+-

Shoutbox

30/12/2023 22:12 anaknaga: Mudik ke Forum ini.
Mampir dulu di penghujung 2023..
07/11/2021 17:43 santri kinasih: Holaaaaas
10/02/2021 10:29 anaknaga: Salam Silat..
Semoga Sadulur sekalian sehat semua di Masa Pandemi Covid-19. semoga olah raga dan rasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. hampur 5 tahun tidak ada yang memberikan komen disini.
23/12/2019 08:32 anaknaga: Tidak bisa masuk thread. dah lama tidak nengok perkembangan forum ini.
salam perguruan dan padepokan silat seluruh nusantara.
02/07/2019 18:01 Putra Petir: Akhirnya masuk jua... wkwkwk
13/12/2016 10:49 Taufan: Yuk ke Festival Kampung Silat Jampang 17-18 Desember 2016!!!
20/09/2016 16:45 Dolly Maylissa: kangen diskusi disini
View Shout History

Recent Topics

Kejuaraan Pencak Silat Seni Piala Walikota Jakarta Selatan by luri
24/09/2024 15:38

Kejuaraan Pencak Silat Seni Tradisi Open Ke 3 by luri
24/09/2024 15:35

Kejuaraan Terbuka Pencak Silat Panglima TNI 2024 Se-Jawa Barat by luri
24/09/2024 15:22

Berita Duka: Alamsyah bin H Mursyid Bustomi by luri
10/07/2022 09:14

PPS Betako Merpati Putih by acepilot
14/08/2020 10:06

Minta Do`a dan bimbingan para suhu dan sesepuh silat :D. SANDEKALA by zvprakozo
10/04/2019 18:34

On our book: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
13/03/2017 14:37

Siaran Radio ttg. Musik Pencak Silat di Stasiun "BR-Klassik / Musik der Welt" by Ilmu Padi
12/01/2017 16:19

Tentang buku kami: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
17/10/2016 20:27

Hoby Miara Jin by anaknaga
19/09/2016 04:50

TALKSHOW SILAT - Silat Untuk Kehidupan by luri
22/06/2016 08:11

Thi Khi I Beng by aki sija
17/08/2015 06:19

[BUKUTAMU] by devil
09/06/2015 21:51

Daftar Aliran dan Perguruan di Indonesia by devil
01/06/2015 14:01

SILAT BERDO'A SELAMAT by devil
01/06/2015 13:59

SilatIndonesia.Com

Author Topic: Kong Nizam sang Jawara  (Read 68589 times)

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #105 on: 28/11/2008 16:51 »
baca cerita jeng SK otak harus di plintir dulu 360 derajat biar paham.

ha..ha..ha.. [lucu]
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #106 on: 28/11/2008 17:12 »
yah namanya lagi belajar berkreatifitas mbak PT...

asal jangan ditutup atau diomelin aja orang lagi belajar berkreatifitas mbak...
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #107 on: 28/11/2008 17:14 »
enggak kok malah TOP deh, cuman aku aja yang harus mlintir otak sebab kebanyakan ngitung besi...
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

iqbal khan

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 124
  • Reputation: 1
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #108 on: 01/12/2008 09:05 »
Saya sudah kenal dengan beberapa tokohnya, lumayan juga cara mendiskripsikan tokoh2 tsb dalam "CERSIAGLU"
Salut abis untuk kang sarung kampret.
 [top] [top] [top]

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #109 on: 01/12/2008 09:35 »
situ juga kebagian kang Iqbal heuhueuehehehe...
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #110 on: 05/12/2008 16:12 »
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -

Mula-mula Kong Nizam mempunyai niat untuk kembali ke kotanya karena dia berpikir akan mengadakan perhitungan dengan ke tiga tokoh hitam setelah merasa cukup kesaktiannya untuk menghadapi mereka.Namun ketika dia tiba di hutan pegunungan salak itu dan melihat betapa tubuh dan pakaiannya kotor yang bau badannya amat busuk, dia cepat mandi dan mencuci pakaian di anak sungai yang terdapat di hutan itu, anak sungai yang airnya keluar dari sumber, jernih dan sejuk sekali. Mula-mula memang dia tidak ingin pulang karena kengerian hatinya, akan tetapi setelah dua tiga bulan "Bersembunyi dan Memperdalam Ilmu" di tempat itu, timbul rasa cintanya terhadap HutanTanpa Nama itu dan dia kini tidak ingin pulang sama sekali karena dia telah menganggap hutan itu sebagai tempat tinggalnya yang baru!

Di dekat pohon jati yang besar, terdapat bukit batu dan di situ ada guanya yang cukup besar untuk dijadikan tempat tinggal, dijadikan tempat berlindung dari serangan hujan dan angin. Gua ini dibersihkannya dan menjadi sebuah tempat yang amat menyenangkan. Demikianlah, sampai dua tahun lamanya kakek aneh ini tinggal seorang diri di dalam hutan yang sekarang dinamakan  Hutan Kakek Gila karena keberadaannya. Sebagai seorang ahli silat tingkat tinggi dan hasil terawangan dan juga hasil meditasinya, biarpun ketika itu, sedikit banyak Kong Nizam tahu akan daun-daun dan akar obat, bahkan sering dia  mencari daun daun obat di gunung-gunung dulu sebelum tinggal di Rawa Bangke. Setelah kini dia hidup seorang diri di dalam hutan, bakatnya akan ilmu pengobatan dan kesaktian mendapat ujian dan pemupukan secara alam. Dia harus makan setiap hari itu untuk keperluan ini, dia telah pandai memilih dari pengalaman, mana daun yang berkhasiat dan mana yang enak, mana pula yang beracun dan sebagainya. Selama dua tahun itu, dengan pakaian cabik-cabik tidak karuan, sering pula dia terserang sakit dan dari pengalaman ini pula dia terserang sakit dan dari pengalaman ini pula dia dapat memilih daun-daun dan akar-akar obat, bukan dari pengetahuan, melainkan dari pengalaman.

Mungkin karena tidak ada sesuatu lainnya yang menjadikan bahan pemikiran, maka ini dapat mencurahkan semua perhatiannya terhadap pengenalan akan daun dan akar serta buah dan kembang yang mangandung obat ini sehingga penciumannya amat tajam terhadap khasiat daun dan akar obat. Dengan menciumnya saja dia dapat menentukan khasiat apakah yang terkandung dalam suatu daun, bunga, buah ataupun akar! Tidak kelirulah kata-kata orang bahwa pengalaman adalah guru terpandai. Tentu saja kata-kata itu baru terbukti kebenarannya kalau seseorang memiliki rasa kasih terhadap yang dilakukannya itu. Dan memang di lubuk hati Kong Nizam, dia mempunyai rasa kasih yang menimbulkan suka, dan suka ini menimbulkan kerajinan untuk mempelajari khasiat bunga-bunga dan daun-daun yang banyak sekali macamnya dan tumbuh di dalam Hutan Kakek Gila itu.

