar putih arane
papangananing braja,
puji.
inum-inumaning braja,
majum
sesepahaning braja,
sebut
jajamuning braja,
sarining ngemperu
udud-ududaning braja,
wisa
padusaning braja,
toya saraban tahura
sandanganing braja,
birahi
kang angraksa sing duhur,
Jabaroil
kang angraksa sing sor,
Izroil
kang angraksa ing tengen,
Kiromang
kang angraksa ing kiwa,
Katibin
cupu manik kang ingesenan
rasa mulya, rasa tunggal
wekasing sih senen
saking banyu urip
ikilah kang den kaweruhi
syariateng braja iku badan
tarekateng braja iku napas
hakekateng braja iku nyawa
makrifateng braja iku banyu


"Tembang Suluk Pesisiran, Kitab tetamba Cirebon"


Dodol Buluk:
wah...wah...dalam neh pembahasannya...bang jali, ane pernah denger kalo suluk itu bisa juga diartikan suatu kegiatan kontemplasi secara berkala tiap bulan dalam waktu tertentu...adakah kaitannya dengan penjabaran awal tadi?


debuls

parewa:
Bang Jali,

Tolong terjemahan bebasnya dong..... ^:)^


Ranggalana:
Kalau di pedalangan suluk diartikan sebagai nyanyian puitis seorang dalang melukiskan suasana, misal ooong, bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon, kenya ilang wewadine, wadananira kumel kusem ilang rahnya para tani....ooooong...

Jali Jengki:

--- Quote from: Dodol Buluk on 09/01/2009 05:29 ---wah...wah...dalam neh pembahasannya...bang jali, ane pernah denger kalo suluk itu bisa juga diartikan suatu kegiatan kontemplasi secara berkala tiap bulan dalam waktu tertentu...adakah kaitannya dengan penjabaran awal tadi?


debuls

--- End quote ---

Kurang lebihnya begitu bang D'bulls, kategori itu telah dijalankan secara tarekat, yang berasal dari bahasa Arab Thoriq dengan bentuk femininnya Thoriqoh yang berarti metode, jalan, atau cara. Cuma bukan lagi dalam bentuk pupuh melainkan dengan melanggengkan zikir. Ali Fahmi menterjemahkan tarekat sebagai jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan Al Ghazali menterjemahkan sebagai perjalanan hati dengan alat pikir pada jalan ma'qulat (sesuat yang dapat diangan-angankan). Bila kedua pendapat ini disatukan, maka perjalanan hati dengan alat pikir untuk melanggengkan zikir kepada Allah Ta'ala agar menjadi jalan yang lurus dan kepada Allah, sehingga Allah Ta'ala dan Thoriq (orang yang mengamalkan tarekat) amat dekat. Salah satnya dengan berkontemplasi itu Bang D'bulls...


--- Quote from: parewa on 09/01/2009 09:37 ---Bang Jali,

Tolong terjemahan bebasnya dong..... ^:)^




--- End quote ---

Dalam suluk banyak memakai simbol2 untuk mengungkapkan sesuatu yang dianggap susah untuk diungkapkan secara jelas (sebagaimana ajaran tasawuf umumnya). Suluk di atas mengandung makna tentang metode penyucian rasa (hati) dalam pencapaian Makrifat, yang selanjutnya merupakan tamba atau obat. Banyu atau air merupakan simbol pembersihan dalam diri manusia (sebagian besar yg ada dalam tubuh manusia adalah air)...mudah2an saya tidak salah mengartikannya.

--- Quote from: Ranggalana on 10/01/2009 16:12 ---Kalau di pedalangan suluk diartikan sebagai nyanyian puitis seorang dalang melukiskan suasana, misal ooong, bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon, kenya ilang wewadine, wadananira kumel kusem ilang rahnya para tani....ooooong...



--- End quote ---

"nyanyian puitis" sang dalang itu bukankah termasuk pupuh ya Mas Bram?


Kurang lebihnya mohon maaf,

Tabe'

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version