Forum Sahabat Silat

Bahasa Indonesia => Teknik, Jurus dan Senjata => Topic started by: Ranggalana on 15/11/2007 15:21

Title: Kujang
Post by: Ranggalana on 15/11/2007 15:21
Di salah satu gambar di situs ini ada foto kujang Cimande yang dikatakan damascus steel. Ini menimbulkan beberapa pertanyaan pada saya. Apakahj benar kujang itu damascus steel dan bukan pamor? Pertanyaan kedua adalah, apakah memang benar ada jurus-jurus kujang di aliran Cimande tradisional? Saya bertanya begini karena di forumnya Cak O'ong pernah ada keterangan beliau seperti ini, saya copy-pastekan:

Jikalau Kujang kurang terkenal dan tidak dipergunakan sebagai senjata dalam pertandingan pencak silat seni versi IPSI (golok dan toya), itu sebenarnya beralasan sangat kuat.

Kujang dan Keris Jawa dalam tatanan senjata dalam tradisi kita , adalah "pusaka" yang namanya pusaka, dibuka saja setahun sekali untuk dimandikan pada bulan suro, kujang dan keris tidak dipergunakan untuk berperang, hanya diselipkan dipinggang, diperlakukan barang yang sakti dan melindungi pemakainya. orang tua-tua dahulu berperang dengan tombak, pedang, golok dan panah. Jadi Keris atau Kujang adalah simbul keagungan pemakainya. Berbeda dengan di Malaysia, Thailand Selatan dan Filipina Selatan , kerisnya besar-besar seperti keris Bali, mereka pergunakan untuk berperang, Keris pusaka yang kecil dan sakti diselipkan dipinggang dalam arena peperangan.
  ... selengkapnya di :
http://www.kpsnusantara.com/cgi-bin/yabb2/YaBB.cgi?board=Malay;action=display;num=1065514252

Mohon penjelasan para sahabat yang alim.

Salam hangat,
Bram.
Title: Re: Kujang
Post by: dsbasuki on 16/11/2007 22:31
Salam,
Mas One mengirimkan sebuah foto kujang di bagian Gallery dan menambahkan keterangan tentang kujang.

Pertanyaan saya:
Di mana saya bisa membeli kujang dengan kualitas istimewa (bukan kelas pajangan atau suvenir)? Terima kasih.

Salam...
Title: Re: Kujang
Post by: EricB on 17/11/2007 14:31
kalau mau beli yang bagus, langsung ke empu, jangan beli di tokoh

di tokoh (apalagi sekaran) benda di jual adalah kwalitas tourist
yang saya lihat di foto juga terlalu rapih sih, dan juga saya ngak pernak lihat ada "crossplate" dalam kujang, saya rasa kalau di pakai latihan cepat rusak.

@ Bram: where did you get the name Damascus steel ??
the technique to make a pamor motive is called damascener technique ;)
That is folding and tempering the various steels together to make the pamor motive.
Title: Re: Kujang
Post by: Ranggalana on 17/11/2007 19:09
Artinya memang kujang sering dan lazim dipakai latihan? Beda dengan keterangan Pak O'ong yang saya kutip di atas? Apakah latihan kujang ini suatu yang baru, ataukah lama? Apakah kujang dianggap juga sebagai senjata baku di perguruan berbasis Cimande?

Mengenai teknik damascene, setau saya BEDA dengan teknik pamor. Bedanya, dalam teknik damascene hanya satu jenis logan yang dilipat-lipat dengan tujuan kekuatan, kalau di pamor namanya pamor kelengan (hitam, tak berkontrasan) sedangkan pamor, memiliki dua jenis logam dan ditempa-lipat dengan tujuan a)kekuatan dan b) motif keindahan. Pembahasan dan keterangan terperinci tentang ini ada di forum yang sangat informatif tentang keris, yakni di www.vikingsword.com, bagian keris.

Terimakasih sebelumnya,
Title: Re: Kujang
Post by: EricB on 17/11/2007 21:27
Mas Ranggalana,

untuk bikin motif pamor betul² di pakai teknik damascene, bedanya sang empu mengunakan berapa jenis logam, tujuan untuk bikin motif tersebut dan di samping itu juga untuk kekuatan benda yang membuat.
Bisa menjadi keris, golok, tombak, kujang, rencong dll, itulah tergantung yang pesen pada empu.

Tentang kujang sebagai senjata, di Padjadjaran (perg. berbasis Cimande) tidak ada latihan pokok mengunakan kujang, kebetulan saya dapat sedikit ajaran pribadi dari Almarhum Pak Siddiq.
Kujang adalah semacam senjata kuno, dan dalam lambang Kotamadya Bogor juga ada kujang, dalam kota juga ada patung dengan bantuk kujang.