Selain mempelajari khasiat tumbuh-tumbuhan, bukan hanya untuk menjadi makanan sehari-hari akan tetapi juga untuk pengobatan dan menambah kesaktian karena ada daun-daun yang langka hanya ada di hutan misterius itu, Kong Nizam mempunyai kesukaan lain lagi yang timbul dari rasa kasihnya kepada alam, kasih yang sepenuhnya dan yang mungkin sekali timbul karena dia merasa hidup sebatangkara dan juga timbul karena melihat kekejaman yang menggores di kalbunya akan perbuatan manusia ketika tiga tokoh hitam membuat keonaran. Di tempat itu dia melihat kedamaian yang murni, kewajaran yang indah, dan tidak pernah melihat kepalsuan-kepalsuan, tidak melihat kekejaman.

Rasa kasih kepada alam ini membuat dia amat peka terhadap keadaan sekelilingnya, membuat perasaannya tajam sekali sehingga dia dapat merasakan betapa hangat dan nikmatnya sinar matahari pagi, betapa lembut dan sejuk segarnya sinar bulan purnama sehingga tanpa ada yang memberi tahu dan menyuruh hampir setiap pagi dia bertelanjang  bulat mandi cahaya matahari pagi dan setiap bulan purnama dia bertelanjang bulat mandi sinar bulan purnama. Inilah disebut kong Nizam disebut KAKEK GILA !!

Tanpa disadarinya, tubuhnya telah menerima dan menyerap inti tenaga mujijat dari bulan dan matahari, dan membuat darahnya bersih, tulangnya kuat dan tenaga dalam di tubuhnya makin terkumpul di luar kesadarannya. Setelah keringat membasahi seluruh tubuh dan beberapa kali memutar tubuhnya yang duduk bersila di atas batu, kadang-kadang dadanya, Kong Nizam turun dari batu itu, menghapus peluh dengan saputangan lebar, kemudian setelah tubuhnya tidak berkeringat lagi, setelah dibelai bersilirnya angin pagi, dia mengenakan lagi pakaiannya dan pergi mengeluarkan bunga, daun, buah dan akar obat dari dalam gua untuk dijemur dibawah sinar matahari.

Inilah yang menjadi pekerjaannya sehari-hari, selain mencangkok, memperbanyak dan menanam tanaman-tanaman yang berkhasiat. Menjelang tengah hari, mulailah berdatangan penduduk yang membutuhkan obat. Di antara mereka terdapat pula beberapa orang pesilat pesilat tangguh yang kasar dan menderita luka beracun dalam pertempuran. Untuk mereka semua, tanpa pandang bulu, Kong Nizam memberikan obatnya setelah memeriksa luka-luka dan penyakit yang mereka derita.


Lebih dari lima belas orang datang berturut-turut minta obat dan yang datang terakhir adalah seorang lakilaki setengah tua bertubuh tinggi besar, dipunggungnya tergantung golok besar di badannya penuh bulu laksana seorang anak kecil yang habis main dengan kucing yang sedang melahirkan hingga bulu-bulunya menempel !!. Dan dia datang terpincang-pincang karena pahanya terluka hebat, luka yang membengkak dan menghitam. "Kakek Sakti, kau tolonglah aku..." Begitu tiba di depan gua dimana Kong Nizam duduk dan memotong-motong akar basah dengan sebuah pisau kecil, laki-laki bermuka timur tengah dan bertubuh tinggi besar itu menjatuhkan diri dan merintih kesakitan. Kong Nizam mengerutkan alisnya. Di antara orang-orang yang minta pengobatan, dia paling tidak suka melihat pendekar yang dapat dikenal dari sikap kasar dan senjata yang selalu mereka bawa. Namun , belum pernah dia menolak untuk mengobati mereka, bahkan diam-diam dia menilai mereka itu sebagai orang-orang yang berwatak serigala, yang haus darah, yang selalu saling bermusuhandan saling melukai, sehingga mereka ini merupakan manusia-manusia yang patut dikasihani karena tidak mengenai apa artinya ketentraman, kedamaian, dan kasih antar manusia yang mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. Inilah perubahan watak dari Kong Nizam setelah tinggal di daerah itu !!.

"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #111 on: 05/12/2008 16:37 »
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -

"Gorilla gagah, bukankah dua bulan yang lalu kau pernah datang dan minta obat karena luka di lengan kirimu yang keracunan?" tanyanya sambil menatap wajah berkulit hitam itu.

"Benar, benar sekali, Kakek Ajaib. Aku adalah Iqbal Khan yang dahulu terkena senjata jarum beracun di lenganku. Akan tetapi sekarang, aku menderita luka lebih parah lagi. Pahaku terbacok pedang lawan dan celakanya, pedang itu mengandung racun yang hebat sekali. Kalau kau tidak segera menolongku, aku akan mati, Kakek Ajaib." Kong Nizam tidak berkata apa-apa lagi, menghampiri orang yang di atas tanah itu, memeriksa luka mengangga di balik celana yang ikut terobek. Luka yang lebar dan dalam, luka yang tertutup oleh darah yang menghitam dan membengkak, seluruh kaki yang berbulu itu terasa panas tanda keracunan hebat! Kong Nizam menarik nafas panjang.

 "Manusia gorilla, mengapa engkau masih saja bertempur dengan orang lain, saling melukai dan saling membunuh? Bukankah dahulu ketika kau datang kesini pertama kali, pernah kau berjanji tidak akan lagi bertanding dengan orang lain?" Mata yang lebar itu melotot kemudian pandang matanya melembut. Tak mungkin dia dapat marah kepada Kakek Gila namun ajaib ini. Kalau tidak ingat kakek gila ini adalah seorang kakek yang menjadi pertapa dan yang menjadi penolongnya hidup suci!

"Kakek Ajaib, aku adalah Iqbal Khan, dan jangan kau menyebut Gorilla Gagah kepadaku. Aku adalah seorang perampok, mengertikah kau? Seorang perampok tunggal yang mengandalkan hidup dari merampok orang lewat! Kalau aku tidak butuh barang, aku tentu tidak akan menganggu orang, dan kalau orang yang kumintai barangnya itu tidak melawan, aku tentu tidak akan menyerangnya. Akan tetapi, dua kali aku keliru menilai orang. Dahulu, aku menyerang seorang kurus kering yang kelihatan lemah, dan akibatnya lenganku terluka hebat. Sekarang, aku merampok seorang pemuda idiot yang kelihatan lemah, yang membawa barang berharga, dan akibatnya pahaku hampir buntung dan kini keracunan hebat. Kau tolonglah, aku akan berterima kasih kepadamu, Kong dan akan mengabarkan sesuatu yang amat penting bagimu".

