Forum Sahabat Silat
Bahasa Indonesia => Teknik, Jurus dan Senjata => Topic started by: masboleng on 24/02/2008 10:01
-
Sekalian nanya asal usul senjata yg ada di PERSAUDARAAN saya.
Salah satu yg saya ketahui di Persaudaraan saya adalah "PECUT"
PECUT dalam persaudaraan saya berasal dari Jakarta, yaitu dari aliran Pendekar Pecut dJakarta Yg di bawa Oleh Generasi ke2 Guru Besar Persaudaraan saya.
dan saya juga Ingin Bertanya tentang Asal Usul Senjata-senjata yg ada di Persaudaraan saya,
$ KUNTO
$ KENUT
$ PELURU
$ MAIN SILANG
$ UJUNG / PANJANG (klo tidak salah mirip pedang trisula ujungnya berbentuk segi tiga)
$ TRISULA
mohon bantuannya ya.....
-
Persaudaraan Mas namanya apa ?
Kenut itu penthungan yang biasa dipake hansip itu ?
-
$ UJUNG / PANJANG (klo tidak salah mirip pedang trisula ujungnya berbentuk segi tiga)
'......
setau saya pedang mata dua yang mirip trisula namanya "cabang" tapi itu udah jarang dibuat. kalo dulu itu maenan Cimande (kalo gak salah)
salam
one
-
Salam,
$ KUNTO
$ KENUT
$ PELURU
$ MAIN SILANG
$ UJUNG / PANJANG (klo tidak salah mirip pedang trisula ujungnya berbentuk segi tiga)
$ TRISULA
Kalau ada gambarnyah, kira2 lebih afdol nih...
Ngomong2 kayaknyah masalah jurus2 pedang yang ada di nusantara bisa dibahas disini juga kayaknyah...
salam hangat,
harto
-
Tanya ya?
Dari perbendaharaan senjata di Indonesia, senjata apa yang kira-kira masih layak
dibawa-bawa di jaman modern ini tanpa mengundang seringai Pak Polisi atau
membuat preman setempat merasa tertantang... ?
Termasuk senjata yang aman disimpan di rumah... bisa digunakan sewaktu perlu
tapi selama disimpan tidak membahayakan buat anak-anak...
Ceritanya mau ngikuti nasihatnya Marc McYoung, bawa senjata yang legal dan
tidak melukai diri sendiri maupun keluarga...
-
@mas Antara: menurut saya, yg aman utk dibawa-bawa dan tdk ketahuan sbg senjata adalah "Kubotan", gak tahu namanya dl bahasa indonesia. Kubotan ini bisa terbuat dr Metal atau kayu, dan bisa dipakai sbg gantungan kunci / asesori, jadi gak kelihatan sama skl sbg senjata. Di sini (Jerman) banyak dijual sbg asesori oleh suplier alat2 bela diri. Panjangnya kl. 14 cm.
chandrasa
-
Wah... terima kasih sekali, matur nuwun sanget, domoo arigatoo gozaimasu Mas
Chandrasa... saya persembahkan GRP deh...
Di mana saya bisa dapat referensi soal Kubotan ini? Soalnya... jadi malu x-))... saya
belum pernah mengenalnya... apalagi mengetahui cara memakainya....
Salam,
Antara
-
Sama2 mas Antara. Sekedar info, di sini dijual dgn harga 4-6 Euro + ongkos kirim.
Kalau soal referensi, nanti saya carikan.
Atau.... mungkin mas Harto (HartCone) bisa menjawabnya. ayo mas Harto bagi2 ilmunya.
Salam
Chandrasa
-
salam,
Alat kecil itu ttg di FMA disebut dulo2/tabak malit, di sini biasa disebut sebagai tongkat sejengkal atau klo di jepun biasa disebut sebagai yawara/kubotan seperti yang mas Candra tulis diatas.
serangan bisa pressure point:
itu ada banyak macamnyah pada intinyah adalah melemahkan lawan dg tidak menggunakan banyak tenaga pada titik tertentu:
- bisa berupa "nerve" yang menyebabkan rasa sakit yang luar biasa
- bisa berupa pressure terhadap jalan darah, ini hubungannyah lebih ke arteri besar dari jantung ke otak, menyebabkan terganggunyah suplay oksigen
- bisa berupa perusakan jaringan tendon, yang menyebabkan lumpuhnyah anggota badan baik secara permanent ataupun sementara
- bisa berupa hi-impact terhadap tulang yang rawan pada bagian tengkorak
- bisa berupa penutupan pada titik2 meridian tubuh yang merusak balance chi
- bisa merupakan tools yang memudahkan untuk membuat hipertension pada otot2 joint amggota tubuh terutama siku, dan pergelangan tangan, ini juga bisa merusak secara permanent ataupun sementara, dalam kata lain adalah tools untuk memudahkan trap n locking
penggunaan alat kecil pada tangan itu akan memberikan pengecilan titik impact dan perkerasan terhadap tangan, dalam aplikasinyah bisa merupakan serangan linier berupa tusukan (sungkiti) dan serangan berupa ark (gerakan lengkungan) dg cara aplikasi sebagai hammer strike...