Mungkin ada rekan disini yang bisa kasih penyelasan artinya kujang sebagai senjata dan symboliknya
Title: Re: Kujang
Post by: sedyaleksana on 18/11/2007 01:06
Mas Bram,
pembuatan senjata dgn metode damascus / damascene dipakai dua jenis logam, yaitu yg keras dan lunak. Mula2 dibikin beberapa lapis (mis 8), keras, lunak, keras, lunak dsb, setelah itu baru dilipat2. Saya pernah melihat acara di televisi jerman, bagaimana cara mebuat pisau di Solingen dgn teknologi ini. Logam / baja yg keras diambil dr bekas mocong meriam tank yg sudah diafkir. Pisau yg dihasilkan berpamor, mirip sekali dgn keris, harganya juga tidak tanggung2. Pisau kecil harganya 540 Euro. Sialhakn lihat di link ini:
http://www.solingen-shop.de/images/boekerleob.jpg
Salam dr Jerman
Chandrasa
Title: Re: Kujang
Post by: Ranggalana on 18/11/2007 05:59
Maaf, saya merasa dikasih tau Alan Maisey dkk di forum vikingsword. Beberapa mereka memang beneran Mpu, bikin keris sendiri. Dijelaskan padaku, damascene dan pamor berbeda. Pembuatan keris tidak sama dengan piso Solingen yang bagus itu.

Dalam pembuatan keris berpamor, pertama dibuat kodokan, lalu kodokan ini di tangkupkan bagai sandwich pada lempeng baja, ati-nya keris, mata tajamnya nanti. Setelah di"sandwich" kodokan yang berwujud lapis2 besi dan bahan pamor, lalu di tempa ulang, di gerinda dan kikir sampai ketemu bentuk dhapurnya, baru disepuh untuk mengawetkan tajamnya.

Untuk lebih jelsnya tak tanya lagi ya di forum sebelah.

Salam hangat maaf ngeyel,
Bram
Title: Re: Kujang
Post by: dsbasuki on 18/11/2007 08:29
Salam...
Kalo saya lebih condong bilang bahwa teknik pembuatan tosan aji berpamor dengan pembuatan baja damaskus adalah sama, yaitu dengan cara dilipat-lipat. Masalah yang satu adalah gabungan 2 atau lebih jenis logam dan satunya lagi adalah hanya dengan satu jenis logam saja, menurut saya itu adalah variasinya saja.

Dalam sebuah literatur (saya lupa baca di mana):
Teknik pembuatan baja damaskus didapatkan dari orang-orang Moor yang berkelana hingga ke Nusantara. Mereka belajar metalurgi dari para empu dan pande tosan aji pada masanya. Bagi saya ini adalah masuk akal, mengingat teknologi besi damaskus (dulu Damaskus adalah negeri Syam) baru mulai ada ca. >1000M, di mana ketika itu penjelajahan suku Moor (mayoritas dari mereka adalah Islam) sudah sampai ke tanah Nusantara. Sedangkan teknologi tosan aji berpamor sudah ada sejak masa sebelum Masehi (tangguh Buda kuno).

Sedikit koreksi Mas Bram, pande keris tidak sama dengan empu keris. Saat ini, empu keris sudah sangat langka, sedangkan pande keris ada banyak di mana-mana, termasuk para pande keris di vikingsword.com.

@Mas EricB:
Betul, bahwa untuk membeli kujang yang berkualitas bagus haruslah dari empu atau pande kujang yang benar-benar ahli. Nah, pertanyaan saya adalah: di mana saya bisa bertemu dengan mereka itu? Atau, paling tidak, di mana mereka "buka toko"?

Saya pernah melihat kujang modern hasil karya Husky (dari Bandung yang kemudian pindah ke Jakarta). Garapannya bagus, tetapi sayangnya tidak berpamor dan berat. Saya tidak tahu apakah kujang itu dibuatnya dengan pakem tertentu, atau "asal mirip kujang".

Salam...
Title: Re: Kujang
Post by: Ranggalana on 18/11/2007 09:22
.... Sedangkan teknologi tosan aji berpamor sudah ada sejak masa sebelum Masehi (tangguh Buda kuno).

Sedikit koreksi Mas Bram, pande keris tidak sama dengan empu keris. Saat ini, empu keris sudah sangat langka, sedangkan pande keris ada banyak di mana-mana, termasuk para pande keris di vikingsword.com.
....Salam...

Terimakasih untuk tanggapannya,

Mas Don, setahu saya tangguh Buddha merujuk pada pembuatan tosan aji di sekitar masa kerajaan historis Mataram I atau kerajaan mitologis Medhangkamulan dengan mPu2 semisal Ramadi dsb. Candi Borobidur yang dibangun sekitar abad 9 Masehi memiliki relief benda mirip keris namun bukan keris, jadi bisa disimpulkan bahwa keris tangguh Buddha dibuat sesudah masa pembangunan Borobudur, atawa, sekian abad Masehi.

Mpu adalah pande yang mumpuni dan biasanya diakui Raja. Karena raja di Jawa sekarang sudah hampir punah perannya, mPu juga sudah (hampir) habis. mPu Djeno Harumbrodjo yang dimPukan oleh Sri Sultan HBIX sudah almarhum. mPu Pauzan di Solo enggan disebut mPu. Pajajaran sudah lama tiada, jadi di Pasundan sudah lama gak ada mPu. Kraton-kratom Madura sudah lama tak berperan karena itu para pengrajin keris di Anengtongtong juga disebut pande bukan mPu meski ahli.