"Saudara Iqbal Khan, aku tidak membutuhkan terima kasih dan balasan. Aku mengenal khasiat tetumbuhan di sini, tetumbuhan itu tumbuh di sini begitu saja mempersilahkan siapapun juga yang mengerti untuk memetik dan mempergunakannya, tanpa membeli, tanpa merampas dan tanpa menggunakan kekerasan. Aku hanya memetik dan menyerahkan kepadamu, perlu apa aku minta terima kasih dan balasan? Lukamu ini hebat seluruh kaki sudah panas, berarti darahmu telah keracunan, Untuk mengeluarkan racunnya yang masih mengeram di sekitar luka, sebaiknya luka itu dibuka agar dapat diobati, tidak seperti sekarang ini ditutup oleh darah beracun yang mengering. Dapatkah kau membuka lukamu itu, Saudara Iqbal Khan?" Orang tinggi besar itu itu membelalakan mata dan kembali dia kagum mendengar cara kakek gila ini itu bicara, akan tetapi keheranannya lenyap ketika dia teringat bahwa kakek ini adalah Kong Nizam, Kakek Gila Ajaib! Maka dia lalu menghunus goloknya dan melihat berkelebatnya sinar golok, Kong Nizam memejamkan matanya. Terbayang kembali segala keganasan tiga tokoh hitam yang mengobrak ngabrik Rawa Bangke, dan banyak lumuran darah dari senjata-senjata pusaka ke tiga orang itu. Iqbal Khan menggunakan ujung goloknya untuk menusuk dan membuka kembali luka di pahanya. Dia mengeluh keras, akan tetapi lukanya sudah terbuka dan darah hitam mengucur keluar. Dengan siksaan rasa nyeri yang hebat, Iqbal Khan melemparkan goloknya dan menggunakan kedua tangannya memijit-mijit paha yang terasa nyeri itu.

Kong Nizam berlutut, menggunakan jari tangannya yang penuh bulu kasar dan halus untuk bantu memijat sehingga darah makin banyak keluar.Darah hitam dan baunya membuat orang mau muntah! Akan tetapi Kong Nizam yang melakukan hal itu dengan rasa kasih sayang di hati, dengan rasa iba yang mendalam dan tidak dibuat-buat dan tidak pula disengaja, menerima bau itu dengan perasaan makin terharu. Betapa sengsara dan menderitanya orang ini, hanya demikian bisikan hatinya. Dia lalu mengambil bubukan akar tertentu, menabur bubukan itu ke dalam luka yang mengangga.

"Aduhhhhh..mati aku....!" Orang yang sangar dan tinggi besar itu itu berseru keras ketika merasa betapa obat itu mendatangkan rasa nyeri seperti ada puluhan ekor lebah menyengat-nyengat bagian yang terluka itu.

"Harap kaupertahankan, kawan. sebentar juga akan hilang rasa nyerinya. Jangan lawan rasa nyeri itu, hadapilah sebagai kenyataan dan ketahuilah bahwa bubuk itu adalah obat yang akan mengusir penyakit ini." Sambil berkata demikian, Kong Nizam lalu menggunakan empat helai daun yang sudah diremas sehingga daun itu menjadi basah dan layu, kemudian ditutupnya luka itu dengan empat helai daun. Benar saja, rintihan orang itu makin perlahan tanda bahwa rasa nyerinya berkurang dan akhirnya orang itu menarik nafas panjang karena rasa nyerinya kini dapat ditahannya.

"Harap saudara Iqbal membawa akar ini, dimasak dan airnya diminum. Khasiatnya untuk membersihkan racun yang masih berada di kakimu. Dengan demikian maka luka itu akan membusuk dan akan lekas sembuh. Obat bubuk dan daun-daun ini untuk mengganti obat setiap hari sekali, kiranya cukup untuk sepekan sampai luka itu sembuh sama sekali." Kong Nizam berkata sambil membungkus obat-obat itu dengan sehelai daun yang lebar dan menyerahkannya kepada Iqbal Khan. Orang kasar itu menerima bungkusan obat dan kembali menghela napas panjang.

"Kalau saja aku dapat mempunyai seorang sahabat seperti engkau yang selalu berada di sampingku. Kalau saja aku dapat mempunyai seorang saudara seperti engkau, kiranya aku tidak akan tersesat sejauh ini. Terima kasih, Kong dan aku tidak dapat membalas apa-apa kecuali peringatan kepadamu bahwa engkau terancam bahaya besar".

Kong Nizam mengangkat muka memandang wajah manusia penuh bulu itu dengan heran. "Engkong Ajaib, dunia persilatan telah geger dengan namamu. pendekar-pendekar, termasuk aku, yang telah menerima pengobatanmu dan pernah melihat kesaktianmu, membawa namamu di dunia rimba persilatan dan terjadilah geger karena nama Kong Nizam menjadi kembang bibir setiap orang persilatan. Banyak partai besar tertarik hatinya, menganggap engkau tentu penjelmaan dewa atau Sang Buddha dan kini telah banyak aliran-aliran silat dan orang-orang gagah yang siap untuk datang kesini dan untuk membujukmu menjadi anggota mereka atau mereka ingin menjadi muridmu sebagai seorang pendekar sakti yang terkenal. Celakanya, di antara mereka itu terdapat tiga orang manusia iblis yang lain lagi maksudnya, bukan maksud baik seperti tokoh dan partai persilatan, melainkan maksud keji terhadap dirimu."

Kong Nizam mengerutkan alisnya, sedikitpun dia tidak merasa takut karena memang dia tidak mempunyai niat buruk terhadap siapa pun di dunia ini. "Saudaraku yang baik, aku hanya seorang gila yang tidak tahu apa-apa, tidak mempunyai permusuhan dengan siapapun juga. Siapa orangnya yang akan menggangguku?"

Perampok Sangar  itu memandang terharu. "Ahh...kau benar-benar seorang yang aneh dan bersih hatimu. Kalau aku memiliki kepandaian, aku akan melindungimu dengan seluruh tubuh dan nyawaku, bukan hanya karena dua kali kau menolongku, melainkan karena tidak rela aku melihat orang mau merusak seorang kakek ajaib seperti engkau ini. Akan tetapi tiga orang iblis itu..." Iqbal Khan menggiggil dan kelihatan jerih sekali.

