http://1.bp.blogspot.com/-RDHEAl9D0Lw/U7rKD22yWGI/AAAAAAAAAEs/H3hNJIYdImc/s1600/Gapema.jpgGAPEMA (GABUNGAN PENCAK MATARAM)
Sejarah bangsa Indonesia memang tak lepas dari perjuangan, keringat dan darah telah dicucurkan dalam merebut maupun menjaga kemerdekaan, semua itu dapat terlihat dari sejarah kerajaan-kerajaan di nusantara yang sangat mahir dalam membela kedaulatan bangsanya ketika menghadapi ancaman-ancaman yang datang dan masih tersimpan baik dalam kekuatan militer bangsa Indonesia sampai pada saat ini. Dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia, perjuangan militer bangsa ini memang sangat berpengaruh besar, namun pencak silat melalui para pesilatnya ternyata juga mempunyai andil dalam hal tersebut. Hal tersebut bisa dilihat mulai dari tokoh-tokoh seperti Pangeran Diponegoro, Si Pitung, Si Jampang dan sebagainya. Namun apakah kita pernah mendengar tentang Gapema? Sebuah batalyon pesilat yang pernah terbentuk di Yogyakarta? Mungkin hanya sedikit dari kita yang pernah mendengar hal tersebut. “Batalyon” kata yang identik dengan militer tersebut ternyata juga dipakai oleh 9 (Sembilan) tokoh pesilat dari kota Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kesembilan tokoh tersebut, seperti yang sudah dicantumkan dalam biography RM Sunardi Suryodiprojo, adalah:
- Bp. Broto Sutaryo dari perguruan BIMA
- Bp. Ki Muh Jumali dari Persatuan Pencak Taman Siswa
- Bp. Harimurti (ndoro Harimurti) Tedjokusuman dari perguruan Krisnamurti
- Bp. Abdullah dari PK (Pencak Kesehatan)
- Bp. R. Sukirman dari RKB (Rahasia Kekuatan Badan)
- Bp. Alip Purwowarsono dari Perguruan SHO (Setia Hati Organisasi)
- Bp. Suwarno dari perguruan SHT (Setia Hati Terate)
- Bp. R. Mangkupujono (Den Pono) dari perguruan PH (Persatuan Hati)
- Bp. RM. Sunardi Suryodiprojo (Den Mas Nardi) dari perguruan TH (Tunggal Hati) yang sekarang menjadi perguruan RA (Reti Ati)
Batalyon yang terbentuk dan seluruhnya terdiri dari pesilat tersebut memang ada dan ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia. Batalyon-batalyon tersebut turut berperan dalam “Pertempuran Kotabaru” dan dalam “Penurunan Bendera Jepang” di Gedung Agung yang akhirnya berhasil menaikkan bendera Merah Putih.
Batalyon pesilat atau yang disebut GAPEMA (Gabungan Pencak Mataram) tersebut berdiri pada masa penjajahan Jepang. Kehidupan di bawah injakan kaki Jepang pada masa itu sangatlah sulit, begitu juga bagi perkembangan pencak silat. Pencak silat selalu diincar oleh pemerintah Jepang karena dianggap sebagai ancaman bagi mereka. Bagi siapapun yang tertangkap, pasti mendapatkan hukuman siksaan, sehingga dalam usaha mendalami ilmu bela diri ini harus dilakukan secara diam-diam. Tetapi semangat juang serta api kobaran hati dari beberapa pesilat pada waktu itu tidak padam. Dengan segala kebulatan tekad dan disertai dengan keluhuran budinya, kesembilan pesilat tersebut akhirnya mendirikan suatu perkumpulan dengan nama “GAPEMA” (Gabungan Pencak Mataram) dengan tujuan menggalang para remaja untuk ikut serta meingkatkan seni bela diri silat yang nantinya akan dipergunakan untuk melawan para penjajah yang menghuni Tanah Air Indonesia.
Sumber:
- Koran Kedaulatan Rakyat edisi Kamis Pon, 7 Mei 1981
- Arsip pribadi Perguruan Pencak Silat Reti Ati (RM. Sunardi Suryodiprojo : GAPEMA)