selain itu tools kecil tersebut sangat berguna dalam membentuk tangan sebagai alat kait.
atau kurang lebih bisa dilakukan dg teknik pisau yang ditumpulkan...
demikian semoga membantu...
mohon dikoreksi bila ada kesalahan....
salam hangat,
harto
-
@mas Harto: [top] [top], top markotop penjelasannya, lengkap banget. GRP buat anda.
@mas Antara: jadinya saya gak perlu cari referensi lagi yah x-))
Salam
Chandrasa
-
Hi...hi...hi... ;D di kantor saya biasa pake teknik yang sama untuk ngeles dari
kerjaan...
Terima kasih Mas Harto... GRP juga deh...
Salam,
Bharata
-
Wah ketiban rejeki ditimpuk 2 GRP sekaligus, trimakasih Mas Chandra dan Mas Bharata, tunggu sajah pembalasan [top]
saya punya koleksi kesayangan yang selalu saya bawa kalau ke luar kota:
http://hartcone.multiply.com/photos/album/17/Passion_#8
Salam,
Harto
-
Salam hormat semuanya,
Saya senang melihat senjata nusantara dan masih nyimak, membaca applikasi dan tekniknya..(terlalu banyak deh)
Lihat Kubotan yang moden – kayaknya dibuat dari besi dan dari gambar koleksi Bang Hartcone dibuat dari kayu. Ingin nanya sama teman teman yang selalu mengunakan Kubotan. Apa beda yang besi dan kayu dari segi contour bila gunakan dengan tangan? Mungkin bisa dishare gambaran pressure point dan cara applikasinya?
@Masboleng, kok senyap. Bisa memberi definasi yang jelas senjata-senjata Nusantara? Moga di beri sedikit “intro” tentang senjata Kunto, Kenut, Peluru, Main Silang, Ujung/Pajang dan Trisula.
Terima kasih sebelumnya. Ma’af jika tidak berkenan dengan saya yang banyak bertanya.
BW
-
@mas Antara: menurut saya, yg aman utk dibawa-bawa dan tdk ketahuan sbg senjata adalah "Kubotan", gak tahu namanya dl bahasa indonesia. Kubotan ini bisa terbuat dr Metal atau kayu, dan bisa dipakai sbg gantungan kunci / asesori, jadi gak kelihatan sama skl sbg senjata...
Salam Mas Chandrasa...
Kubotan, kalo ga salah, dipopulerkan oleh Tak Kubota. Makanya di US lalu disebut "Kubotan". Kubotan masih berbentuk senjata, jadi di dalam hukum, masih bisa bermasalah kalau harus berurusan dengan hukum. Dulu, saya selalu membawa pisau lipat kecil, tetapi setelah diperingatkan oleh seorang teman yang juga pengacara, maka ga pernah lagi bawa-bawa yang bentuknya senjata. Sebagai alternatifnya, saya bawa bolpen berujung logam runcing (Pilot G-2 0.38) dan tasbih terbuat dari galih kelor yang diuntai dengan benang sepatu lipat 3.
Dasar pemilihan senjata:
1. Bukan senjata. Ga mungkin didakwa senjata dan dilarang dibawa-bawa.
2. Kombinasi senjata keras dan lembut.
3. Kombinasi senjata pegang dan lempar.
4. Kombinasi senjata untuk "ilmu luar" dan "ilmu karang".
5. Kombinasi senjata pendek dan senjata menengah.
Alhamdulillah... selama ini masih saya pakai sebagaimana peruntukannya... Hehehehe... ;D
@Mas Harto:
Kalo punya Sampeyan sih ga bisa didakwa senjata... Wong bentuknya seperti alat pijet refleksi... Bagus... Bagus... ;D
Just sharing...
Salam...
-
Salam kenal @dsbasuki, trims di share senjata alternatifnya.
Saya ada bertanya’an apa mungkin “Kubotan” bisa di katogeri dalam “senjata-senjata nusantara”??..Jika tidak dimasukan dalam senjata apa sih?? Senjata “theraphy”??
