Ramah dan berkarisma, dua kata tersebut yang terbesit di dalam fikiran sewaktu menerima sms balasan dari sang jawara Tenabang ini. Setelah sempat 3 hari sms yang saya tunda karena dilanda dilema antara menelpon atau pesan singkat (sms). Yaps selain dorongan oleh penatnya bertarung dengan server seharian, akhirnya sore itu ane putuskan untuk mengirim sms. Ternyata balasan beliau sangat ramah, serasa ber-sms dengan teman yang telah lama berkawan. Beliau langsung mengundang ane untuk berkunjung ke tempat latihannya, pada malam harinya(ciri seorang jawara). Langsung terbesit untuk mengajak 2 orang sahabat untuk ikut. Kami putuskan untuk berkunjung pada malam sabtu ahad berikutnya.
Ba’da Maghrib misi kami berangkat rute Pondok Gede – Tanah Abang, dengan jiwa yang membara apapun yang terjadi harus sampai di tanah jawara tersebut, walaupun kondisi kami kurang fit setelah aktiftas seharian (kuliah maupun kerja). Setelah berjuang di jalan mencari alamat dan bantuan by phone-nya bang Zul, Alhamdulillah, ketika kami di landa kebimbangan gang yang dimaksud bang Zul ini atau bukan, ada seorang anak(hampir remaja), mendatangi kami dengan mengendarai sepeda, dan bertanya “
bang, Mau ketemu bang Zul ya?”, kami kaget melihat anak baik hati ini langsung mengetahui kemana tujuan kami, dalam fikiran ane terbesit bahwa anak tersebut tau setelah melihat wajah linglung kami
. Tapi dari sinilah tekad ku untuk belajar aliran sabeni semakin menjadi.
Setelah diantarkan kami ketempat latihan beliau, tatapan kami langsung tertuju pada seorang pria yang duduk diatas balai bambu, mungkin aura jawara-nya
yang menuntun kami bisa langsung mengenali bahwa pria setengah baya tersebut adalah bang Zul Bachtiar cucu Kong Sabeni sang Pahlawan legendaris dari tanah Betawi tengah. Setelah melihat kedatangan kami, beliau langsung mengajak kami duduk bersama di balai dengan ramahnya, “
sini duduk bareng” bang Zul berkata sambil tersenyum ramah. Dalam hatiku berkata yaps, sejarah kehidupan silatku di mulai dari sini,
, walaupun umurku sudah 23
hahaa. Kebetulan pada malam itu memang sedang ada latihan, hiks malu sekali ane melihatnya ternyata yang latihan pada malam itu sekitar masih duduk dibangku smp atau sma, karena jadwal untuk yang dewasa bukan malam itu. Dalam hati berkata wuuhh.. ude lihai bener..(sempet ane nelen ludah
)
Pembicaraan dimulai dari setelah beliau menanyakan masing nama kami. Beliau menerangkan bagaimana maenan sabeni ini, juga sesekali beliau memperagakan teknik tersebut, dari kami melihat bahwa beliau orangnya terbuka untuk ilmu, tidak pandang bulu. Beliau menjelaskan bahwa Bang Zul dalam menurunkan ilmunya tidak ada yang di tutup-tutupi, “
kalo orang dulu emang ngajar ke anaknye, disuruh jangan semuanye di kasih, katanye kalo di kasih 15 turunin aje 13, tapi kalo abang ngajar begitu, bisa abis dong nanti.”sambil tertawa beliau berkata, begitu juga kami. Kemudian saya menanyakan soal umur 23 apakah masih belum terlambat, yang menjadi kerisauan selama ini
. Katanya Bang Zul, “
ngak ada kate terlambat buat belajar, nyang penting nawaitunye Her”, Hmppss plong rasanya..hihii...sesekali beliau turun untuk membenarkan mana kala muridnya salah dalam gerakannya. Beliau sangat perhatian pada murid-muridnya. Sesekali beliau lihat muridnya jatuh, bang Zul langsung menanyakan keadaanya(begitu ramahnya beliau). Kemudian cerita berlanjut dari bersyukurnya beliau di bentuknya forum pecinta dan pelestari pencak silat, karena bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh pencak silat lainnya. Dilanjut dengan serunya cerita sewaktu beliau diundang untuk mengikuti wisata pencak silat tradisional di Cianjur.
Tak lama agak kageet…Wekz tanpa terasa jam di handphone menunjukkan pukul 22.12, dalam hati, “
wadooh perasaan baru bentaran banget w duduk, ude jam segini ajah”. Rupanya kami terhipnotis oleh keramahan beliau
. Tapi dari sana semakin tidak sabar ane pribadi untuk belajar maen pukulan Sabeni ini, walaupun ditengah kesibukan kami yang begitu ketat, siang malem nguli..
.
Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan rizky yang berkah kepada bang Zul Bachtiar sekeluarga, agar bisa terus menurunkan dan melestarikan salah satu warisan budaya Indonesia yang begitu tinggi nilai sejarahnya ini, dan semoga Kong Sabeni diberikan Syurga Firdaus oleh Allah Azza Wa Jalla, karena perjuangannya melawan penjajahan Belanda maupun Jepang, juga memberikan warisan tak ternilai ini. Juga untuk kami moga di beri celah waktu untuk bisa mempelajarinya. Amiin y Rob.
Jakarta
Dengan Hormat,
Heri aka Bang Gagak