"Siapakah mereka dan apa yang mereka kehendaki dari aku?"

"Di dunia persilatan, banyak terdapat golongan sesat, manusia-manusia iblis termasuk orang seperti aku. Akan tetapi dibandingkan dua orang yang kumaksudkan itu, mereka adalah tiga ekor iblisnya harimau buas sedangkan orang seperti aku hanyalah seekor tikus! Yang seorang adalah orang berpenampilan seperti orang gila yang dekil dan gaya cengengesan dan merasa dirinya seperti anggota The Beatles dan Tito Sumarsono penyanyi melankolis dikerajaan, rambutnya panjang harum semerbak seperti bunga bangke dan selalu membawa sebuah kuku macan, namun dia adalah iblis nomor satu. yang kedua orang bermuka kakek-kakek tukang meludah  berpakaian pengemis, kelihatan seperti orang miskin yang alim, namun dialah iblis nomor satu, kedua Raja Setan Pikulan Jali Jengki, seorang yang memiliki rumah seperti istana dan wajahnya yang biasa dan alim menyembunyikan watak yang kejamnya melebihi iblis sendiri! Celakalah engkau kalau sudah berada di tangan kakek ini Kong."

Sempat kaget di muka Kong Nizam akan kata-kata yang dikeluarkan manusia sangar itu kepadanya namun dia berusaha menutupinya dengan kata-kata tenang.

"Hemmm, kurasa 2 orang aneh seperti mereka tidak membutuhkan seorang kakek gila seperti aku. Aku tidak khawatir dia akan mengangguku, Sahabat!"

"Tidak aneh kalau kau berpendapat demikian, karena kau seorang kakek ajaib yang berhati dan berpikiran polos dan murni. Akan tetapi aku khawatir sekali, apa lagi iblis ketiga yang tidak kalah kejamnya. Dia seorang pemuda, gila. Kelihatannya Idiot, rambutnya panjang harum dan selalu membawa sebuah kujang, kelihatannya lemah dan membutuhkan perlindungan. Akan tetapi, seperti iblis pertama, semua kegoblokan dan keidiotannya itu menyembunyikan watak yang sesungguhnya, watak yang lebih keji dan kejam daripada iblis sendiri. Inilah lukaku sekarang penuh beracun karena bekas sabetannya"

"Sahabat yang gagah, harap saja sahabat tidak memburuk-burukkan orang lain seperti itu. Aku tidak percaya." Banda yang tinggi besar  itu menarik napas panjang lalu bangkit berdiri. "Aku sudah memberi peringatan kepadamu Kong. Dan kalau kau mau, marilah kau ikut aku bersembunyi di tempat aman sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Setelah keadaan benar aman barulah kau kembali kesini. Aku mendengar berita angin bahwa ketiga iblis itu sedang menuju ke Gunung Salak mencarimu."

Namun Kong Nizam menggeleng kepala "Aku dibutuhkan oleh penduduk pedusunan si sini, aku tidak pergi kemana-mana, Sahabat ."

"Hemmm, sudahlah! Aku sudah berusaha memperingatkanmu. Mudah-mudahan saja benar-benar tidak terjadi seperti yang kukhawatirkan. Dan lebih-lebih lagi mudah-mudahan aku tidak akan terluka lagi seperti ini, sehingga kalau kau benar-benar sudah tidak berada lagi di sini, aku payah mencari obat. Selamat tinggal,Kong dan sekali lagi terima kasih."

"Selamat jalan, sahabat, semoga lekas sembuh."

Orang itu berjalan menyeret kakinya yang terluka, baru belasan langkah menoleh lagi dan berkata, "Benarkah kau tidak mau ikut bersamaku untuk bersembunyi, kong?" Kong Nizam tersenyum dan menggeleng kepala tanpa menjawab.

"Kong, siapakah namamu yang sesungguhnya?" "Aku disebut Kakek Gila, biarpun aku merasa seorang kakek biasa, aku tidak tega menolak sebutan itu. Kau mengenalku sebagai Engkong Gila Nizam , itulah namaku, Kong Nizam" Iqbal Khan menggeleng kepala, melanjutkan perjalanannya dan masih bergeleng-geleng dan mulutnya mengomel,

"Kakek gila , Kakek ajaib..sayang..!" Dan dia mengepal tinju, seolah-olah hendak menyerang siapa pun yang akan menganggu sahabatnya yang dikaguminya itu. Beberapa hari kemudian semenjak Iqbal Khan datang minta obat kepada Kong Nizam, makin banyaklah orang yang datang membisikkan kepada kakek itu tentang geger di dunia persilatan tentang dirinya. Bermacam-macam berita aneh yang didengar oleh Kong Nizam tentang ancaman dan lain-lain mengenai dirinya, namun dia sama sekali tidak ambil peduli dan tetap saja bersikap tenang dan bekerja seperti biasa, tidak pernah gelisah, bahkan sama sekali tidak pernah memikirkan tentang berita yang didengarnya itu.



*****


Beberapa pekan kemudian, pagi hari dari arah timur kaki Pegunungan Gunung Salak tampak berjalan seorang kakek seorang diri, menoleh ke kanan dan kiri seolah-olah menikmati pemandangan alam di sekitar tempat itu, kakek ini usianya sukar ditebak, tubuhnya kurus kecil, pakaiannya penuh tambalan, dan wajahnya membayangkan kesabaran dan mulut yang ompong itu bahkan selalu menyungging senyum simpul keramahan. Dia melangkah perlahan-lahan memasuki hutan pertama di kaki Pegunungan Salak, langkahnya dibantu dengan ayunan sebatang pikulan yang berwarna hitam, agaknya terbuat dari semacam kayu yang sudah amat tua sehingga seperti besi saja rupanya. Agaknya dia seorang pengemis tua yang hidupnya serba kekurangan namun yang dapat menyesuaikan diri sehingga tidak merasa kurang, bahkan kelihatannya gembira, menerima hidup apa adanya dan hatinya selalu senang. Buktinya ketika dia mendengar kicau burung-burung, kakek ini membuka mulutnya dan bernyanyi pula! Akan tetapi kata-kata dalam nyanyiannya itu tentu akan membuat setiap orang yang mendegarnya mengerutkan kening, karena selain aneh, juga menyimpang dari ajaran kebatinan umumnya!