Lucu...kok opininya sama…saya lihat “Kubotan” punya Bang Hartcone bentuknya seperti alat pijet refleksi jugak ni... ;D
BW
-
Kalau berbicara ttg senjata "super pendek" yang sejengkal, kita bisa mengengok ke sejarah India/Tibet, disana ada satu bentuk senjata yang konon dipakai oleh dewa Indra, Vajra, dg panjang kurang lebih sama dengan panjang kubotan tapi memang bentuknyah agak lain, beberapa pakar senjata mengatakan kalau bentuk senjata jepang yang bernama "kubotan" atau "yawara" tersebut berasal dari sono (tapi masih dalam perdebatan tuh).
(http://img261.imageshack.us/img261/899/vajrart9.jpg)
silahkan bila ada informasi lebih lanjut...
Salam,
Hartcone
NB: Mas Don dan Mbak BW, emang bisa dibuat pijat refleksi dan alat kerokan kok, sama persis fungsinyah dengan bentuk yang ada di Filipina (tabak maliit/dolo2) tapi disana terbuat dari tanduk.
-
Penamaan senjata itu tergantung sama region dan teritorial budaya setempat, bagaimana sih bentuk asli sebatang "kubotan"? tidak lain dan tidak bukan hanyalah sejengkal tongkat, memang untuk bentukan2 baru ada satu tendensi untuk menyamarkan sebagai alternatif tools, misalnyah sebagai gantungan kunci...
(http://img261.imageshack.us/img261/2605/yawaraxh3.jpg)
(http://img261.imageshack.us/img261/7127/bohandbz0.jpg)
Kalau ditanyakan apakah "kubotan" adalah senjata nusantara? tentu jawabanyah adalah tidak! Wong namanyah ajah udah bahasa jepang gitu, tapi kalau kita bilang "tongkat sejengkal", bisa lah disebut senjata Nusantara, btw Filipina pun jaman Majapahit dan Sriwijaya kan juga masuk dalam wilayah Nusantara...
(http://img172.imageshack.us/img172/7652/12092007460ko2.jpg)
(http://img407.imageshack.us/img407/3983/12092007461rz1.jpg)
*thx to Grand Master Rodel Dagoog
bentuk lain Dulo2/Tabak maliit/Pasak
(http://img261.imageshack.us/img261/4606/20101474353345356b0uf0.jpg)
Salah satu bentuk "tongkat sejengkal", senjata Sahbandar dengan dari "bambu wulung" yang dibentuk sedemikian rupa spt gambar dibawah ini:
(http://i51.photobucket.com/albums/f366/kisawung/all%20pict/scretsbh1.jpg)
(http://i51.photobucket.com/albums/f366/kisawung/all%20pict/gegamsbh.jpg)
*thx buat gambarnyah Ki Sawung...
Salam,
Hartcone
-
ENAM laki-laki memegang sumpit bersiap-siap menembak sasaran di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Pangkal sumpit sudah ditaruh di mulut dan pipi ke enam laki-laki itu sudah mengembung pertanda anak sumpit sudah siap ditembakkan.
MONCONG sumpit ditujukan ke arah sasaran yang berjarak sekitar 15 meter. Sekejap kemudian anak sumpit melesat cepat. Hanya sepersekian detik, anak sumpit itu sudah menancap di sasaran.
Penonton bertepuk tangan meriah saat anak sumpit sepanjang kurang lebih 15 sentimeter yang dilepaskan para penyumpit itu tepat mengenai sasaran. Sasaran yang dituju para penyumpit itu bukan binatang buruan ataupun tubuh musuh, melainkan berupa papan kertas yang diberi lingkaran, mirip sasaran dalam lomba panahan atau menembak.
Suasana lomba menyumpit di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, yang diselenggarakan di lapangan yang biasa digunakan untuk olahraga panahan di tepi Sungai Mahakam siang itu cukup meriah. Puluhan peserta, baik dari suku Dayak maupun dari etnis lain, bahkan anggota TNI, berlomba memamerkan keahliannya untuk "menembak" sasaran dengan menggunakan sumpit, atau sumpitan, senjata khas Suku Dayak.
Ketua Persatuan Olahraga Sumpitan (Peroras) Yahuda Hibau menjelaskan, lomba sumpitan ini untuk sedikit mengalihkan hobi berburu di hutan dengan menggunakan sumpit. Sumpit secara tradisional kegunaannya untuk berburu terutama binatang yang ada di atas pohon, selain untuk berperang.
"Sekarang ini burung sudah langka, banyak binatang buruan sudah terancam punah. Daripada berburu binatang yang dilindungi, lebih baik berlomba mengenai sasaran," ujar Hibau.
