Forum > Silat Diskusi Umum
Pencak Silat sebagai Olahraga Beladiri dan Seni Beladiri
HartCone:
Topik ini saya buat karena terinspirasi oleh tulisan Kang Iwan:
--- Quote from: Kang Iwan ---Orang yang menang dalam perkelahian adalah jago,
Orang yang menang perkelahian tanpa melukai lawan adalah ahli,
Orang yang memenangkan tanpa perkelahian dan menundukkan lawan tanpa melukai hatinya adalah bijak.
-adalah mudah mengalahkan seseorang dengan melukainya, namun sangatlah sulit mengalahkannya tanpa melukai dan menjaga martabatnya-
--- End quote ---
Empat aspek dalam Pencak Silat adalah, Olahraga-Kesehatan, Beladiri, Seni Budaya, dan Spiritual dan Filosofi.
Seni beladiri adalah satu bentuk yang diciptakan atau tercipta untuk memaksimalkan potensi yang ada pada manusia, untuk mempertahankan diri, untuk melindungi diri terhadap serangan secara fisikal pada eksistensi manusia itu sendiri, dengan kata lain seni beladiri adalah sesuatu yang pasif, bukan sesuatu yang aktif.
Dalam kenyataannya sifat manusia yang punya ego mungkin bisa menempatkan Seni Beladiri menjadi bergeser. Perebutan kekuasaan, keserakahan, ketamakan dan segala sifat buruk manusia pada akhirnya bisa menjadi kalimat aktif, tentunya dipakai kata yang lain untuk mewakilinyah dan itu berubah menjadi "Seni Berkelahi", Tanpa aturan, taktik dan strategi dll dimana menempatkan "Seni Berkelahi" menjadi sesuatu yang "lethal", sangat mematikan dan membunuh.
Hukum, kebudayaan, kemasyarakatan yang semakin santun kembali menempatkan "Seni Berkelahi" menjadi "Seni Beladiri", Hal yang brutal, bersifat menghancurkan "diubah" menjadi sesuatu yang beradab. perkembangan jaman pun menuntut satu bentuk lain dari "Seni Beladiri" menjadi "Olahraga Beladiri", kalau pada awal2nya dua orang yang bertemu dan menciptakan satu kesepakatan untuk "pembuktian" ya otomatis teken "kontrak mati", tapi itu semua jadi berubah, menjadi "pertandingan"
Yang menjadi pokok permasalahan, "Olahraga Beladiri" yang pertandingan malah sering dipojokkan menjadi sesuatu yang tidak ada apa2nya dan tumpul, dikatagorokan sebagai "level rendah" yang kalah total sama "Seni Berkelahi"
Lho? Bukankah seharusnya yang menang dalam perkelahian eh pertandingan tanpa melukai adalah ahli?
Pertandingan tentunya adalah ada aturan, begini dan begitu, tidak boleh ini dan tidak boleh itu dan bla-bla-bleh.
Tren dan kebiasaan manusia, kemenangan adalah kebanggaan, Cara termudah adalah segala yang diatur tadi pada akhirnya yang diperhatikan, menjadi hal yang dilatih setiap harinyah. dengan melupakan atau bahkan membuang bagian Seni Berkelahi-nya.
Kembali pada inti permasalahan, orang awam melihat "Olahlaga Bleadiri" tidak dapat dipisahkan dg "Seni Beladiri", sehingga ketika ada tuntutan pada "Olahraga Beladiri" tersebut menjadi "Seni Beladiri" yang sesungguhnyah, akhirnya malah bukan terlihat sebagai "Ahli" tapi terlihat menjadi kagok dan tumpul, bahkan mungkin dicap sebagai seni yang tidak berguna. Coba ajah tengok pembadingan2 antara "Seni Beladiri yang Dipertandingkan" dan "Seni Beladiri yang tidak Dipertandingkan"
Tulisan Kang Iwan, Orang yang menang perkelahian tanpa melukai lawan adalah ahli, ini mengajak kita semua utuk mengembalikan posisi "Seni Beladiri" secara utuh dimana hal yang terikat pada aturan, harusnya menjadi sesuatu yang "mempunyai tingkatan lebih" dari sesuatu yang tanpa aturan.
