saya mendengar kisah ini dari beberapa ustad waktu saya kecil nun jauh dipelosok sumatera barat sana, dikisahkan :
Dipedalaman minang kabau hiduplah sepasang suami istri yang belum lama menikah....masih terhitung penganten baru...rasa sayang baru tumbuh diantara keduanya...
berjalan beberapa bulan menikah. ... sang suami sebut saja sibuyung memutuskan akan pergi memperdalam ilmu kesaktiannya bertapa kesebuah gunung yang terkenal sangat angker dan banyak terdapat makhluk jadi2an seperti siluman harimau dan bangsa dedemit,
sebelum menikah si buyung adalah seseorang jago silat yang sangat tangguh dikampung itu yang diperolehnya dari hasil berguru kepada seorang tuo silek yang sangat disegani dan ditakuti baik oleh kawan maupun lawan karena ketinggian ilmu kanuragannya....
karena sibuyung merasa bahwa ilmu kesaktiannya belum cukup atau kalau dalam istilah minang belum putuih kaji, maka dia memutuskan untuk menguji ilmunya dan meningkatkan kesaktiannya dengan bertapa di gunung tersebut dan melawan siluman harimau yang menjadi penunggu gunung tersebut....
singkat cerita berangkatlah dia ke gunung itu setelah pamit kepada istri tercintanya....
sesampainya dia digunung itu lansung dihadang oleh seekor siluman harimau yang sangat ganas
terjadilah pertarungan yang sangat hebat...yang akhirnya dimenangkan oleh si buyung,
setelah itu mulailah sibuyung bertapa meningkatkan kesaktiannya....tak terasa bulan berganti bulan, tahun berganti tahun waktu sudah lama sekali berlalu.......
tak terasa sudah 15 tahun dia menimba ilmu kesaktian di gunung tersebut semenjak pertama kali datang kesana.
akhirnya setelah merasa dirinya sakti mandra guna si buyung memutuskan untuk kembali kekampung halamannya yang cukup jauh dari gunung itu, hampir sehari perjalanan lamanya, berangkatlah dia pagi-pagi sekali karena nanti akan sampai tengah malam dikampungnya.
tak terkira kerinduannya untuk menemui istri tercintanya yang sudah begitu lama ditinggalkan, hidup tanpa kepastian dan khabar berita dari suami tercintanya, walaupun begitu dia tetap tabah menjalani kehidupan dan menunggu kepulangan sang suami dengan sabar, hidup dari menjual kue-kue kecil dan menjual kayu bakar yang diambil dari hutan terdekat.
sesampainya sibuyung dikampungnya, hari sudah beranjak larut malam, suasana begitu sepi hanya sesekali terdengar suara jangkrik,
langsung dia menuju rumahnya, karena takut membangunkan orang sekampung kalau berteriak memanggil istrinya maka dia memutuskan untuk tidak memanggil istrinya tapi dia mencoba ilmu barunya untuk membuka kunci pintu dari luar, maka serta merta terbukalah pintu yang dikunci dari dalam oleh istrinya...
langsung dia menuju kekamar istrinya... dan alangkah terkejutnya dia alang kepalang melihat istrinya tidur dengan seorang laki2 dikeremangan kamarnya karena hanya diterangi lampu minyak.
sibuyung langsung naik pitam dan segera meloncat dan menerjang laki2 tersebut, sekali pukul laki2 tersebut langsung meregang nyawa karena kesaktian sibuyung, dan istrinya pun terbangun mendengar suara keributan...dan dia sangat terkejut melihat laki-laki yang tidur disampingnya terkapar tak bernyawa sang istri mau menjerit berteriak, sibuyung karena masih sangat marah langsung menampar istrinya dengan kerasnya sambil berteriak "perempuan serong tak tau diri..."
istrinya terlempar kedinding rumah dan saat itu juga meninggal seketika sebelum sempat menjelaskan apa2 kepada suaminya...
karena mendengar suara keributan para tetangga terbangun dan berhamburan kerumah tersebut...
melihat apa yang terjadi masyarakat berteriak kepada sibuyung apa yang kamu lakukan...
kenapa kamu membunuh anak dan istrimu...sibuyung ternganga... apaaaaa?
setelah dijelaskan oleh masyarakat bahwa laki-laki yang dibunuh oleh sibuyung adalah anaknya sendiri yang mulai beranjak remaja...
pada saat sibuyung pergi menimba ilmu kegunung, ternyata istri yang ditinggalkannya sedang hamil muda yang belum diketahui oleh sibuyung...mendengar hal itu sibuyung menjerit setinggi langit menangis sejadi jadinya sampai jatuh pingsan menyesali perbuatannya yang sangat kejam membunuh anak istrinya dengan tangannya sendiri...semuanya sudah terjadi... nasi sudah menjadi bubur...tinggal penyesalan tak terkira yang akan menghantui seumur hidupnya...tidak ada gunanya dia berilmu tinggi kalau akhirnya akan mencelakai orang2 yang dicintainya...diakibatkan hanya mengedepankan emosi tanpa memeriksa dan bertanya dulu langsung mengambil tindakan yang akan ditangisinya sepanjang sisa usianya.
demikian kisah tragis dari pedalaman minangkabau, karena selalu mengedepankan emosi dalam mensikapi suatu kejadian tanpa melalui raso dan pariso...yang berakhir dengan rasa sakit tak terperi
semoga bermanfaat bagi sahabat silat semuanya,
sekian terima kasih
wassalam