Kembali ke pertanyaan saya semula: Apakah memang ada tradisi permainan Kujang dalam pencak silat Sunda terutama Cimande? Ataukah permainan Kujang sesungguhnya diliputi tabu seperti permainan keris di Jawa (tengah dan timur).

Terimakasih sebelumnya,
Bram
Title: Re: Kujang
Post by: dsbasuki on 18/11/2007 10:51
Salam...
Pendapat Sampeyan tidak salah... Karena ada yang memang berpendapat demikian. Buda = Buddha, dan diasosiasikan dengan masa Kerajaan Mataram I atau Kerajaan Medang Kemulan. Tetapi, ada juga yang menggolongkan tangguh Buda itu adalah masa di mana belum ada catatan mengenainya, mengingat Buda dilafalkan sebagai "budo" (bukan "budho"), yang dalam Bahasa Kawi berarti "masa silam yang telah sangat lama berlalu". Betul, dalam relief Candi Borobudur, ada senjata semacam keris, tetapi bukan keris, melainkan bethok (lebih mirip ke "dagger").

Saya tetap percaya bahwa teknologi tosan aji berpamor sudah ada sejak sebelum Masehi, mengingat ada potongan besi berpamor di tanah Jawa (walau pun tidak berbentuk senjata, karena hanya merupakan potongan) yang usianya masuk ke era peradaban Dongson akhir atau satu zaman dengan Dinasti Han di Cina. Kalo dibandingkan, peradaban Dongson masih masuk dalam era tembaga, sedangkan Dinasti Han sudah mulai masuk ke peradaban besi. Jadi, bukan satu hal yang kebetulan kalau di tanah Jawa sudah mengenal teknologi besi berpamor, mengingat pada era Dinasti Han, teknik pembuatan besi berpamor juga sudah mulai dikenal, biar pun masih sangat sederhana. Memang, di tanah Jawa belum ada (atau sudah ada tetapi hilang karena berbagai sebab) catatan sejarah yang menyebutkan demikian. Hanya saja, kalau dibaca dari catatan sejarah Bangsa Cina, maka ada yang menyebutkan suatu wilayah yang "kira-kira" adalah wilayah kepulauan Nusantara (Lo Shan Ta La). Disebutkan bahwa di wilayah ini sudah memiliki struktur pemerintahan yang jelas. Artinya, "society" sudah terbentuk. Di catatan itu juga disebutkan bahwa para lelaki dewasa selalu membawa senjata.

Kalau dikaitkan dengan jalan "kuthak kathik gathuk" (dihubung-hubungkan), maka saya mengambil kesimpulan seperti yang saya utarakan pada posting sebelum ini. Dan saya lebih setuju bahwa tangguh Buda adalah masa di mana catatan sejarah belum (atau tidak) ada. Hilangnya atau tidak adanya catatan sejarah ini bisa disebabkan oleh berbagai macam alasan, misalnya saja: perang, kebakaran, bencana alam, dll.

Sorry, bukan mau ngeyel, tapi berdasarkan "bukti-bukti" yang saya baca, makanya saya mempunyai pendapat demikian.

Soal titel empu, bukan saja karena beliau adalah orang yang ditunjuk dan diangkat oleh seorang raja, dan/atau orang yang sangat ahli dalam membuat tosan aji, melainkan juga dari caranya beliau membuat. Seorang empu bila membuat suatu tosan aji HARUSLAH dengan lelaku spiritual, sedangkan pande keris tidak perlu. Nilai-nilai "angsar" ("tuah") inilah yang dimasukkan oleh Sang Empu ke dalam hasil karyanya. Sedangkan pande keris, tidak perlu. Inilah yang sangat membedakan, bukan titelnya itu sendiri. Dan empu itu memperoleh pengakuan juga dari masyarakat, jadi bukan sekedar "titel kosong", atau hasil pengakuan diri sendiri yang kemudian digembar-gemborkan oleh murid-murid atau teman-temannya.

mPu Pauzan enggan disebut empu, karena beliau memang benar-benar empu yang mumpuni! Beliau sungguh menyadari keterbatasan beliau sendiri, yang bagi kita, keterbatasan beliau itu sudah sangat jauh di atas kita yang awam. Berhubung yang beliau lihat adalah langit, maka beliau selalu melihat bahwa hasil karya beliau belum cukup untuk membuat beliau sebagai seorang empu.

Hal ini sangat berbeda bila, saya misalnya, yang selalu melihat ke bawah, alias melihat ke tanah dan lupa kalo di atas masih ada langit. Saya akan selalu beranggapan bahwa karya saya adalah top markotop, gud marsogud, padahal karya saya masih sangatlah buruk. Dan tanpa malu-malu, saya akan proklamasikan bahwa Empu Don Basuki adalah empu terbaik sepanjang masa. Dan bila ada orang yang mengkritik saya, maka saya akan berusaha melegitimasi klaim saya, dengan berbagai macam cara. Kalo perlu, akan saya cari turunan kesekian dari Empu Supo Mandrangi dan saya angkat guru (biar kata cuma beberapa bulan), terus saya suruh beliau untuk tanda tangan selembar kertas yang mengatakan bahwa saya adalah seorang empu yang huebat, telah mewarisi ilmu dari Empu Supo Mandrangi.

