Salam hormat to Moderator - Ki sawung Cool
Salam kenal tuk semua teman yang telah mengisi forum ini, smile roll
Tuk mas Adji Aris dan mas Crypton, saluut tuk wawasannya.
Saya cuma mau menambahkan saja soal JSP, saya kenal JSP tahun 1982, sebelum2nya keluarga besar saya juga ikut sewaktu masih bernama PPSN, yang sebelumnya bernama Warga Jaya, memang betul JSP itu mirip Nampon bandung hal ini pernah diungkapkan sendiri oleh Jajaran Sesepuh dalam sebuah acara di TVRI sekitar tahun 1999 - 2000, sy kurang begitu ingat pasnya.
Pada tahun 80-an JSP secara organisasi dipimpin oleh Ibu Rayis di ciputat dan karena sesuatu hal, ditarik kembali dan dipimpin oleh Bpk. Tarmidi (putra Bpk Wakri Badi/ Mbah lurah Wakri - pendiri JSP dulu) di Talang (kampung Pagongan), Tegal .
Mengenai perguruan Raga jati, memang benar ada di Banjarnegara (Jawa Tengah) , ini sy tahu krn kaka saya pernah satu kost di semarang dengan salah seorang murid Manise Raga Jati dan hebat ya bisa matahin benda keras/besi dari jarak jauh, mindahin barang tanpa mengangkatnya.
Semua pandangan soal kehebatan itu tergantung juga dari usia kita, pada masa muda mungkin masih faktor emosi yang lebih banyak bicara, sehingga kita cenderung mencari yang berbau kehebatan.
Mana kala usia kita udah menginjak 35tahun>, yang kita cari adalah nilai-nilai yang lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta, sebagai catatan (sudah diungkap oleh temen2) hampir semua perguruan olah pernafasan memiliki kemiripan jurus. Yang mungkin membedakan masalah pendalamannya saja, ego dari masing-masing orang juga berbeda sehingga timbul aliran olah raga senam pernafasan berbeda-beda nama perkumpulan saja.
Dalam masing-masing perguruan-pun akan berbeda-beda juga tergantung pembimbing kelompoknya (dalam JSP ada kelompok-kelompok pelatihan yg dipimpin oleh ketua kelompok) ada yg mengarah ke kehebatan, pengobatan, manfaat untuk bisnis dll tapi ada juga yang lebih mendalami ke arah perbaikan kelakuan di dunia dan keselamatan akhirat nanti.
Saya termasuk yg mengalami kejenuhan dengan (JSP) bentuk yg bisa mementalkan lawan, mematahkan benda keras (walaupun saya tidak bisa) seiring dengan bertambahnya usia berkurangnya umur, sampai suatu saat saya berkenalan dengan salah satu murid senior JSP, beliau berlatih menjadi murid langsung mbah lurah Wakri (seangkatan dg pak Tarmidi, pak Untung (adik pak Tarmidi yg juga putra mbah Wakri) yang mengatakan bahwa :
- Orang hebat, orang sakti sekalipun nantinya juga mati;
- jurus-jurus pada JSP (perk. lainnya) itu bukan milik para wali ataupun orang hebat lainnya tetapi milik setiap orang di dunia ini;
- Hal ini ditunjukkan dalam setiap gerak jurus (JSP) yang merupakan perwujudan dari sejak posisi Janin dalam perut,lahir, perjalanan hidup dan matinya seseorang.
- bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa mengenal batas usia, berbeda agama.
- akan menjadikan orang menjadi lebih yakin akan kebesaran sang pencipta (Allah SWT), kebenaran kitab suci (membuktikan kebenaran dengan melakukan perjalan rohani - melepas rohani, sukma yang ada dalam diri - bisa dipelajari tanpa doa2 dan puasa) dan berlaku lebih baik.
- Puasa kita, hanya bertujuan untuk memohon pengampunan dari ALLAh, atas segala dosa, kesalahan yg telah kita perbuat dan bukan untuk menambah kesaktian maupun kehebatan
- semua kesaktian dan kehebatan kita umat manusia di mata Allah tidak ada artinya;
Hal lain yang positif dari beliau, walapun kemampuannya menurut saya sudah melebihi guru besar tapi beliau tetap memegang janji tidak mendirikan perguruan lain (nama lain), setiap anggota keluarganyapun kalau mau ikut JSP tetap harus mendaftar dan di harkat oleh ketua organisasi di Tegal bukan oleh orang lain;
Sebelum dan sesudahnya, mohon dibukakn pintu maaf yg sebesar-besarnya jikalau dalam tulisan ini menyinggung hati, perasaan temen-temen di forum ini.
terima kasih, salam persahabatan dari saya
Alam suwung