SUKU Dayak mengenal berbagai macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada zaman dahulu, atau untuk kegunaan sehari-hari semisal di ladang. Misalnya sumpitan (sipet), mandau, lonjo (tombak), perisai (telawang), dan taji.
Ketua Dewan Adat Dayak Kaltim Barnabas Sebilang mengungkapkan, senjata sumpitan merupakan senjata kebanggaan dan menjadi senjata utama bagi masyarakat Dayak.
"Sebenarnya senjata utama suku Dayak itu bukan mandau," ujar Barnabas. "Kalau mandau hanya untuk memenggal kepala orang yang sudah mati, yang terjadi zaman dulu. Racun pada sumpitan ini sampai sekarang tidak ada penawarnya, entah kalau obat-obatan modern."
Senjata sumpit ini berupa buluh dari batang kayu bulat sepanjang 1,9 meter hingga 2,1 meter. Sumpit harus terbuat dari kayu keras seperti kayu ulin, tampang, lanan, berangbungkan, rasak, atau kayu plepek.
Diameter sumpit dua hingga tiga sentimeter yang berlubang di bagian tengahnya, dengan diameter lubang sekitar satu sentimeter. Lubang ini untuk memasukkan anak sumpit atau damek.
"Secara tradisional, kalau ingin tepat sasaran dan kuat bernapas, panjang sumpit harus sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya," tutur Ferain Mora, Kepala Adat Dayak Maanyan, Kalteng.
Pembuatan sumpit dikerjakan dengan sangat cermat dan teliti oleh warga Dayak. Hampir semua subetnis Dayak menggunakan sumpit, namun yang sangat terkenal lihai membuat sumpit, antara lain subetnis Dayak Ot Danom, Apu Kayan, Punan, Pasir, Ot, Siang dan Dayak Bahau. Hal ini berkaitan dengan jenis-jenis kayu terbaik untuk sumpit yang ada di sekitar permukiman mereka.
Cara pembuatan sumpit, kayu keras semisal ulin yang masih berbentuk balok berukuran 10 x 10 sentimeter dengan panjang yang telah ditentukan digantung secara vertikal di suatu tempat. Kemudian bagian bawah balok itu dibor ke arah atas.
"Tujuannya agar sisa pengeboran itu langsung jatuh ke tanah. Jadi, tidak perlu repot membersihkan lubang pemboran, dan biasanya dengan cara ini hasil pengeboran lebih lurus," papar Hibau.
Setelah selesai dibor, balok yang sudah berlubang itu diraut (dibubut) sehingga berbentuk bulat seperti pipa. Setelah itu baru ditempeli asesoris.
Bagian pangkal sumpit biasanya lebih besar dibanding dengan moncong sumpit. Di bagian ujung moncong dipasangi mata tombak terbuat dari besi atau batu gunung yang disebut sangkoh. Kegunaan sangkoh ini untuk cadangan senjata saat binatang buruan yang sudah terluka dan belum mati ternyata berbalik menyerang penyumpit yang belum sempat mengisi kembali anak sumpit.
Sangkoh diikatkan dengan erat di ujung sumpit dengan menggunakan tali rotan. Selain sangkoh yang panjangnya sekitar 15 sentimeter, di ujung sumpit terdapat besi berukuran sekitar dua sentimeter yang digunakan sebagai alat bantu pembidik. Kedua alat ini ditempatkan saling berseberangan di ujung moncong sumpit.
Bagian yang paling penting dari sumpitan, selain batang sumpit, yaitu pelurunya atau anak sumpitnya. Anak sumpit, disebut juga damek. Ujung anak sumpit runcing, sedang bagian pangkal belakang ada semacam gabus dari sejenis dahan pohon agar anak sumpit melayang saat menuju sasaran.
Untuk keperluan lomba, damek tidak diberi racun seperti anak sumpit untuk berburu. Anak sumpit untuk berperang atau berburu biasanya diberikan keratan sepanjang sekitar tiga sentimeter di ujung anak sumpit dengan maksud ujung tersebut patah dan tertinggal dalam tubuh buruan hingga racun lebih cepat bekerja.
Untuk menaruh anak sumpit tersedia wadah khusus yang disebut telep. Terbuat dari satu ruas bambu yang diukir dan diikat rotan serta diberi tutup, sebuah telep bisa menyimpan sekitar 50-100 anak sumpit.
Racun damek oleh subetnis Dayak Lundayeh disebut parir. Racun yang sangat mematikan ini merupakan campuran dari berbagi getah pohon, ramuan tumbuhan serta bisa binatang seperti ular dan kalajengking.