Demikian tulisan saya yang tidak sempurna ini, monggo dibahas lebih lanjut, Haruskah ada pemisahan antara "Olahraga Beladiri" dengan "Seni Beladiri"?? trimakasih....
Salam hormat,
HC
one:
hua ha ha ha ane jadi inspirator? gak salah tuh? :D
dengan segala kesantunan, ke "ahli"an yang saya maksud adalah permasalahan yang berakhir dengan perkelahian dengan penyelesaian tanpa melukai.
saya setuju banget dengan pertandingan yang menjadi penghalusan perkelahian, namun kalo boleh angkat bicara untuk suatu "pertandingan" saya sendiri beranggapan bahwa "aturan" yang disepakati adalah "harus" oleh kedua belah pihak. Jika ada ada aturan yang menguntungkan salah satu pihak, maka saya beranggapan bahwa "pertandingan" tersebut hanyalah untuk memenangkan perorangan yang terlatih untuk itu, dan merugikan dan batal dalam etika. Disebut pertandingan, itu karena adanya kesiapan, materi, pemahaman dan teknik yang secara umum sama dan diketahui. Meski sama-sama pelari, saya rasa adalah salah mempertandingkan seorang sprinter dengan pelari marathon dalam arena 100 meter. Begitu juga dengan bela diri. Kalau tak biasa dengan aturan yang dikeluarkan IPSI (misalnya...) ya gak usah maksain ikut. Toh kalo udah kadung puluhan taon cuma latihan mukul ama miting (benjang misalnya...), akan jadi mubazir. Gak jadi jelek kok gak masuk ke sesuatu yang gak kita tahu dan bisa.
Sebetulnya banyak pertandingan yang telah terjadi pada silat, contoh: Mama Ibrahim vs Mama Sabandar....berakhir seri he he he :D :D
Saya mah yang masih rada oon ini, cuma bisa bilang. sebelum ke atas musti lewatin bawah dan tengah. Kalau mo jadi ahli ya seenggaknya lewatin level gak tahu, tahu, paham, ngerti, bisa, terampil, mahir, ahli, ame cinta trus...mati deh :D. Jangan kayak saya yang levelnya oon mulu
salam,
One
(pendekar pilih tanding, kalo tanding milih yang gak jago)
Antara:
Akhirnya bisa online... hidup wifi... :-*
Ada yang tau alamat Pak O'ong di Bangkok?
***
Ini cuma pendapat peribadi ya?
Bagi saya, ilmu berkelahi sama saja dengan hal-hal lain yang ada di muka bumi ini. Ia adalah sebuah alat yang meskipun pada awalnya dibuat untuk satu tujuan tertentu, namun belakangan dapat pula digunakan untuk hal yang lain.
Ada orang yang menggunakan ilmu berkelahi sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu alat berkelahi secara efektif. Ada yang menggunakannya sebagai alat membina kesehatan. Ada yang menggunakannya sebagai alat membina rohani.
Saya sendiri menggunakannya sebagai alat pengisi hari saptu... :-P
Saya melihat pendekatan yang berbeda itu bukan sebagai masalah, tapi semata-mata adalah perbedaan isi kepala dan kepercayaan manusia, yang sudah fitrah adanya.
Apabila muncul orang yang membanding-bandingkan, maka it is their problem. Sama seperti orang yang merasa diri lebih mulia karena dia berkulit putih... dia-lah yang sebenarnya bermasalah, bukan orang-orang yang dilahirkan berkulit hitam.
Yang penting adalah kita menyadari kelebihan dan kekurangan pendekatan kita masing-masing. Bila memang ingin jadi penari, yang belajar ilmu berkelahi sebagai ilmu gerakan indah, maka sadarilah bahwa pertarungan sebenarnya adalah keras dan kejam. Sebaliknya, bila jadi petarung yang tangguh, maka sadarilah bahwa ada sisi yang indah dalam ilmu berkelahi.
