Tenaga dalam dan Olah RasaIni cuma tulisan dari apa yang saya tahu, yang sebenarnya sedikit sekali yang saya ketahui.
bisa salah dan bisa benar, tapi itu semua kita kembalikan kepada diri masing2, disinilah guna forum untuk mendiskusikan apa yang ada dipikiran kita.
Dari penjabaran tentang pengkajian beladiri dari sudut pandang ilmuah dan tradisional mungkin bisa digambarkan sebagai berikut:
Saya sering mendengar bahwa budaya timur memiliki hal yang cukup unik dalam hal perkembangan kebudayaan.
Mulai darimana mereka bisa menciptakan suatu sistem pengobatan, tata bangunan, ilmu astronomi, bahasa sastra, dan berbagai ilmu maju lainnya bahkan sebelum teknologi berkembang. (well dalam hal ini saya lebih banyak menggunakan kebudayaan china sebagai contoh)
Dan kemungkinan besar pada saat itu mereka belum memiliki alat ronsen, alat pendeteksi elektron dan gelombang magnetik, belum memiliki teropong yang canggih seperti sekarang, dan berbagai peralatan modern.
menurut beberapa artikel yang sudah saya baca, banyak hal-hal yang sudahtertulis dan tercatat pada suatu dokumen atau catatan di masa lampau namun di klaim baru ditemukan oleh teknologi pada zaman sekarang.
Salah satunya mungkin dapat dilihat pada link berikut:
http://allscorpion.blogspot.com/2010/05/sains-mengungkap-lagi-kebenaran-al.htmlKembali ke topik, soal tenaga dalam.
Bagaimana orang zaman dahulu berhasil menemukan yang namanya tenaga dalam?
Padahal belum ada alat pengukur listrik, gelombang, dll.
Menurut saya, kemungkinan terbesar mereka berlatih dengan merasakan setiap gerakan, setiap nafas, bagaimana tiap gerakan itu mempengaruhi alur nafas, dan lain2.
Sekarang coba tahan nafas diperut telapak tangan menghadap kebawah, lalu diputar keatas dan rasakan.
Pasti ada perbedaannya dimana waktu telapak tangan menghadap keatas, tekanan nafas diperut lebih kuat.
Dari proses merasakan itu kemungkinan dilakukan banyak eksperimen sehingga ditemukan metode paling efektif.
Ilmu yang ada kemungkinan besar bukan ilmu sehari jadi tapi adalah evolusi dari penyempurnaan selama bertahun2 atau bahkan berabad2.
Terlihat dari perkembangan atau evolusi suatu perguruan yang saya kenal dimana jurusnya berevolusi sesuai dengan kebutuhan praktisinya.
Dari perjalanan panjang itulah lahir suatu bentuk ilmu (baik beladiri, pengobatan, tenaga dalam, dan lain2)
Latihan dengan merasakan pada metode tradisional mungkin seperti ibarat bagaimana kita mengendarai mobil,
Pada tahapan tertentu kita tidak perlu melihat parameter kecepatan, tidak perlu lama-lama untuk tahu bagian mesin mana yang rusak atau ban mana yang bocor, atau aki habis atau bensin habis.
Bisa dikatakan semua itu didapat dari pengalaman dan "pencerahan", hal inilah yang diturunkan ke generasi berikutnya. Sehingga generasi berikutnya bisa dengan lebih cepat mempelajari dan mengembangkan sesuai dengan kondisi saat itu.
Kalau penelitian modern mungkin adalah mengetahui dengan melakukan riset, misalnya adalah dengan mengira-ngira bahwa 160 Km/jam itu secepat apa, kalau mobilnya kogok maka dilakukan ujicoba dan penelitian bagian mana yang rusak, kalau ban kempis diteliti sudut mobil yang miring ada di bagian mana.
Pada akhirnya yang kita lakukan ga jauh-jauh dari meneliti hal-hal yang sudah ada namun dari sudut pandang lain.
Masalahnya apakah yang namanya penelitian bisa mencangkup sesuatu secara lebih meluas?
Ini juga yang jadi pertanyaan saya.
Contoh lainnya adalah
saat kita menyentuh air, kita bisa tahu rasanya air entah dingin, hangat, cair, kekentalannya, tekanannya, dan beberapa sensasi yang mungkin tidak kita sadari (tergantung orangnya).
Ini kalau dilihat dari sisi merasakan.
jika dikondisikan bahwa kita tidak pernah berjumpa dengan yg namanya air, tapi kita bisa menelitinya tanpa menyentuhnya seumur hidup. Apakah kita bisa menggambarkan secara detail seperti yg dirasakan pada kasus pertama?
Mungkin kita bisa tahu struktur pembentuk air, kekentalannya, warnanya, suhunya, tapi itu semua kan hanya teori berdasarkan pengkajian tertentu, dan kita tidak akan tahu 100% seperti apa rasa air tersebut.
Mungkin inilah yang memisahkan ilmu beladiri tradisional budaya timur dengan barat (termasuk pengobatannya).
Yang perlu diwaspadai adalah dikala suatu pengkajian ilmiah belum mencangkup keseluruhan dari keilmuan yang ada.
Contohnya soal meridian, saya ga tau ada yang seperti inia atau tidak namun jika memang ada yang niat meneliti hal ini.. maka orang tersebut harus benar-benar mengetahui apa itu meridian dan juga merupakan seorang peneliti yang cukup kompeten.
Begitu juga soal tenaga dalam.
Kalau sudah merasakan dan mempelajari sendiri yg namanya tenaga dalam, kemungkinan dia bisa menggambarkannya dalam bentuk ilmuah.
Jangan sebaliknya.
Bicarain gado-gado tapi ga pernah makan gado-gado.. kan lucu
btw,
Saya sendiri bingung manusia badan kecil bisa menjatuhkan yang badannya besar dengan colekan... Ini pasti bukan hal asing didunia beladiri.
Namun banyak juga orang yang tidak percaya akan hal ini dan menuntut
penjelasan ilmiahnya
Apakah memang belum ada penjelasan ilmuah yang cukup untuk dapat mengetahui penyebab kasus ini?
Atau memang ga ada orang yang tertarik untuk menelitinya?
buat saya itu masih jadi tanda tanya besar....