"Hey abdi-abdi aing,
pek geura taat ka aing.
aing jangji baris maparin sabagian tina elmu aing.
Jeung lamun maraneh aya kahayang, cukup sebutkeun nama aing"

Berkali-kali pengemis ini berjoget seperti kuda yang sedang birahi dan pantatnya geol-geol, dan anehnya bernyanyi dengan kata-kata yang itu-itu juga, suaranya halus dan cukup merdu dan sambil bernyanyi dia mengatur irama lagu walau nadanya mirip lagu dangdutnya dewi persik dengan celok yang sangat indah dengan ketukan tongkat pikulannya di atas tanah lunak atau kebetulan mengenai batu yang keras, ujung tongkat itu tentu membuat lubang. Kedua kakinya yang menari ergaya aneh pada jaman itu dengan bersepatu butut itu sendiri tidak meninggalkan jejak seolah-olah dia tidak menginjak tanah akan tetapi tongkat itu membuat jejak jelas karena setiap kali melubangi tanah maupun batu. Adapun kaki itu sendiri, biarpun menginjak tanah basah, sama sekali tidak meninggalkan bekas.

Beberapa menit kemudian setelah kakek aneh ini lewat, tampak berkelebat bayangan orang, juga datang dari arah timur melalui kaki bukit itu. Mereka itu terdiri dari 12 orang laki-laki dari usia tiga puluh sampai empat puluh tahun, dan seorang wanita , berwajah seperti ibu-ibu komplek kerajaan dan bertubuh bagus dengan gerkan cekatan. 12 orang laki-laki itu kesemuanya kelihatan gagah dan pakaian mereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalah ahli-ahli silat, sedangkan gerakan mereka yang ringan cekatan membuktikan bahwa mereka bukanlah sembarangan orang persilatan melainkan rombongan orang gagah yang berilmu. Hal ini memang tidak salah, karena mereka itulah Putri Teratai dan orang-orang sakti golongan putih di rimba persilatan yang entah tujuannya untuk menemui kakek gila yang katanya sakti atau mengejar tiga tokoh hitam.
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

iqbal khan

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 124
  • Reputation: 1
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #112 on: 09/12/2008 09:10 »
Waduh kebagian jadi gorilla he.he.

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #113 on: 09/12/2008 16:03 »
khan udah belajar langkah kingkong dari uda parewa di padepokan tmii... hehehheheehe :D
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #114 on: 09/12/2008 16:07 »
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -

Tiba-tiba wanita yang seperti ibu ibu komplek  itu mengangkat tangannya ke atas dan memperingatkan para sahabat seperjalananya, kemudian dia menuding ke bawah dan berkata, "Lihat ini....!" Tiga Belas orang ini memperhatikan bekas tusukan tongkat pengemis tadi yang jaraknya teratur dan biarpun tiba di atas batu, tetap saja tampak batu itu berlubang. "Siapa lagi kalau bukan dia?" kata ibu-ibu komplek itu dengan alis berkerut.

 "Tenaga tusukan tongkat atau pikulan yang hebat" kata seorang. "Dan jejak kakinya tidak tampak, lalu di sebelahnya ada bekas hangus para tanaman yang terkena ludah !! , tak salah lagi, Raja Setan Pikulan Jali Jengki, tentu telah lewat disini, dan baru saja. Hayo cepat kita mengejarnya! Jangan sampai dia mendahului kita memasuki Hutan Kakek Gila!" kata orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau. Karena kini merasa yakin bahwa jejak lubang-lubang itu tentu terbuat oleh tongkat Raja Setan Pikulan, maka tiga belas orang tokoh Rimba Persilatan itu mencabut senjata masing-masing dan tampaklah berkilaunya senjata tajam itu meluncur ke depan ketika tiga belas orang itu mengerahkan ginkang mereka dan menggunakan ilmu berlari cepat melakukan pengejaran ke depan, ke arah jejak berlubang itu. Tak lama kemudian terdengarlah oleh mereka bunyi nyanyian kakek pengemis tadi.

Tiga belas orang ini memperlambat larinya dan satu-satunya wanita diantara mereka mengomel lirih, "Hemm, dasar manusia iblis. Selama hidupnya mengejar kesenangan dan demi kesenangan dia tidak segan melakukan hal-hal terkutuk yang kejamnya melebihi iblis sendiri! "

"Sssssttt, mbak Pete, terhadap orang seperti dia kita harus berhati-hati. Semenjak dahulu, kita dari Rimba Persilatan tidak pernah bermusuhan dengan tokoh golongan yang manapun juga, tidak pula mencampuri urusan mereka. Maka biarlah nanti kita bertanya dia secara baik-baik dan kalau tidak terpaksa sekali lebih baik kita menghindarkan pertempuran." Kata orang yang paling tua dari mereka seakan akan mereka jerih melihat kesaktian Setan Pikulan Jali Jengki. Semua sahabatnya memanggil wanita ini yang ternyata dikenal dengan Pendekar Putri Teratai dengan panggilan mbak Pete (mungkin karena selama perjalanan  bersama pendekar wanita ini sering mengunyah pete sebagai makanan cemilan kesukaannya). Dari semua sahabat dari pendekar Putri Teratai ini semuanya mengangguk membenarkan orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau.

Akan tetapi sumoinya mengomel, "Siapakah yang takut kepadanya?" Dia melintangkan pedangnya, terlihat bulu keteknya yang rimbun disela-sela baju silatnya. Memang ibu yang satu ini  yang bernama Pendekar Putri Teratai ini, terkenal tak pernah mencukur bulu keteknya, berhati keras dan pemberani dan memang ilmu pedangnya hebat maka tidaklah mengherankan apabila dia terhitung seorang di antara salah satu tokoh  yang terkenal di dunia rimba persilatan. "Mbak Pete, kita harus mentaati perjanjian kita, agar tidak membawa seluruh sahabat-sahabat disini  menanam bibit permusuhan dengan golongan lain, baik kaum bersih maupun kaum sesat. Karena itu, dalam pertemuan ini, serahkan saja kepadaku untuk mewakili kalian semua!" Karena maklum bahwa dia tidak boleh melanggar perjanjian dari para sahabat dan bahwa muka macan ini selain paling lihai juga merupakan seorang yang mewakili kelompok mereka mereka.

Apa perjanjian mereka ? Mereka berjanji untuk menyelamatkan seorang kakek sakti yang konon gila dari perebutan tokoh-tokoh rimba persilatan, dikarenakan banyak tokoh dari bawah yang ditolong dari kakek ini. Dan banyak pula yang merasa berhutang budi hingga meminta tokoh-tokoh dari kelas atas yang terdiri dari tiga belas orang ini untuk menolong dia. Dan pihak kerajaan Belanda waktu itu juga menjanjikan uang dan harta benda bila dapat membawa tokoh sakti ini turun gunung dan membuka tabir-tabir pengobatannya untuk kemakmuran kerajaan Belanda. Malah ada desas desus barang siapa yang bisa menghisap cairan yang ada di kuping kakek sakti ini hingga habis maka akan memperoleh suatu energi yang luar biasa atau berkhasiat menambah kesaktian, karena kakek ini selalu meminum ramuan-ramuan pengobatan dan ramuan-ramuan yang berkhasiat. Dari sini lah banyak menginginkan tokoh sakti pengobatan ini.