Sejauh ilmu berkelahi itu membawa manfaat sesuai keinginan praktisinya, maka tuntaslah tugasnya sebagai alat dalam kehidupan manusia.
Bertahun waktu lalu saya ngobrol dengan pelatih Tae Kwon-Do nasional, Mas Yoyok, di Jogja. Dia tahu pasti bahwa yang dia ajarkan pada murid-muridnya adalah ilmu olahraga, bukan ilmu berkelahi yang sebenarnya. Tapi dengan ilmu ini, dia berhasil mengangkat beberapa pemuda berandalan menjadi orang bertanggung jawab dan mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di kancah internasional. Seandainya tidak menemukan harga diri melalui olahraga Tae Kwon-Do ini, mungkin sekali para pemuda tersebut akan berakhir sebagai korban pembunuhan di daerah kumuh di Jogja.
Jadi keduanya bermanpaat.
Demikian ... sekarang pamit lagi dulu yaaa.... :'(
HartCone:
Kang Iwan,
huehuehue... masa ane salah cari inspirator? enggak lah...
pokok'e matur sembah nuwun ingkang sanget sudah nambahi tulisan disini...
apalagi ttg: tahapan dari bawah, ke tengah terus ke atas...
Kang Antara,
yep, satu pandangan yang bagus,
"Apabila muncul orang yang membanding-bandingkan, maka it is their problem."
Manusia yang mau maju tentunya tidak akan cepat berpuas diri, tapi punya visi kedepan, tahapan yang harus dilalui dan cita2 luhur, apalagi kalau melihat sejarah tokoh2 panutan, untuk itulah semangat mengejar sesuatu yang tinggi itu perlu, bila tidak ada hitam tentu orang tidak akan kenal putih, bila tidak ada siang tentunya orang tidak akan kenal malam, itu adalah pembandingan yang ekstrem, tapi tidak seperti demikian yang akan kita bahas disini, kalau demikian apa bedanya dengan orang yang hanya tau hitam dan putih saja, disini kita membicarakan tahapan dalam MA yang harus dilalui seperti yang udah ditulis Kang Iwan: "Kalau mo jadi ahli ya seenggaknya lewatin level gak tahu, tahu, paham, ngerti, bisa, terampil, mahir, ahli, ame cinta trus...mati deh"
Seni berkelahi adalah satu hal yang masih mentah, yaitu cara pembelaan diri manusia secara fisik sajah tanpa aturan, segala sesuatu halal, apalagi yang kotor, curang dan licik, semakin brutal semakin bagus, kalau dibuat dalam bentuk jamak dan melibatkan orang banyak jadi "Seni Perang", apapun dilakukan dg teknologi persenjataan dll. Karena dikalukan oleh masyarakat yang bervariasi dan berbeda2 dengan kebudayaan dan seni masing2 maka boleh dibilang Aspek Seni dan Budaya, Satu tingkat lebih tinggi lagi adalah memasukkan unsur Spiritual dan Filosofi, nah ini juga membatasi keadaan manusia, bukan karena terpaksa karena aturan orang kedua dg perjanian dll atau yang sudah dibuat oleh pihak ketiga, tapi karena kesadaran akan sesuatu Yang Lebih Tinggi, disini yang membatasi adalah secara kesadaran akan diri sendiri.
Perkembangannya adalah “Olahraga Beladiri”, pengen sehat-pun bisa berlatih berladiri, didalamnya ada satu tiruan pertarungan sebenarnya yang disebut “pertandingan”, ini satu bentukan yang diatur oleh perjanjian yang melibatkan pihak kedua dan pihak ketiga, keselamatan menjadi sangat penting, walaupun toh ada ajah yang masih namanya kecelakaan sampe meninggal dunia, sportifitas, ini yang disebut sebagai Seni Beladiri.