Ah, jadi ngelantur ke mana-mana...
Anyway... Itu semua pendapat saya pribadi lhoooo... Kalo salah, ya maaf, karena memang ilmu saya ini masih sangat cetek...

Salam...
Title: Re: Kujang
Post by: EricB on 18/11/2007 14:22
@Mas EricB:
Betul, bahwa untuk membeli kujang yang berkualitas bagus haruslah dari empu atau pande kujang yang benar-benar ahli. Nah, pertanyaan saya adalah: di mana saya bisa bertemu dengan mereka itu? Atau, paling tidak, di mana mereka "buka toko"?

Hallo Don,

di Bogor ada, cuman lupa di sekitar mana :S
Mungkin kalau tanya Pak Basuki di Jln A. Jani (kantor IPSI) ada lebih jelas,
kalau dia tidak tau, bisa minta informasi ke Pak Abas di Sukabumi
Title: Re: Kujang
Post by: Ranggalana on 18/11/2007 15:28
Pamor dan damscene memang serupa tetapi tidak sepenuhnya sama, sama tetapi tidak sungguh-sungguh serupa. Lebih jelasnya, di bawah saya copy-paste penjelasan Pak Alan Maisey seorang pande keris gagrak Surakarta.

Yeah, they're a bit different.

By "damascene" the writer would be referring to what we call pattern welded steel, or mechanical damascus---damascus steel. This is produced by forge welding alternating layers of ferric material of varying carbon content. This is a similar process to the making of a billet of pamor, but in pamor we prepare the material for further use as the "skin" of a wafer of steel.

Thus, in a pamor blade we have the pamor material on either side of the steel core. The steel core is the part of the blade that can take a heat treat to produce a cutting edge.The pamor is iron, or iron and nickel, and acts as a protective coat for the hardened steel core.Iron will not harden with a heat treat---steel will.

In a damascus blade we have a material that incorporates the qualities that will allow a heat treat for a cutting edge, going all the way through the blade---its the same stuff all the way through and capable of taking a heat treat all the way through.

Pretty much the same process to make both, just with a different end use and different qualities.


Jadi ternyata kalau damascene itu dapat disepuh keseluruhan wilahnya sedangkan di tosan aji berpamor yang disepuh hanyalah bagian baja ditengah-tengah kodokan pamor. Gitu kali ya?

Makasiah banyak,
Bram
Title: Re: Kujang
Post by: Rebo Paing on 18/11/2007 16:56
... saya misalnya, yang selalu melihat ke bawah, alias melihat ke tanah dan lupa kalo di atas masih ada langit. Saya akan selalu beranggapan bahwa karya saya adalah top markotop, gud marsogud, padahal karya saya masih sangatlah buruk. Dan tanpa malu-malu, saya akan proklamasikan bahwa Empu Don Basuki adalah empu terbaik sepanjang masa. Dan bila ada orang yang mengkritik saya, maka saya akan berusaha melegitimasi klaim saya, dengan berbagai macam cara. Kalo perlu, akan saya cari turunan kesekian dari Empu Supo Mandrangi dan saya angkat guru (biar kata cuma beberapa bulan), terus saya suruh beliau untuk tanda tangan selembar kertas yang mengatakan bahwa saya adalah seorang empu yang huebat, telah mewarisi ilmu dari Empu Supo Mandrangi....

Yah Mas Basuki, persis seperti dia yg tak akan disebut namanya  ... heheh!  ;D [top]

Salam,
Krisno
Title: Re: Kujang
Post by: dsbasuki on 18/11/2007 19:54
Pretty much the same process to make both, just with a different end use and different qualities.

Jadi ternyata kalau damascene itu dapat disepuh keseluruhan wilahnya sedangkan di tosan aji berpamor yang disepuh hanyalah bagian baja ditengah-tengah kodokan pamor. Gitu kali ya?

Salam...
Nah, di sini rupanya "ga nyambung"-nya...  ;D
Saya berpendapat bahwa proses pembuatannya sama (artinya: logam yang dilipat-lipat) dan itu dikuatkan oleh pernyataan si Alan Maisey. Hanya saja, Alan Maisey membatasi besi pamor (kodokan) hanya campuran dari besi dan nikel, padahal bisa lebih dari itu. Kodokan pamor juga bisa saja mengandung titanium, molybdenum (monel) dan unsur logam lainnya. Tentu saja teknik pembuatan besi damaskus dalam perkembangannya menjadi berbeda dengan teknik pembuatan keris (dalam artian mendetil), karena banyak hal dan banyak faktor.

