Salam buat semua sahabat,
Yang relatif adalah tehnik tertinggi dalam esensi gerak fisik karena sifatnya kasus per kasus. Suatu tehnik yg hari ini dianggap terhebat bisa jadi besok sudah tdk hebat lagi sebab sudah muncul yg lebih hebat.
Analogi ini sejalan dg peribahasa: di atas gunung masih ada gunung.
Saya setuju dg pendapat mas Java...
Pada dasarnya seseorang nantinyah akan lebih suka dg apa yang dilatih tiap hari yang akan menjadi refleks pada praktisi yang bersangkutan.
Ada perbedaan antara Sparr (pertandingan) dan berkelahi beneran, Kalau yang banyak dilatih adalah nyolok mata, otomatis yang keluar dalam pertarungan ya teknik tersebut, dan saya percaya untuk semua pelatihan dalam beladiri Sport, bentuk2 teknik yang berbahaya banyak dieliminasi, mungkin tetap diajarkan tetapi dalam porsi yang kecil.
Contoh yang sering terlihat adalah di Tinju: Seorang praktisi tinju yang sering low blow (menyerang dibawah pinggang), mau tidak mau akan terbawa kebiasaan low blow tersebut dalam pertandingan, hal itu pelatih biasanya akan mengeliminasi low blow, dan akan menegur keras anak didiknya ketika melakukan hal tersebut dalam pelatihan.
Sepertinyah ini menjadi polemik tersendiri, banyak khasus, dimana ketika seorang yang terbiasa di ring kemudian dibawa ke real fight jadi kagok, bukan karena alasan nyali sajah, tetapi biasanya dalam aspek pertahanan, contoh masih pada tinju (supaya gampang dimengerti) dalam tinju pertahanan bagian bawah itu secara diatas kertas boleh dikatakan tidak ada, groin dll, dalam pertandingan tentunyah ga akan pernah terpikir untuk "dijaga", nah dalam real fight, dimana tanpa aturan tau2 maaf "pler" ditendang? nah loh!! masa mau bilang lawannyah curang?
Untuk saya pribadi saya lebih memperhatikan aspek olahraga dalam beladiri tangan kosong (karena masih juga naik ring buat tanding, banyak anggapan kalau masih bertanding ini levelnya masih level bawah, yah mungkin sajah sebagian pendapat itu bener, atau mungkin ini hanya pendapat saya?), meskipun yang saya pelajari saat ini kebanyakan berbentuk kuncian, saya tetap lebih prefer memakai teknik yang lebih sederhana, tetapi sama2 sulit untuk dilatih, yaitu tetap pukulan dan tendanganm karena pukulan dan tendangan bisa untuk semua jarak pertarungan, tinggal dimodifikasi memakai siku atau lutut untuk jarak rapat.
Kalau membicarakan jarak: panjang-menengah-rapat-clinch.
Masih bagi saya pribadi, dalam pertarungan setiap teknik dalam setiap jarak tersebut harus dikuasai, dan kecenderungan jarak awal pertarungan adalah jarak panjang, bagaimana bisa exist dan bisa mempercepat satu konflik pertarungan bila jarak panjang tidak bisa dikuasai. Seorang petarung yang baik harus dinamis, bisa memposisikan sebagai penyerang yang baik ataupun memposisikan sebagai bertarung bertahan yang baik pula.
Hal yang sederhana lebih mudah untuk dikuasai, Hal yang rumit membutuhkan waktu lama untuk menjadi sempurna...
Salam,
Hartcone