yth. manusia pohon, terima kasih atas share Paham Budi Suci di negara tetangga
menarik juga untuk menjadi bahan kajian, walaupun "kejelasan ilmu tersebut" pada akhirnya mendatangkan "judge" yang dinyatakan dalam bentuk yang halus..
ialah sebaiknya untuk tidak mengamalkan ilmu tersebut.
seperti yang pernah saya ungkap sebelumnya pada thread " Drs.MID Jamal"
dalam hal ini , di Budi Suci, Moh Kosim Ama Sabandar dinisbatkan sebagai Syeikh Subandari,
maka pengungkapan dan penyingkapan misteri "Silat tenaga dalam" menjadi suatu hal bagai "buah simalakama".
jika tak diungkap, banyak yang penasaran, namun jika diungkap akan menjadi caci maki.
padahal, menurut pendapat pribadi saya, ialah ilmu itu apapun bentuk dan jalannya
sangat tergantung dari si pelakunya. mau hitam atau putih, tergantung si pelakunya.
dan lagi pada thread "Drs MID Jamal" sudah sangat diungkap tentang bagaimana ilmu silat yang dahulunya ialah bernilai Hindu/Buddha, selanjutnya telah "di Islamikan".
mengapakah nilai pengIslamian ini tak pernah bisa diterima secara objektif.
atas dasar "Innamal a`malu bin niyat" ( semua amal itu tergantung niat awalnya )
bukankah bangsa yang besar itu ialah bangsa yang mampu menghargai "Jasa Pahlawannya".
Jika kita tak setuju atas suatu paham, maka tinggalkanlah
jika setuju maka lanjutkanlah dengan baik
bagaimana mau melestarikan Silat, jika "ruh nya" kita sebut sebagai sesat dan menyesatkan.
dan tak akan Silat jadi bermakna, tanpa adanya "ruh" tersebut.
Urusan ruh itu jika kemudian bernilai Agama/keyakinan.
bukankah ini dikembalikan kepada diri kita masing-masing.
"Lakum di nukum waliyadin "