Dan itu bisa kelihatan sekali dengan mata telanjang antara tosan aji vs. besi damaskus. Belum lagi kalo kita bicara soal teknik pembuatan katana yang juga "berpamor" dan tiap "pamor"nya itu juga punya arti sendiri.

Saat ini ada banyak buku tentang keris yang bisa dibeli di Gramedia atau toko buku besar lainnya. Atau, literatur tentang keris dan tosan aji banyak juga yang dijual di Museum Pusaka di TMII.

Salam...
Title: Re: Kujang
Post by: Ranggalana on 18/11/2007 20:14
.....  Kodokan pamor juga bisa saja mengandung titanium, molybdenum (monel) dan unsur logam lainnya. .......Saat ini ada banyak buku tentang keris yang bisa dibeli di Gramedia atau toko buku besar lainnya. Atau, literatur tentang keris dan tosan aji banyak juga yang dijual di Museum Pusaka di TMII.

Salam...

Terimakasih Mas Don untuk diskusinya,

Kalau kita ngomong titanium dalam pamor bukankah itu pamor yang terbuat dari meteorit tertentu? ... Sedangkan monel itu pamor kelas embek bukan?

Buku keris sekarang memang bagus-bagus. Setelah ensiklopedi almarhum Pak B Harsrinuksma, khabarnya ada juga buku bagus banget karya Pak Haryoguritno (? ...salah eja namanya gak ya?) ... tetapi saya belum melihatnya.

Kembali ke kujang: apakah memang secara tradisional kujang lazim digunakan dalam permainan silat?

Salam hangat,
Bram
Title: Re: Kujang
Post by: dsbasuki on 19/11/2007 08:17
Salam...
Monel, selain relatif lembek, dipakai untuk logam anti magnet, karena memang monel tidak melekat pada benda bermagnet. Monel berkualitas bagus harganya mahal, kecuali dapetnya gratis.

Zaman dulu, titanium memang didapatnya dari meteorit, terutama meteorit dari Prambanan. Tetapi sekarang bisa dibeli di pasaran.

Saya pernah pesan golok Sunda di pande besi Bogor yang dibuat dari bekas rel kereta dan sepotong baja Krakatau Steel. Zaman segitu, harganya relatif mahal. Si Pande Besinya "ngeluh", katanya buatnya lama dan sayanya ga sabar...  :)

Hasilnya memang bagus dari segi kualitas senjata, biar pun "tanpa seni pamor yang benar". Tapi golok itu sudah tidak ada lagi, karena sudah saya hadiahkan kepada teman sesama pesilat yang kemudian menjadi saudara. Mungkin buat dia lebih berguna, karena dia memang pesilat yang mengandalkan permainan senjata golok.

Soal permainan senjata kujang: kalo di PD, kujang jelas-jelas bisa digunakan sebagai senjata, wong memang kujang itu adalah senjata. Soal teknik permainan kujang, tetap mengikuti prinsip permainan senjata di PD, yaitu: senjata merupakan perpanjangan dari perlengkapan kita. Di perguruan lain, saya pernah melihat permainan kujang oleh seorang pesilat SKM (Sahbandar Kari Madi) dan Perguruan Harimau Putih(?) di Bogor. Entahlah kalo itu adalah jurus standar mereka atau jurus inovatif mereka. Mungkin secara tradisional, jurus-jurus permainan kujang diajarkan secara khusus, mengingat kujang sendiri adalah penanda status sosial seseorang.

Mungkin Saudara-Saudara yang lain bisa menambahkan, terutama dari silat Sunda? Kang EricB barangkali?

Salam...
Title: Re: Kujang
Post by: one on 29/11/2007 10:53
Kalau gak salah dulu sekali yang ahli bermain kujang di Gerak Gulung adalah Rd. Somad, beberapa penjelasan menggambarkan kehebatannya hingga dalam satu sarung bersama saudara seperguruannya yang memakai pisau saling serang tak satupun dari keduanya yang terluka.

Metode pembuatan kujang untuk saat ini (mungkin karena sedikit informasi dan literatur) tidaklah se"jlimet" membuat keris entah jaman Bongos Ngora atau jaman Prabu Mandi Minyak dan Ciung Wanara. Ini mungkin karena putusnya info atau ketidaktahuan pakem sehingga para pembuat kujang kita hanya mengenal dua proses pembuatan yakni polos dan balik mipih / berpamor / baja lipat. Ketika kita tanyakan komposisi berapa mangan, bauksit, ferum, bijih besi, nikel dan sebagainya mereka akan bingung sebab kini rata rata pembuat kujang membuat kujang dengan besi jadi (pabrikan) atau lempengan baja yang tersedia seperti per, rel dll. tidak menggunakan bijih besi atau batuan alam bahkan meteorit. namun jika kita coba pesan seperti yang kita maksud mungkin dia mau kerjakan. Bentuk gagang pun kini beragam, malah ada yang memakai ukiran. Padahal setahu saya metode ukir itu tidak berkembang di Tatar Pasundan namun yang berkembang metode menoreh.

itu yang saya tahu.