Getah pohon yang digunakan untuk racun di antaranya getah kayu ipuh, kayu siren, atau upas, dicampur dengan getah kayu uwi ara, atau getah toba. Bisa binatang, seperti ular, akan menguatkan efek racun ini.
Menurut Barnabas, hingga sekarang ini belum ada penawar untuk racun anak sumpit yang sudah masuk ke pembuluh darah. "Di lingkungan masyarakat Dayak memang belum dikenal adanya penawar racun sumpit," tuturnya.
Anehnya, lanjut Barnabas, meskipun sangat beracun, daging binatang buruan aman untuk dimakan. "Berburu kan dagingnya untuk dimakan. Akan tetapi, meskipun racun sumpit sangat kuat, kita aman saja makan daging binatang buruan tersebut, bahkan kalau kita menjilat racun itu sebenarnya tidak apa-apa," ujar Barnabas.
Meski demikian, kalau racun damek itu langsung masuk ke darah, manusia atau semua binatang akan segera mati. "Kecuali ayam. Kami juga tidak tahu kenapa ayam tidak mati oleh racun tersebut," ujarnya.
Parir, demikian Barnabas, jika akan digunakan untuk berburu atau berperang, harus dijauhkan dari unsur bau-bauan "kota", misalnya bau minyak wangi atau parfum, sabun, sampo, dan sejenisnya. Juga termasuk bau bawang.
Pasalnya, begitu kena bau-bauan tersebut, keampuhan racun anak sumpit ini akan berkurang, atau bahkan hilang. Warga Dayak Lundayeh menyebut racun yang sudah hilang kekuatannya akibat bau-bauan "kota" itu mekab.
SELAIN beracun, kelebihan yang dimiliki senjata ini, dibandingkan dengan senjata khas Dayak lainnya, yakni kemampuan mengenai sasaran dalam jarak yang relatif jauh.
Jarak efektif bisa mencapai puluhan meter, tergantung kemampuan si penyumpit. Selain itu, senjata ini juga tidak menimbulkan bunyi. Unsur senyap ini sangat penting saat mengincar musuh maupun binatang buruan yang sedang lengah.
Ada teknik-teknik tertentu dan diperlukan latihan agar seseorang bisa mahir dan pintar berburu menggunakan sumpit. Cara mengambil napas dan posisi badan juga harus diperhatikan.
Menurut Yahuda Hibau, ada sejumlah posisi menyumpit, namun yang lazim dengan berdiri atau dengan jongkok. Cara mengatur pernapasan juga harus diperhatikan agar sasaran bisa terkena dengan tepat.
Cara memegang sumpit yang benar, kedua telapak tangan harus menghadap ke atas. Dua telapak tangan itu sebaiknya berdekatan atau bersentuhan.
Selain kegunaan berburu dan berperang, kegunaan lain sumpit adalah untuk upacara adat atau sebagai mas kimpoi dalam pernikahan adat Dayak. "Saat bertunangan, senjata sumpit ini juga bisa digunakan sebagai mas kawin," ujar Barnabas. (PRASETYO EKO P)
-
Ada yang ingin menjelaskan penggunaan senjata kipas ?
-
kipas ya???
selain buat kipasan saat panas bisa juga ya buat senjata...
perguruanku punya kipas yang udah jadi inventaris... kadang aku juga suka mainin..., cuman aku juga gak ngerti banget sih harus gimana perlakuannya sebagai senjata.
coba tanya sama temen2 Tapak Suci..., soalnya itu termasuk senjata perguruan.
aku sih mainnya dengan mengibaskan kipas yang nutup biar ngebuka buat serangannya...
maklom... baru belajar silat juga ini...
hehehehhehehe..... :P
-
Salam kenal semuanya, saya baru di forum ini dan sangat tertarik dengan senjata2 tradisional nusantara. kalau senjata rahasia mungkin ini beberapa yang saya kenal di Sumatera Barat.
1. Sirauk, merupakan pisau kecil dengan bilah terbuat dari baja. hulu biasanya dari kayu atau tulang merupakan senjata rahasia para pandeka di jaman dulu.
(http://i218.photobucket.com/albums/cc279/pandeka_minang/Sirauk3.jpg)
2. Sikamba, jenis senjata bermata kembar juga termasuk senjata rahasia karena ketika disarungkan tidak terlihat seperti pisau.
(http://i218.photobucket.com/albums/cc279/pandeka_minang/SikambaBlack_1.jpg)
(http://i218.photobucket.com/albums/cc279/pandeka_minang/SikambaBlack_2.jpg)