Tulisan asalnya ada di MILIS
http://www.mail-archive.com/silatbogor@yahoogroups.com/msg01814.htmlDear pendekar
Mungkin temen2 masing ingat mengenai 75 persen sekolah di DKI Jakarta
mengadakan Ektrakulikuler (ekskul) yang di tulis oleh sebuah situs
http://www.jakarta.go.id, dan sempat juga di posting dimilis ini.
tentunya berita yang diturunkan sekitar tahun 2005 ini akan membuat
semua pesilat bertanya-tanya, apakah benar berita ini bisa
dipertanggung jawabkan?. Nyatanya sebagian anggota milis tidak percaya
dengan berita tersebut.memang aneh dan luar biasa. Nampaknya
wartawannya salah tulis tuh 
Dipenghujung tahun 2006 berita inipun seolah diklarifikasi dan sebagai
ralatnya tentunya kita menjadi percaya. Nah menurut sumber yang bisa
dipercaya nih, bahwa sebenarnya bukanlah 75 persen tapi 75 sekolah
yang telah membina kegiatan ekskul silatnya.
Jadi menurut keterangan Bapak H. Suhaman yang menjabat sebagai Kepsek
SMU 8 Bukit Duri dan juga menjabat sebagai panitia penyelenggara
jurda pencak silat ke III th 2006 bahwa terdapat 75 sekolah yang aktif
membina pencak silat di lingkungan sekolah, total pesilat diperkirakan
antara 1800 2000 siswa/pesilat. Data ini diambil dari sekolah2
tersebut terutama yang mengikuti kegiatan Jurda antar pelajar ini yg
pada waktu itu yg ikut serta adalah sekitar 1055 pesilat dari (SMP
225 pesilat), ( SMU 570 pesilat) dan (SMK 254 pesilat).
Yang menarik dahulu bila kita berprestasi sebagai juara silat antar
pelajar maka tidak ada kelanjutannya, tapi pada tahun 2006 lalu
Pesilat pelajar ikut dalam kegiatan kejuaraan dilingkup Diknas se asia
tenggara yang di adakan di Malaysia, siapa yang menjadi juara umumnya
vietnam atau Malaysia
jawabannya adalah Indonesia sebagai Juara Umum.
Diknas walaupun sayup2 terdengar nampaknya cukup serius mengelola
ekskul silat ini, dengan di terbitkannya buku panduan dasar silat
kepada sekolah2 yang aktif membina pencak silat. Ujur Pak H. Margani
M. Mustar selaku kepala Dikmenti DKI Jakarta.
Nah, jadi kalau ada proposal pendirian silat di suatu sekolah ternyata
di tolak oleh guru Olahraga atau kepseknya, tinggal laporkan saja
kepada Dikmenti.
Tapi kita juga harus Intropeksi diri dahulu mengapa proposal kita di
tolak? Pada umunya sekolah memiliki aturan main, contohnya sering
sekali antara perguruan silat dengan sekolah tidak klop / kompak
sehingga terjadi bentrokan waktu belajar siswa dengan kegiatan ekskul,
umumnya di ekskul silat sering mengadakan acara di laur kota
(contohnya ujian kenaikan sabuk) di saat siswa harus belajar.
Sehingga hanya perguruan tertentu dengan program yang baik yang akan
diterima oleh pihak sekolah, tapi perlu di akui bahwa beberapa sekolah
memang menolak kegiatan pencak silat dengan alasan tertentu.
Oleh sebab itu FP2TS rasanya harus turun tangan, mengadakan kerjasama
dengan bapak2 Dikmenti, IPSI dan organisasi lainnya. Dan yang
disayangkan juga bahwa selama ini IPSI juga kurang dalam pendekatan
kepada Pihak sekolah dan juga pendekatan pada perguruan silat. Bahkan
dijaman keterbukaan seperti ini masih ada perguruan silat yang terlalu
menutup diri, sehingga pihak sekolahpun menjadi tidak berkenan, dan
satu hal bahwa belajar silat juga belajar bagaimana mengelola ego
sayangnya beberapa perguruan silat malah membuat pelajar berwatak
"Over Fanatic" kepada perguruan silatnya, kerena perguruan silat
menginginkan timbulnya loyalitas kepada perguruan tersebut.
Hal ini jarang terjadi terutama pada perguruan silat yang telah
memiliki organisasi yang baik dan memiliki program yang jelas.
Sehingga kepercayaan timbul dari keduanya ( sekolah dan perguruan
silat) tentunya Orang Tua pun ikut andil dalam mengijinkan anaknya
ikut ekskul silat.
Peranan IPSI sangat dibutuhkan krn pada usia sekolah ini jiwa
kompetisi seorang anak cukup tinggi, dan melalui kejuaraan antar
pelajar bakat ini akan diolah menjadi rasa percaya diri seorang
palajar karena mampu berprestasi baik dirinya maupun sekolah. Ini
menandakan bahwa perguruan silat yang siap mengadakan kegiatan ekskul
pencak silat disekolah adalah perguruan yang mampu mencetak juara2
dalam bidang ini, jadi jangan sampai kepercayaan sekolah dilukai
dengan tidak adanya program dalam bentuk prestasi.
Sedangkan perguruan lainnya banyak yang tidak tahan menghadapi krisis
mutidimensi saat ini. secercah harapan nampaknya mulai ada, tinggal
bagaimana kerjasama dan peningkatan link yang baik menjadi modal
dasarnya. Semoga perguruan silat yang tarafnya masih kecil dan
tradisional tidak angkuh dan perlu belajar mengelola pesilat di
lingkungan sekolah, krn bagaimanapun juga pendidikan dan proses
belajar di sekolah harus di utamakan dan kegiatan ekskul menjadi
pelajaran tambahan dalam proses pembinaan sosial dan olahraga.
Terima kasih
yy