silahkan menambahkan. ^:)^


salam,


one
Title: Re: Kujang
Post by: madya on 18/03/2008 09:32
saya kenal dengan seorang pecinta kujang dan beliau pernah merekontruksi pembuatan kujang pamor di ciwidey, dan beliau sedang merintis pengumpulan tulisan mengenai kujang, dan membentuk komunitas pecinta kujang.
Title: Re: Kujang
Post by: Dodol Buluk on 18/03/2008 10:52
quote removed oleh Modi
@ one:
Kang Iwan..

setau ane kalo logam campuran kudu ade komposisinye tuh...Fe (%), Mn (%), Ni (%), Vn(%)...kalo kite kaitkan dengan ketahanan barang (Kujang, Golok etc) misalkan Berapa kekuatan barang bila di adu dengan kekuatan lawan dengan kekuatan aduan sejumlah X Newton, Ketahahan terhadap korosi (maklumin deh iklim indonesia lembab),

btw, sejarah Gerak Gulung ade nyang lain kagak? aye pernah denger juga kalo Gerak Gulung  Rd. Somad selain kujang ade permainan Golok juga Kang Iwan...

Salam..

MB

Title: Re: Kujang
Post by: Jali Jengki on 20/10/2008 12:41
KUJANG JUGA SEBAGAI SENJATA PEMBANGKIT PATRIOTISME DI LUAR PERTEMPURAN FRONTAL

“Heh, ieu pakarang tandang, kujang titilar karuhun! Tanjeurkeun!”.....“Heh, inilah senjata perang, kujang peninggalan leluhur. Hunuslah!” (Oto Iskandar di Nata (Otto Iskandar Dinata Si Jalak Harupat,1933).

Kujang secara bentuk ternyata memiliki nilai semangat patriotik tidak saja dalam dunia pertempuran, tetapi di kalangan penulis dan wartawanpun Kujang memiliki andil. Seperti maksud tulisan pahlawan nasional Otto Iskandar Dinata di atas. Ajakan agar para penulis menggunakan pena-nya setajam Kujang.

Di lain sisi, Kujang diharapkan Otto sebagai pembangkit semangat untuk kemajuan anak2 bangsa masa kini. Untuk selalu ingat akan akar, cinta tanah air, nasionalisme yang dibangun dari mosaik promordilisme....masih ada gak ya?

Tabe'...Jali

Title: Re: Kujang
Post by: srdananjaya on 21/10/2008 00:26
senjata tradisional biasanya identik dengan status pemiliknya.. misalnya keris dengan jumlah lekukannya, dll

sy pernah melihat kujang dengan jumlah lubang yang berbeda.. ada yg 3, ada yg 5

adakah ini penanda status pemiliknya?
Title: Re: Kujang
Post by: Jali Jengki on 21/10/2008 10:37
Senjata tradisional zaman dulu khususnya di kerajaan Pajajaran, berdasar Berita Pantun Bogor memang demikian Kang Sunan. Bukan hanya Kujang, senjata lainnya termasuk Golok, tombak atau lainnya juga tidak sembarangan orang yg menggunakan, karena memiliki karakter dan jenis status sosial orang yang menggunakan (Sanghyang Siksakandha Ng Karesian).

Khusus Kujang, yang umumnya ditentukan dengan jumlah mata (lubang) dikenal sebagai Kujang Ciung, digunakan oleh para pejabat dan Bramesta. Selain itu perbedaan status juga dapat dilihat dari pamor, bentuk dan jenis kujang itu sendiri (ada 7 jenis kijang termasuk kudi).

Sepertinya jumlah mata kujang ciung yang kang Sunan lihat, bermata 5 adalah milik para pejabat: Bupati pamingkis, Bupati Pakuan, dan tokoh agama dan adat: Geurang Seurat. Sedangkan Kujang Ciung bermata 3 digunakan tokoh adat: puun (semacam kepala kampung).

Silakan ditambahin

Tabe'...Jali
Title: Re: Kujang
Post by: Putra Petir on 21/10/2008 12:24
dulu ane sempet perhatiin ada logo gambar kujang mata dua ..
status sosialnya apa tuh kang jali ??
Title: Re: Kujang
Post by: Jali Jengki on 21/10/2008 13:45
Logo apaan Kang Sarkem?...Logo nye Batalyon Kostrad 328 yang deket rumah ente ye?

Kalo Kujang Ciung mata 3 ke bawah (sampe yg gak bermata alias Kujang Buta), umumnya dipake sama Guru Tangtu dan Guru Pangwereg Agama (guru agama di tiap2 kampung kayak termasuk mungkin lebe'kalo sekarang, ceunah mah). fungsinya secara umum yg diperuntukan kaum agamawan sebagai pusaka pngayom kesentosaan seluruh Negara (Berita Pantun Bogor-Anis jati Sunda).

