Ketertarikan antropolog Indonesia dalam dunia silat memang belum banyak, setahu saya malah Pak Oong Maryono sendiri yang sudah menulis buku tentang silat, diterbitkan oleh Pustaka Pelajar Jogyakarta. Buku tersebut cukup memberikan informasi tentang dunia persilatan di Indonesia meskipun dalam konteks sekarang perlu dikaji lebih jauh, bagaimana konstelasinya dengan seni beladiri lain (dari luar). Dalam kata pengantarnya Pak Oong Maryono berterima kasih dengan Prof Dr Irwan Abdulah, seorang antropolog dari UGM yang mendorongnya untuk menulis buku tentang silat. Saya sendiri memang berkecimpung dalam disiplin antropologi, sekarang sedang menempuh studi S3 di UGM Jogyakarta. Silat memang tidak bisa lepas dari kultur suatu masyarakat, sehingga ketika di tanah Minang ada tradisi Merantau bagi kaum laki-laki, maka ilmu silat juga berkembang, meskipun tradisi Merantau di Minang tidak bisa terlepas dari beban budaya kaum laki-laki yang tidak mempunyai posisi di kampung halaman, sebagai akibat kuatnya nilai Matriarkhat dalam bentuk Ninik Mamak. Sama halnya dengan jatuh bangunnya kerajaan-kerajaan di Jawa, hal itu tentu saja diiringi dengan munculnya bentuk-bentuk seni beladiri dalam rangka sarana hegemoni kekuasaan.
Salam. Om Leo
Jogyakarta