Pendekatan yang berbeda:
Pemikiran lain dari “Olahraga Beladiri” adalah karena adanya aturan yang sudah dibuat, oleh sebab itu ga ada salahnyah bila yang diatur tadi justru yang dimatangkan dan mendapat perhatian yang lebih, sehingga sebenarnyah Olahraga Beladiri bisa sajah menjadi satu bentuk yang lepas jika begitu banyak hal dari Seni Beladiri secara utuh yang dianggap berbahaya di buang dan dianggap tidak perlu diajarkan.
Yah ini memang satu hal yang wajar dan tidak bisa disalahkan, en toh sesuai dg perkembangan jaman.
Kalau Kang Antara menulis: “Jadi keduanya bermanpaat”
ya memang sih, tetapi bagi orang yang tau, (“Mas Yoyok, di Jogja. Dia tahu pasti bahwa yang dia ajarkan pada murid-muridnya adalah ilmu olahraga, bukan ilmu berkelahi yang sebenarnya.”) tentunya mengambil jalan yang lain, yaitu mengembalikan apa yang menjadi keharusan inti Seni Beladiri itu sendiri, tentunya yang menjadi landasan adalah sesuatu yang sudah dipikirkan oleh para pendahulu kita dengan memasukkan 4 Aspek yang sudah ditulis diatas: "Olahraga-Kesehatan, Beladiri, Seni Budaya, dan Spiritual dan Filosofi." , Jadi lengkap gitu lohh....
Jadi cita2 dan visi Seniman Beladiri sejati adalah Seni Beladiri komplit, sesuai harapan dari ke-4 Aspek dalam Pencak Silat, mempunyai ilmu berkelahi, bisa olahraga beladiri, melestarikan seni dan budaya, terakhir adalah punya spiritual dan falsafah yang tinggi...
Demikian, kalau ada salah kata mohon direvisi...
Salam,
HC
*hehe kegedean empyak, kemuluken... :P
one:
mas HC (bukan HC Anderson), emang TOP dah 8)
Tulisannya gak ada yang salah (karena emang gak ada tip ex-an), Cuma beda pendapat doang he he he
Seni berkelahi adalah bukan hal yang mentah, karena apabila kita berhadapan dengan kata "seni / art" maka telah ada sesuatu yang kompleks. Namun jika "berkelahi" itu mungkin sesuatu yang masih bisa disebut mentah. Jika kita dengar orang berkelahi lalu kita bertanya apa yang terjadi dan dijawab "si anu berantem lawan si fulan". Trus kita tanya,"berantemnya gimana?" jika jawabannya"tonjok-tonjokan..." maka kita akan mendapatkan satu kesimpulan bahwa berantemnya tersebut memiliki tingkatan "hanya" sampai saling tonjok, dan itu adalah hal yang mentah. Karena tidak disertai teknik lain, separti mengelak, menendang, menangkis, mengunci dan sebagainya. Sehingga tingkat kerumitannya tak seberapa.
Namun hal ini akan lain jika ada dua orang yang berkelahi dan yang melihatnya bercerita dengan segala ketakjubannya melihat kehebatan dua orang dengan segala daya upaya dan teknik saling untuk saling mengalahkan, jelas disini arti kata seni berperan sebagai bentuk kompleksitas. Berkelahi tak ada yang tanpa aturan, peperangan tak ada yang tanpa aturan....jika kita teliti ada satu aturan "alam" yang sebenarnya telah kita ketahui dan hukum alam ini berlaku selama kita ada. Aturan itu adalah "siapa yang kuat dia menang".....aturan ini tak hanya memandang suatu otot semata, namun kecerdikan, ilmu pengetahuan, ketepatan mengambil inisiatif, kontrol emosi, ketepatan waktu dll. eeeeit kejauhan gak ya
Saya yang bodoh ini masih merasa bingung dengan kata seni bela diri. Karena kebodohan saya pula saya sering bilang bagaimana seni bela diri dipertandingkan? Lha, wong namanya aja bela diri........kok ada yang saling menyerang? itu mah sudah bukan bela diri... Berarti secara harfiah kita sudah menghilangkan artian kata itu sendiri. Namanya bela diri ya dipake kalo kepepet dan diserang. Dan keluarnya kata "membela" diri sendiri kan karena sebuah keterpaksaan dan darurat.