Tabe'...Jali
Title: Re: Kujang
Post by: Putra Petir on 21/10/2008 15:15
Lambang di KTP ane bos.. Pemerintahan Kota Depok , kang...
artinya apa ya kang?
Title: Re: Kujang
Post by: Jali Jengki on 21/10/2008 16:57
Setau ane, ente pendatang "haram"...jadi gak diterima di Depok. Pendatang "haram" pastinya lambang KTP kusus ente nyang cocok "marus"..... [lucu]
Title: Re: Kujang
Post by: Putra Petir on 22/10/2008 10:04
yah situ gak percaya ya.. apa perlu gue scan nih katepe...
Title: Re: Kujang
Post by: Jali Jengki on 23/10/2008 20:13
Gambar Kujang dalam bentuk dan jenisnya yang bervariasi, disesuiakan dengan kegunaannya, ternyata Pande Besi kita zaman dulu telah mengenal prinsip dasar desain produk modern..."Form Follow the Function"

Gambarnya:
Title: Re: Kujang
Post by: Jali Jengki on 23/10/2008 20:24
-Wujud waruga kujang yang melengkung menunjukkan bahwa kujang lebih menyerupai arit dibanding golok atau keris. Bagian beuteung bisa untuk menebas atau memotong karena bagian ini sangat tajam.

-Siih yang runcing bergerigi menyerupai bentuk gergaji atau alat untuk memotong kayu, gerigi tajam tersebut bisa untuk menerat atau memberi tanda ketika memotong bambu dan sebagainya. Ketika difungsikan sebagai alat berperang, bagian ini bisa untuk menghancurkan daging musuh ketika ditusukkan dan ketika ditarik dari badan musuh

-Tadah dengan bentuk yang pipih dan tajam mengadaptasi rupa kapak untuk menetak. Ketika digunakan untuk berperang, tadah bisa digunakan untuk menangkis senjata lawan.

-Congo atau papatuk yang runcing dan tajam digunakan sebagai alat untuk mencukil. Ketika digunakan untuk berperang, bagian ini digunakan untuk menusuk musuh.

-Lubang pada mata kujang dapat digunakan untuk ngaraut lidi. Jadi, Kujang adalah perkakas perladangan multi fungsi. Kujang sebagai alat pertanian atau perladangan tidak hanya dari fungsi fisik atau mengandalkan kekuatan untuk menebas, memotong, menggergaji, mencungkil, menetak, ataupun ngaraut, tetapi kujang dapat dijadikan alat perhitungan astronomis dengan cara mencocokan  lubang dengan rasi bintang tertentu. Kujang sebagai alat pertanian dipertegas oleh Siksa Kandang Karesian, dan diperkuat oleh peribahasa yang digunakan turun temurun yaitu: unggah kidang turun kujang, turun kidang unggah kungkang.

(Dari: Berita Pantun Bogor, Anis jati Sunda)
Title: Re: Kujang
Post by: qbstudio on 14/11/2008 19:46
Mohon ijin bergabung nih para suhu/master..

Kiranya filosofi Kujang sebagai senjata pusaka, memang demikian adanya. Kujang ataupun Keris lebih kepada senjata pribadi, bukan senjata pertempuran apalagi jarak jauh. Kehormatan dan status feodal dari si pemakainya dapat dilihat dari Kujang/Keris yang digunakan. Wujud penyerahan kekuasaan itu ditampilkan dengan menyerahkan keris/kujang kepada penguasa yg lebih tinggi. Begitu pula penobatan atau penghormatan kepada seseorang juga dilambangkan dengan keris/kujang yg dianugerahkan. Beberapa kujang pusaka masih ada yg disimpan oleh anak keturunan Pajajaran.
Title: Re: Kujang
Post by: one on 16/11/2008 01:50
Kujang juga senjata pertempuran, permainan jarak dekat biasanya dipakai para "praktisi" atau pemain silat rasa.........

beberapa gambar bang Jali, adalah kujang yang sudah tak terawat dan rusak. malah ada yang dilego di e-bay. ane penasaran nunggu gambarnya kujang dari Ki Sawung, ude setaon ane nunggu

salam,

one
Bang Jali, kalo ente marah ane jitak  he he he
Title: Re: Kujang
Post by: Putra Petir on 17/11/2008 17:06
Ane setuju tuh sama kang one...
gambar kujang kang jali jauh banget sama gambar kujang lambang depok di KTP ane tuh....
Title: Re: Kujang
Post by: hidup on 17/11/2008 17:28
Ini ada ulasan tentang Kujang dari Anis Djatisunda (www.rakeyan.or.id)

Cara Menggunakan Kujang

Tersebar berita, bahwa cara menggunakan kujang konon dengan cara dijepit ekornya (paksi-nya) yang telanjang tanpa “ganja” (tangkai) menggunakan ibu jari kaki. Sedangkan cara lain, yaitu dengan dijepit menggunakan telunjuk dan ibu jari kemudian ditusuk-tusukan ke badan lawan. Alasan mengapa cara menggunakannya demikian, sebab katanya kujang memang berupa senjata “telanjang” tanpa tangkai dan tanpa sarung (kowak).