Putri Teratai mengangguk biarpun bibirnya yang merah karena sering memakai gincu dari bubuk batu-bata merah, tetap cemberut tidak puas. Dia merasa tidak puas melihat sikap jerih yang diperlihatkan para sahabatnya. Tiga Belas orang ini masing-masing mempunyai nama besar di dunia persilatan, disegani kawan ditakuti lawan, masa sekarang berhadapan dengan seorang tokoh sesat saja kelihatan gentar? Suara nyanyian itu makin keras, tanda bahwa jarak di antara mereka dengan kakek muka aneh itu makin dekat. Dengan ilmu meringankan tubuh yang hampir sempurna, tiga belas orang pendekar Rimba Persilatan itu dan dapat menyusul dan berkelebatlah tubuh mereka, dari kanan kiri dan atas, tahu-tahu mereka telah berdiri menghadap di depan kakek pengemis dengan sikap keren dan gagah sekali. Kakek pengemis itu masih melanjutkan nyanyiannya sambil berdiri memandang, dan ketika pandang matanya bertemu dengan wajah Putri Teratai, dia tidak meyembunyikan kekagumannya. Raja Setan Pikulan ini merasa pernah bentrok dengan pendekar  wanita ini . Setelah nyanyiannya berhenti, barulah dia tersenyum dan berkata, "Eh-eh, apakah kalian ini serombongan pemain akrobat dan topeng monyet yang hendak menjual kepandaian?"


Aku seorang pengemis tidak mempunyai uang untuk membayar upah kalian!"
 "Harap Locianpwe tidak berpura-pura lagi. Kami tahu bahwa Locianpwe adalah Jali Jengki  yang terhormat. Locianpwe adalah tokoh terkenal yang berjuluk Raja Setan Pikulan, bukan?"

Jali Jengki yang bermuka seperti kakek-kakek ini, merasa senang karena duah diangap kakek-kakek oleh mereka.Kakek yang mukanya kelihatan sabar dan baik hati itu tersenyum, senyumnya juga simpatik dan ramah. Tiga belas orang pendekar Rimba Persilatan itu yang hanya baru mengenal nama kakek sakti kaum sesat ini, diam-diam merasa heran bahkan sangsi apakah benar mereka berhadapan dengan Jali Jengki yang kabarnya kejamnya seperti iblis, karena kakek ini kelihatan halus tutur sapanya dan begitu ramah!

"Ha..ha..ha, sungguh sukar jaman sekarang ini untuk bersembunyi dan menyembunyikan diri. Orang-orang yang merasa muda sekarang amat tajam penciumannya dan penglihatannya, biarpun belum pernah jumpa sudah mengenal orang. Orang-orang muda yang gagah dan cantik, dia memandang Putri Teratai lagi dengan kagum, "Tidak keliru dugaan kalian aku adalah Jali Jengki, seorang pengemis tua yang hanya memiliki sebatang pikulan butut ini. Tidak tahu siapakah kalian dan perlu apa kalian menghadang perjalananku?"

"Kami adalah tiga belas orang ini dari  tokoh-tokoh Rimba Persilatan!" kata Putri Teratai dan karena sudah terlanjur, maka percuma saja orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau mencegahnya dengan pandang matanya.
"Benar, kami adalah tokoh-tokoh Rimba Persilatan, Locianpwe," kata orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau itu dengan hati tidak enak karena sahabat wanitanya yang lancang itu ternyata telah membuka kartu dan mengaku bahwa mereka dari Rimba Persilatan, berarti membawa-bawa semua dari mereka yang ada disana.

"Ha..ha..ha, bagus. Memang Rimba Persilatan mempunyai banyak orang-orang pandai, gagah dan cantik sepanjang kabar yang kudengar. Akan tetapi kalau tidak salah, aku tidak pernah berurusan dengan Rimba Persilatan." Melihat sikap kakek itu masih ramah dan kata-katanya juga halus dan tidak bermusuh, Orang paling tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti harimau itu menjadi makin tidak enak. Akan tetapi karena dia maklum orang macam apa adanya kakek di depannya ini, dan betapa Kakek Gila yang mereka dengar merupakan seorang kakek ajaib yang luar biasa dan sudah menolong manusia dengan pengetahuan yang tepat mengenai khasiat tetumbuhan yang mengandung obat, maka tetap saja dia merasa khawatir akan keselamatan Kakek Gila Ajaib  itu kalau sampai kakek datuk sesat Raja Setan Pikulan ini bertemu dengan kakek ajaib itu.

"Apa yang Locianpwe katakan memang tidak semuanya salah. Di antara Locianpwe dengan Rimba Persilatan, tidak pernah ada urusan. Dan sekali ini, kami orang-orang muda dari Rimba Persilatan juga tidak berniat untuk menganggu Locianpwe yang terhormat. Hanya kami mendengar berita bahwa diantara banyak tokoh dari rimba persilatan, Locianpwe juga berminat kepada kakek gila yang  budiman yang terkenal dengan sebutan Kakek Ajaib Gila dan yang berdiam di dalam Hutan Kakek Gila. Benarkah ini, dan apakah Locianpwe sekarang sedang menuju ke hutan itu?" Mulai berubah wajah kakek itu mendengar ucapan ini, senyumnya masih ada akan tetapi sepasang matanya yang tadinya berseri gembira itu kehilangan cahaya kegembiraannya dan berubah dengan sinar kilat yang mengejutkan mereka semua.

"Hemmm, orang-orang yang merasa muda dan yang lancang. Kalau benar aku hendak pergi mengunjungi Kakek Ajaib Gila, kalian mau apakah?" Tiga belas orang tokoh-tokoh Rimba Persilatan itu sudah dapat "Mencium" keadaan yang membuat mereka semua siap siaga. Mereka melihat bahwa kakek yang kelihatannya halus budi itu dan ramah ini mulai memperlihatkan "tanduknya" atau watak sesungguhnya.

"Locianpwe, kalau benar demikian, kami hanya mohon kepada Locianpwe agar tidak mengganggu Kakek Ajaib Gila."
"Apamukah bocah itu?"
 "Bukan apa-apa, Locianpwe. Namun mendengar betapa anak ajaib itu telah banyak menolong orang tanpa pandang bulu tanpa pamrih, maka sudahlah menjadi kewajiban semua orang gagah di dunia kang-ouw untuk menjaga keselamatannya."

