Pewayangan Jawa menurut cerita dongeng tutur, dibuat oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang. Sekitar abad ke 9-10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu karena beliau pemuja Dewa Wisnu.
Pada waktu jaman Jenggala, Sri Suryawisesa berkuasa. Semasa berkuasa Sri Suryawisesa giat menyempurnakan bentuk wayang Purwa.konon setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pagelaran Wayang Purwa dengan Sri Suryawisesa sendiri bertindak sebagal dalangnya.
Setelah Sri Suryawisesa wafat, digantikan oleh puteranya yaitu Suryaamiluhur. Beliau memindahkan gambar wayang dari daun lontar hasil ciptaan moyangnya ke dalam kertas.
Saat jaman Majapahit wayang mulai disempurnakan dalam bentuk gulungan. Gulungan tersebut, bilamana akan dimainkan maka gulungan harus dibeber. Mungkin karena itu wayang ini disebut Wayang Beber
Pada masa Brawijaya terakhir mempunyai putra bernama Raden Sungging Prabangkara. Raden ini menyempurnakan wujud wayang Beber dengan cat. Pewarnaan dari wayang tersebut disesuaikan dengan kasta dan wujud tokoh dari tokoh-tokoh pewayangan itu, yaitu misalnya Raja, Kesatria, Pendeta, Dewa, Punakawan dan lain sebagainya.
Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit maka wayang beserta gamelannya diboyong ke Demak. Hal ini terjadi karena Sultan Demak, Syekh (syah) Alam Akbar atau Rd Fatah sangat menggemari seni kerawitan dan pertunjukan wayang.
Pada masa itu agama Islam sedang berjaya dan ada beberapa pemahaman gamelan dan wayang yang berbau agama Hindu mempunyai masalah khilafiyah dengan bentuk manusia dan patung menjadi berhala. Akhirnya tercipta wayang dalam wujud baru dengan menghilangkan wujud gambar manusia(gambar yang diharamkan). Hasil rembugan para Wali Songo, berhasil menciptakan bentuk baru dari Wayang Purwa dengan bahan kulit kerbau yang agak ditipiskan dengan wajah digambarkan miring, ukuran tangan di-buat lebih panjang dari ukuran tangan manusia, sehingga sampai dikaki.
Maka terjadilah perubahan yang besar-besaran. wayang menjadi bentuk yang baru, menggunakan layar hingga bayangannya saja bila dilihat dari sisi lain dari dalang, menggunakan pohon pisang untuk menancapkan wayang, palu untuk memukul kotak, menggunakan kotak untuk mengumpulkan wayang.
Pada jaman Sultan Trenggana, perwujudan wayang kulit semakin semarak. Bentuk-bentuk baku dari wayang mulai diciptakan. Misalnya bentuk mata, diperkenalkan dua macam gambaran mata yang mirip gabah padi atau mirip orang yang sedang mengantuk dan mata wayang yang berbentuk bundar terasuk penampilan wayang sebagian cat yang berwarna keemasan.
Pada waktu itu Susuhunan Ratu Tunggal dari Giri, berkenan menciptakan wayang jenis lain yaitu wayang Gedog, Gedog berarti kuda. Wayang Gedog adalah wayang yang menampilkan Panji Kudhawanengpati. Sunan Kudus alias Syekh Ja'far Ash-Shodiq menampilkan wayang Gedog di sekitar Istana sedang Sunan Bonang menampilkan diluar istana sebagai tontonan rakyat, yaitu menciptakan wayang Damarwulan. Cerita Damarwulan adalah cerita peristiwa kemelut kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Ratu Ayu Kencana Wungu, akibat pemberontakan Bupati Blambangan yang bernama Minak Jinggo.
Sunan Kudus juga menciptakan wayang Golek dari kayu. Lakon pakemnya diambil dari wayang Purwa dan diiringi dengan gamelan Slendro, tetapi hanya terdiri dari gong, kenong, ketuk, kendang, kecer dan rebab.
Sunan Kalijaga tidak ketinggalan juga, untuk menyemarakkan perkembangan seni pedalangan pada masa itu dengan menciptakan Topeng yang dibuat dari kayu. Pokok ceriteranya diambil dari pakem wayang Gedog yang akhirnya disebut dengan topeng Panji. Bentuk mata dari topeng tersebut dibuat mirip dengan wayang Purwa. Pada masa Kerajaan Mataram diperintah oleh Panembahan Senapati atau Sutawijaya, diadakan perbaikan bentuk wayang Purwa dan wayang Gedog. Wayang ditatah halus dan wayang Gedog dilengkapi dengan keris.
Wayang Purwa maupun Wayang Gedog diberi bahu dan tangan yang terpisah dan diberi tangkai. Pada masa pemerintahan Sultan Agung Anyakrawati.Pada masa beliau pula diciptakan beberapa tokoh raksasa yang sebelumnya tidak ada, antara lain Buto Cakil. Wajah mirip raksasa, biasa tampil dalam adegan Perang Kembang atau Perang Bambangan.
Lalu kemudian Wayang Wong dan Wayang Topeng.