Pertama, memang benar adanya bahwa karate mengadopsi seragam dan sabuk a la Judo, tapi bukan menyontek. Seragam yang baku dan tingkatan yang jelas adalah syarat yang ditetapkan oleh Dai-Nippon Butokukai, semacam Menpora di sini, agar ilmu kampungan dari Okinawa itu bisa diterima sebagai beladiri modern resmi di Jepang. Daripada susah payah, ya ngikutin yang udah ada aja, Judo. Sebelum perubahan yang digagas oleh Gichin Funakoshi ini, para pesilat okinawa berlatih dengan baju sehari-hari... tanpa seragam, apalagi sabuk berwarna.
Adapun soal sabuk di Judo, ini adalah inisiatif Bapak'e Judo, Jigoro Kano. Sebelumnya silat-silat Jepun dan Cina menggunakan sistem sertifikat, semacam ijasah bagi murid yang dianggap sudah khatam wal tamat belajar.
Jigoro Kano, yang selain hobi mbantingi orang juga berprofesi sebagai seorang pengajar, merasa perlu adanya semacam kurikulum dalam pendidikan Judo. Dia memisahkan tingkatan yudansha (murid senior) dan mudansha (murid junior), karena dua kategori ini perlu cara belajar berbeda.
Seorang Mudansha adalah orang yang belajar pelan-pelan dan disuapi oleh gurunya, karena dia perlu mengetahui dulu semua konsep, prinsip dan gerakan Judo.
Seorang Yudansha adalah orang yang sudah belajar semua
basic ilmu Judo, dan tahap belajarnya sudah mandiri. Yudansha sudah boleh bereksperimen dan berdiskusi dengan para seniornya. Semacam tingkatan mahasiswa.
Jadi orang bersabuk hitam semata-mata adalah murid yang boleh belajar mandiri... ini bukan tingkatan pelatih, prestasi atau kebanggaan-kebanggaan lainnya yang bisa membesarkan ego.
Pemegang sabuk hitam adalah sekelompok siswa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan adik-adiknya, dan mengembangkan diri dengan cara diskusi dan latihan eksperimental antar mereka.
Mudansha dan Yudansha inipun awalnya tidak dibedakan oleh penampilan. Lha wong pada awalnya hanya ada dua orang Yudansha, namanya Shiro Saigo dan Tsunejiro Tomita, masih gampang ngingetnya. Baru pada tahun 1886 Jigoro Kano meminta para Yudansha-nya menggunakan sabuk hitam. Itupun bukan sabuk yang kita kenal sekarang, tapi sabuk (obi) kimono lebar yang biasa digunakan sehari-hari (karena waktu itu latihan Judo masih pakai kimono biasa, seragam Judo yang berupa kimono pendek putih-putih berat itu baru diciptakan tahun 1907).
Judo hanya mengenal sabuk putih dan hitam, mudansha dan yudansha sampai tahun 1935.
Sabuk berwarna justru dikenalkan setelah Judo menyebar ke barat. Adalah Mikonosuke Kawaishi yang dikirim untuk melatih Judo di Perancis menemukan bahwa orang bule lebih terinspirasi dan termotipasi kalau ada jenjang-jenjang prestasi yang bisa dicapai secara bertahap. Beliau-lah yang kemudian menciptakan sistem sabuk berwarna di bawah sabuk hitam.
Kesimpulannya, warna sabuk itu justru datang dari pola pikir orang barat, bukan gaya tradisional di timur.