Untuk senjata KUDI, pengalaman pertama memegang senjata ini kira-kira semingguan yang lalu, bertempat di lokasi Merpati Putih Nursery Mas Poeng di Cipayung. Datang sekitar jam 6, dengan naik sepeda santai dari Pondok Labu. Ngobrol ngalor ngidul bersama senior yang lain hingga tak terasa hampir jam 12 malam.
Melihat bentuk KUDI kemudian menyentuhnya, mencoba menajamkan rasa batin untuk sekedar "ingin tahu". Apa yang saya paparkan disini, bukanlah penjelasan resmi dari Mas Poeng, hanya sekedar apa yang berhasil saya tangkap dan rasakan ketika memegang senjata tersebut. Jadi, murni pendapat pribadi. Mohon maaf kalau salah.
Ada dua perasaan saat memegang KUDI, yakni perasaan saat memegang dengan menghadap ke bawah dan perasaan saat memegang dengan menghadap ke atas. Saya coba jelaskan dua-duanya mengenai apa yang saya rasakan tersebut. Kalau yang masih penasaran seperti apa KUDI, saya coba post disini gambarnya:

***
KUDI MENGHADAP KEATASSaat memegang KUDI, terasa begitu kental bentuk "penghambaan" pembuatnya terhadap Sang Maha Pencipta, begitu kuat rasa pada aspek vertikal yang ada. Ada semacam semangat baru yang tumbuh sebagai puncak dari perjalanan hidup, sebagai puncak dari perenungan hidup, yang sejatinya menuntun manusia untuk kembali mengingat pada Tuhannya dalam setiap kesempatan.
Ketajaman yang dibalut dengan mengucap "Dengan Nama Allah" (Bismillah), pada akhirnya harus menjadi standar ukuran siapapun yang bisa "melukai" dengan "tajamnya sesuatu". KUDI berbentuk seperti tulisan Bismillah kalau sisi tajamnya dihadapkan keatas. Kenapa harus keatas? Menurut saya, karena sisi tajam akan menjadi sangat berbahaya kalau tidak "dibalut" dengan unsur ketuhanan. Tiga jari memegang gagang kudi dimana telunjuk masuk pada lubang yang menambah erat pegangan terhadap Kudi, seolah ingin menyiratkan makna bahwa setiap tindakan apapun yang ingin dilakukan, lakukanlah dengan menyebut asma Allah, dengan menyebut nama Allah, dan genggam erat nama Allah, ikatkan sekuat-kuatnya. Bahkan kalaupun harus menggunakan sisi tajam, jangan lupakan Bismillah, jangan lupakan nama Allah.
Lubang KUDI berada pada huruf "Mim", menurut pengetahuan saya, memiliki penjelasan manusia yang jalan kehidupannya seperti huruf "Mim". dia berputar – putar dalam kehidupannya mencari kebenaran, tapi diakhir tahapan pencariannya dia menemukan jalan lurus. Yang mana ketika dia baru dilahirkan, dia berada dijalan yang lurus. Tapi ketika dia tumbuh dan beranjak dewasa dia berputar – putar sendiri dalam kehidupannya mencari jalan kebenaran sejati. Dan akhirnya dengan izin Allah SWT diakhir pencariannya, dia menemukan jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Dan surga pun siap menerimanya. Insya Allah.
Huruf "MIM" juga, kalau merujuk pada cerita sahabat Rasul Husein bin Ali bin Abi Thalib ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as bersama Nabi sedang menjawab pertanyaan dari seseorang non muslim "apa faedah dari huruf hijaiyah ?" dijelaskan bahwa MIM berarti "pemilik semua kerajaan". Artinya, kita menggenggam erat, dan menggantungkan diri hanya pada pemilik segala kerajaan, yakni Allah SWT.
Sedangkan kalau merujuk pada tasfir numerologi dalam bahasa Arab, huruf MIM memiliki nilai 40 dan bermakna
kaitan, mata rantai. Pada KUDI digenggam dengan kuat, mungkin bertujuan agar MP tetap digenggam dengan kuat sebagai mata rantai yang solid, tidak terpecah belah, tidak terputus. Huruf MIM juga pada tafsir numerologi dapat berarti keagungan/penguasaan atas seluruh langit dan bumi (sebagaimana makna MIM yang berarti pemilik semua kerajaan). Ayat kursi merupakan ayat yang paling banyak mengandung huruf MIM di dalamnya. Sesuai sekali dengan makna "pemilik segala kerajaan". Huruf MIM yang bernilai 40 juga seringkali dimaknai secara literal seperti bentuk 40 hari pengamalan suatu "lelaku" atau 40 hari yasinan, atau 40 hari puasa, atau suatu kondisi tertentu yang banyak dikerjakan dengan berbasis angka 40 di dunia ini. Huruf MIM pada tafsir numerologi bahasa Arab juga berarti Muhammad atau Ahmad yang merupakan pintu menuju Ahad, yang merupakan wahdaniyah Allah. Perbedaan antara Ahmad dan Ahad terletak pada huruf MIM.
Mas Poeng sangat luar biasa jeli dan tepat dengan menjadikan huruf MIM sebagai bagian yang digenggam paling erat. Saya merasa, dengan nalurinya mas Poeng (mungkin) merasakan huruf MIM ini istimewa sehingga dijadikan lubang pegangan terkuat untuk KUDI.
Pada tafsir yang sama, huruf MIM membentuk posisi sujud dalam sholat. Sujud merupakan posisi kedekatan seorang hamba terhadap Tuhannya. Dengan menggenggam erat sholat (sebagaimana cara penggunaan KUDI yang menggenggam huruf MIM secara erat dan kuat), maka maknanya jelas agar sholat dipegang dan dikuatkan semaksimal mungkin. Jangan dilepas.
Jadi, secara umum KUDI yang menghadap ke atas menunjukkan aspek vertikal yang kental dari seorang hamba terhadap Allah SWT.
KUDI MENGHADAP KE BAWAHSaat KUDI diputar menghadap ke bawah, akan terlihatlah ada celah yang bertuliskan "MP". Menurut saya, ini desain yang unik, dimana ketika dibalik akan terbaca ada tulisan MP. Sehingga ciri khas sebagai senjata MP sangat kentara disini. Ini adalah aspek horizontal dimana KUDI digunakan. Pemegang KUDI secara normal pastilah akan menghadap ke bawah, seolah anggota harus tetap menggenggam MP dengan kuat, dimana ketika akan digunakan (yang pasti akan berubah jadi menghadap keatas atau pasti akan twist mengarah ke atas), maka unsur ketuhanan janganlah dilupakan.
KUDI, sesuai dengan filosofi dasarnya, mulailah setiap langkah dengan membaca Bismillah. Mulailah dengan menyebut nama Allah.
***
Demikianlah yang saya rasakan, mohon maaf kalau ada kekurangan dan kesalahan makna. Ini hanya sekedar apa yang saya rasakan ketika menggenggamnya. Itu saja. Tidak lebih. Mohon dikoreksi kalau salah.
Salam.
PS: Terima kasih untuk Mas Poeng yang telah mengizinkan saya memegang senjata ciptaan beliau.