Perubahan hebat pada diri kakek itu. Kini senyumnya bahkan lenyap dan mulutnya menyeringai penuh sikap mengejek, matanya berkilat-kilat dan suaranya berubah kaku, ketus dan memandang rendah.

"Anak-anak kurang ajar! Apakah Semua tokoh tokoh pendekar Hydro korban dari Rawa Bangke yang mengutus kalian?"
"Perkumpulan Pendekar Hydro  tidak tahu-menahu tentang ini. Kami kebetulan berada di daerah ini dalam mencari salah satu tokoh yang menghilang yaitu Kong Nizam, namun dalam pencarian kami, untuk sementara kami mengurusi Kakek Ajaib Gila lebih dahulu dan mendengar akan Kakek Ajaib Gila yang terancam bahaya, maka kami melihat Locianpwe lalu sengaja hendak bertanya. Tentu saja kalau Locianpwe tidak menghendaki Kakek Ajaib Gila, kami pun sama sekali tidak kurang ajar dan kami mohon maaf sebanyaknya."

 "Aku memang menuju ke Hutan Kakek Gila. Mengapa kalian menyangka bahwa aku akan mencelakai Kakek Ajaib Gila?" Tiga belas pendekar dari Rimba Persilatan itu makin tegang. Manusia yang bermuka kakek-kakek peot  ini sudah mulai berterus terang, maka tiada salahnya kalau mereka bersikap waspada dan berterus terang pula.

"Siapa yang tidak mendengar bahwa Raja Setan Pikulan Jali Jengki sedang menyempurnakan ilmu iblis yang disebut Tangan Gerayangan Kolor Ijo?" Tiba-tiba Pendekar PutriTeratai berseru sambil menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka kakek itu. Para sahabatnya terkejut, akan tetapi ucapan telah terlanjur dikeluarkan dan memang dalam hati mereka terkandung tuduhan ini. Ilmu Tangan Gerayangan Kolor Ijo adalah semacam ilmu hitam yang hanya dapat dipelajari oleh kaum sesat karena ilmu ini membutuhkan syarat yang amat keji, yaitu menghimpun kekuatan hitam dengan jalan menghisap conge(ma'af) manusia yang telah banyak meminum ramuan dan minum nanah dan darah, otak dan sumsum melalui daun telinga.


******
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #115 on: 15/12/2008 16:50 »
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -



Tentu saja bagi seorang yang sedang menyempurnakan ilmu iblis ini, Kakek Gila Ajaib mempunyai daya tarik yang luar biasa, karena darah, otak dan sumsum seorang manusia aneh seperti Kakek Gila Ajaib yang ajaib, lebih berharga dari darah, otak dan sumsum puluhan orang manusia  biasa lainnya!. Tiba-tiba kakek itu tertawa lebar.

"Hah-hah-hah-hah, memang benar! Dan satu-satunya manusia aneh yang akan menyempurnakan ilmuku itu adalah Kakek Gila Ajaib! Dan aku bukan hanya suka minum conge dan menghisap darah, otak dan sumsum manusia aneh yang bersih, juga aku bukannya tidak suka bersenang-senang dengan perawan cantik seperti engkau, Nona!"

Dasar Kakek Jali Jengki kadang matanya buram, jangan kan liat Pendekar Putri Teratai yang sudah perawakan ibu-ibu, kambing tetangga aja kadang dipanggil "nona" pula!!

"Singggg! Singggg...!"

Tampak sinar-sinar berkilauan ketika pedang yang tiga belas buah banyaknya itu bergerak secara berbarengan dan tiga belas orang pendekar itu telah mengurung si Kakek yang masih tertawa-tawa.

"Heh-heh, kalian mau coba-coba main-main dengan Raja Setan Pikulan? Sayang kalian masih muda-muda harus mati, kecuali Nona manis. Andaikata Pendekar-Pendekar Hydro berkumpul berada disini sekalipun, mereka juga tentu akan mampus kalau berani menentang Raja Setan Pikulan!"

"Serbu dan basmi iblis ini!" Orang paling tua dari gerombolan itu berteriak dan mereka sudah menerjang maju dengan bermacam gerakan yang cepat dan dahsyat.

Tiba-tiba kakek itu melorotkan celananya dan terlihat kolornya(celana dalam nya) yang bau apek berwarna hijau karena sudah berlumut sambil mengeluarkan suara pekik yang dahsyat, pekik yang disusul dengan suara tertawa menyeramkan. Suara ketawa ini bergema di seluruh hutan, sehingga terdengar suara ketawa menjawabnya dari semua penjuru, seolah-olah semua setan dan iblis penjaga hutan telah datang oleh panggilan kakek itu. Hebatnya, Bau apek, suara pekik dan tertawa itu membuat tiga belas orang pendekar itu seketika seperti berubah menjadi arca, gerakan mereka terhenti dan untuk beberapa detik mereka hanya bengong memandang kakek itu dan jantung mereka seolah-olah berhenti berdenyut.


Orang yang paling tua dari mereka yang bermuka gagah perkasa itu segera berseru, "Awas. Pekikan Siluman Kolor Ijo (Ilmu menggereng seperti siluman kolor ijo yang terluka berdasarkan tenaga dalam suara)!" Seruan ini menyadarkan para sahabatnya . Mereka cepat mengerahkan "Tenaga Dalam Benteng Diri" sehingga pengaruh Pekikan Kolor Ijo itu membuyar. Pedang mereka melanjutkan gerakannya.


"Sing-sing.... siuuuut.... trang-trang-trang..Heh-heh-heh!"

Gulungan sinar pedang-pedang yang menyambar ke arah tubuh kakek dari berbagai jurusan, dapat ditangkis oleh gulungan sinar pikulan tongkat hitam yang telah diputar dengan cepatnya oleh Raja Setan Pikulan. Para pendekar yang terkenal dengan "Barisan Tameng Diri" itu terkejut ketika merasakan betapa telapak tangan mereka menjadi panas dan nyeri setiap kali pedang mereka tertangkis tongkat. Hal ini menandakan bahwa Si kakek benar-benar amat lihai dan memiliki tenaga sakti yang amat kuat. Juga tongkat pikulannya yang kelihatan butut dan hitam itu ternyata terbuat dari logam pilihan sehingga mampu menahan ketajaman pedang di tangan mereka, padahal semua pedang di tangan perkumpulan Barisan Tameng Diri adalah pedang-pedang pusaka yang ampuh.