Lalu bagaimana dengan pertandingan pencak silat? Saya (meski rada oon dan telmi) mengatakan adalah benar dan betul penulisan pertandingan pencak silat. Karena disana artian kata pencak silat sendiri memiliki kompleksitas yang tinggi yang meliputi seni perkelahian, seni bela diri, seni pertunjukan (diluar falsafah, olahraga dan budaya), begitu juga dengan pertandingan karate, tinju, tae kwon-do dll. Jadi artian sesungguhnya adalah benar, karena ada sesuatu yang dapat dipertandingkannya. Beda kalo ada embel-embel "bela diri"
Namun bagi saya (pribadi nih... :)) tak ada bela diri yang dapat dipertandingkan. Lha mo ngapain? kalo bener merasa sama-sama mo bela diri (dan memegang prinsip kebeladiriannya teguh), pasti dong nunggu....kalo dua orang saling nunggu, berarti yang ada pertandingan adu tunggu he he he :D
Lalu bagaimana olah raga bela diri? secara harfiah saya mah cuma bilang,"itu jurus yang digerakin tiap pagi atau tiap hari biar keluar keringet.....nah dengan bergerak pake jurus dan berkeringet itulah badan kita menjadi bugar" proses kebugaran yang dicapai itu yang dinamakan olah raga (berasal dari kata "mengolah" tubuh atau "raga" kita). Makanya di Pencak silat dikenal kata "pencak silat olah raga" bukan "olah raga pencak silat" dan "pencak silat seni" karena maknanya akan berbeda jika olah raga pencak silat....berarti secara bodoh saya menerjemahkan akan memiliki makna olah raga tidak bisa jadi pencak silat (karena pencak silat memiliki kaidah tersendiri) sementara pencak silat (yang memiliki kaidah itu )bisa dijadikan olah raga....begitu juga dengan cabang pencak silat seni, yang dipertunjukan dan dipertontonkan adalah keindahan suatu seni geraknya....sementara seni pencak silat adalah berbagai macam teknik yang berguna untuk menyerang, membela diri, melumpuhkan atau bahkan membunuh
Kalo cita-cita dan visi mah biarkan saja bebas......toh anak-anak aja ada yang seneng jadi dokter, tentara, insinyur, guru atau malah jadi juragan kapal tanker kayak adik saya mas Alam Sarung Kampret (meski sampe hari ini dia belum ngerti gimana kapal tanker terapung). Kalau mas Hartcone mo jadi seniman bela diri yang komplit cita-citanya bagus tuh. [top] [top] [top], jarang ada lho, Mas. Karena biasanya untuk sebuah kekomplitan satu aliran silat aja dibutuhkan waktu 5-20 tahun untuk mengejar tingkatan mumpuni. Saya mah gak bisa kayak Mas, soalnya jika di Tatar Pasundan dan Betawi aja kurang lebih ada sekitar 250 aliran silat maka berarti minimal saya mesti berumur sekitar 1250 taon dengan tingkat kecerdasan tinggi.....wah kayak apa ya? :D
lalu visinya ke depan gimana? biarlah beda....karena tiap orang belum "berkumpul" tak mungkin sesuatu kita mengharapkan persamaan. Namun yang yang telah "berkumpul" diharapkan dapat menyatukan visi nya..... karena pandangan ke depan adalah hasil apa yang kita perbuatan sekarang.
Beda ya? wajar kan....beda emak, beda bapak....orang yang satu emak satu bapak aja bisa beda he he he :D
salam salut buat mas HC,
one
bodo mah panggiheun anu meunang dipiceun
pangarti titipan nu teu meunang dileungitkeun
bodo nu diri, sampurna nu Gusti.
kebodohan adalah barang temuan yang boleh dibuang
ilmu adalah titipan yang tak boleh dihilangkan
bodoh milik diri, kesempurnaan milik-Nya
Navigation
[0] Message Index
[#] Next page
Go to full version