Jika para Guru Teupa penempa Kujang Pajajaran sengaja membuatnya demikian, hal itu merupakan pekerjaan tanpa perhitungan. Sebab dilihat dari bentuk ekor (paksi) kujang yang banyak ditemukan, bentuknya sama seperti ekor senjata tajam lainnya yang lazim memakai gagang (tangkai) seperti golok, arit, pisau, dsb. Dengan cara menggunakannya seperti diutarakan tadi, sedikitnya ia akan terluka jari jemari kakinya ataupun jari jemari tangannya. Lain halnya jika bentuk ekornya tadi dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijepit dengan jari jemarinya.

Berita tadi jika dibandingkan dengan berita Pantun Bogor dan beberapa temuan penulis, ternyata bertabrakan. Sebagaimana diutarakan pada bagian terdahulu, bahwa Kujang Pajajaran merupakan benda tajam yang lengkap memakai ganja (tangkai) dan memakai kowak (sarung). Kalau timbulnya pendapat seperti tadi, hal ini mungkinberanjak dari temuan-temuan yang tergali dari dalam tanah, mayoritas kujang telanjang tanpa ganja tanpa kowak bahkan tanpa mata (berlubang-lubang).

Sebenarnya, keberadaan kujang yang ditemukan seperti itu akibat dari terlalu lamanya tertimbun tanah, sehingga ganja atau kowak-nya yang terbuat dari kayu mengalami lapuk dan hancur. Sedangkan jarang ditemukan kujang yang masih lengkap dengan matanya, inipun mungkin saja setiap penemu kujang tadi mencungkilnya, sebab kebanyakan mata kujang terbuat dari emas, batu permata yang indah-indah, dan cukup mahal harganya. Kujang yang masih lengkap dengan matanya, kini masih bisa dilihat di Museum Geusan Ulun Kabupaten Sumedang.

Pada bagian-bagian terdahulu diutarakan, bahwa kujang memiliki fungsi sebagai pusaka, pakarang, pangarak, pamangkas.

1.      Sebagai pusaka; tuah/daya kesaktian kujang mengandung nilai sakral. Melalui kekuatan daya gaib/kesaktian tersebut kujang digunakan sebagai pelindung keselamatan diri, keluarga, bahkan masyarakat sekelilingnya, demi terhindar dari marabahaya yang mengancam.

2.      Sebagai pakarang (senjata); kujang dengan ukurannya yang relatif pendek, tidak termasuk alat tebas, tapi tergolong alat tikam, alat tusuk, alat toreh, dan alatkerat. Wujud senjata ini (secara hipotesis), mungkin disesuaikan dengan karakter manusia Sunda Pajajaran itu sendiri yang bersifat defensif tatkala menghadapi marabahaya, tidak bersifat ofensif. Hal ini terungkap dari kisah “Pakujajar Majajaran” yang memberitakan bahwa “Sunda Pajajaran lain mudu pinter perang, tapi mudu pinter diperangan” (Sunda Pajajaran bukan mesti pandai berperang, tapi mesti pandai di kala diperangi). Pernyataan ini terbukti pula, bahwa dalam seluruh cerita pantun, tidak ada satu pun kisah yang memberitakan Kerajaan Pajajaran menyerang atau menaklukan kerajaan lain, kecuali malah digempur negara lain. Mengingat karakter Sunda Pajajaran yang defensif tadi, kujang dengan fungsinya sebagai senjata, bukan hanya untuk menyerang tetapi hanya untuk “bela diri” di kala keadaan susah sangat terdesak. Dalam cara pembelaan diri tersebut, kujang digunakan dengan sekali tusuk ke perut, ketika ditarik mampu merobek-robek seisi perut. Atau dengan sekali toreh dan sekali kerat saja musuh bisa langsung sekarat mendadak dan mati.

3.      Sebagai pangarak (alat upacara); Kujang Pangarak dalam kegiatan upacara menggunakannya dengan dipikul pada satu prosesi tertentu, oleh pelaku barisan terdepan. Dalam keadaan mendesak, kujang semacam ini bisa digunakan sebagai alat membela diri dengan cara ditusukkan atau dilemparkan kepada musuh dari jarak agak jauh, sebab kujang ini bertangkai panjang semacam tombak.

4.      Sebagai pamangkas (alat pertanian); kujang untuk kegiatan ini yaitu Kujang Pamangkas, menggunakannya untuk menebangi pepohonan dalam rangka membuka lahan “huma” (ladang). Sampai dewasa ini kujang semacam ini masih digunakan di lingkungan masyarakat “Urang Kanékés” (Baduy) dan masyarakat “Pancer Pangawinan”. Dalam keadaan darurat, kujang ini pun bisa saja digunakan sebagai senjata untuk bela diri jika satu saat si pemakai mendapat serangan dari fihak musuh, dengan cara ditebaskan atau dibacokkan, karena bentuk kujang semacam ini berukuran agak panjang dan agak besar.
Title: Re: Kujang
Post by: anolles on 29/12/2010 06:36
http://www.facebook.com/video/video.php?v=186716954671928&comments

buat refresh ... ini ada video dari kang aries.....
liat ni video bikin kula merinding......

kujang emang karya agung budaya sunda