"Ha..ha..ha, inikah Ilmu Pedang Panca Robah (Ilmu Pedang Lima Unsur Rubahan ) dari Barisan Tameng Diri yang terkenal? Ha..ha, tidak seberapa!" Sambil menggerakan tongkat pikulannya menangkis setiap sinar pedang yang meluncur datang, kakek itu tertawa dan mengejek.

"Bentuk Tameng Sakti Mencari Lubang!" Teriak yang paling tua melihat betapa kakek itu benar-benar amat tangguh sehingga semua serangan pedang mereka dapat ditangkis dengan mudahnya. Tiba-tiba tiga belas orang pendekar itu merobah gerakan mereka, kini mereka tidak lagi menyerang dari kedudukan tertentu, melainkan mereka bergerak mengurung dan mengelilingi kakek itu, sambil bergerak berkeliling mereka menyusun serangan berantai yang susul menyusul dan yang datangnya dari arah yang tidak tertentu. Diam-diam kakek itu terkejut.

Sejenak dia menjadi bingung. Kalau tadi mereka itu menyerangnya dari kedudukan tertentu, biarpun gerakan mereka tadi berdasarkan langkah dasar silat Ikatan Mencak Seluruh Rimba Persilatan, namun dia sudah dapat mengenal dasar langkah silat itu dan dapat menggerakan tongkat pikulan secara otomatis untuk menangkis semua pedang yang datang menyambar.

Akan tetapi sekarang, sukar sekali menentukan dari mana serangan akan datang, dan gerakan mengelilinginya itu benar-benar mendatangkan rasa pusing.

Marahlah Raja Setan Pikulan. Tadi dia ingin mempelajari ilmu pedang Perkumpulan Tameng Diri dan memperhatikan para pengeroyoknya sebelum membunuh mereka. Akan tetapi setelah mereka menggunakan "Tameng Sakti Mencari Lubang" dia tahu behwa mereka kalau dia tidak cepat mendahului mereka, dia bisa terancam bahaya. Tidak disangkanya bahwa Perkumpulan Tameng Diri sangat sakti hingga dapat menciptakan barisan pedang yang demikian lihainya. Tiba-tiba terjadi perubahan pada diri kakek ini. Tangan kirinya berubah menjadi merah dan hijau sekali, merah darah dan kakinya hijau lumut!

"Hati-hati terhadap Tangan Gerayangan Kolor Ijo!" Yang paling tua dari mereka berseru keras ketika melihat perubahan warna tangan kiri  dan  kanan kakek itu.

Raja Setan Pikulan tiba-tiba mengeluarkan pekik yang amat dahsyat, lebih dahsyat daripada tadi dan tubuhnya mendadak membalik, tongkat pikulannya menyambar dibarengi tangan kiri merah itu mendorong ke depan.

"Prak-prak...dessss!" Tiga orang pengeroyok menjerit dan roboh, dua orang dengan kepala pecah oleh tongkat, sedangkan seorang lagi terkena  rabaan yang seperti hewan yang sedang birahi dari Tangan Gerayangan Kolor Ijo, roboh dan tewas seketika dengan dadanya tampak ada bekas lima jari merah seperti terbakar, bahkan bajunya robek dan hangus. Itulah Tangan Gerayangan Kolor Ijo !!, hanya berupa rabaan kamasutra  maut yang mengerikan !!.

Benar Hebat Jali Jengki Raja Setan Pikulan ini. Setelah sekian lama tidak terlihat di Rimba Persilatan malah menciptakan ilmu-ilmu iblis !! Padahal ilmu itu masih belum sempurna, dapat dibayangkan betapa hebatnya kalau kakek ini berhasil menghisap conge, darah, otak dan sumsum seorang manusia aneh ajaib seperti Kakek Gila Ajaib!.

 Sepuluh orang pendekar Barisan Tameng Diri terkejut dan marah sekali. Mereka melanjutkan serangan dengan penuh semangat dan penuh dendam. Namun kembali Raja Setan Pikulan memekik dahsyat sambil bergerak menyerang, dan kembali tiga orang lawan roboh dan tewas. Serangan ini diulanginya terus, tidak memberi kesempatan kepada para pengeroyoknya untuk membebaskan diri. Empat kali terdengar dia memekik dahsyat seperti itu dan akibatnya, dua belas orang diantara Barisan Tameng Diri dari Perkumpulan Tameng diri itu tewas semua, tewas dalam keadaan masih menggurungnya

Sisa yang masih hidup hanya tinggal Putri Teratai seorang! Hal ini memang disengaja oleh Raja Setan Pikulan dan kini sambil tersenyum mengejek dia menghadapi Putri Teratai. Dapat dibayangkan betapa perasaan ibu-ibu komplek ini itu melihat dua belas orang sahabat atau saudaranya telah tewas semua!

Dua belas orang sahabatnya dan saudaranya yang selama ini berjuang sehidup semati dengannya, Malah mereka memanggil Pendekar Putri Teratai dengan panggilan sayang sebagai sumoi yang singkatan dari Senyumnya Emoooy !!

Dan perlu diketahui gerakan-gerakan Barisan Tameng Diri lebih mendekati ilmu kungfu dari daratan Tiongkok, namun mereka membantah bahwa mereka dari Tiongkok yang bukan dari dataran cina sana, tapi agak kesinian mendekati daerah glodok, suatu daratan tempat "Nongkrong yang  Chiong sambil Jongkok", karena itu namanya sama menjadi Tjiongkok , kemudian lama-lama kedengarannya menjadi Tiongkok!! mirip dengan yang ada di daratan china sana, begitu juga ilmunya.

Daerah pertempuran ini menjadi tempat yang mengerikan. Dua belas Barisan Tameng Diri kini telah menjadi mayat yang bergelimpangan di sekelilingnya, seolah-olah mayat dua belas orang itu mengurung dia dan Raja Setan Pikulan yang berdiri tersenyum di depannya.

 "Iblis busuk, aku akan mengadu nyawa denganmu!" Pendekar Putri Teratai berseru mengandung isak tertahan. "Haiiiit.....!" tubuhnya melayang ke depan, pedangnya ditusukkan ke arah dada lawan dengan kebencian meluap-luap. Namun dengan gerakan seenaknya kakek itu memukulkan tongkat pikulannya dari samping menghantam pedang yang menusuknya. "Krekkk!" Pedang itu patah dan gagangnya terlepas dari pegangan Pendekar Putri Teratai! Dara itu membelalakan matanya dan melihat pandang mata Jali Jengki itu kepadanya, melihat senyum yang baginya amat mengerikan itu, tiba-tiba dia membalikan tubuhnya dan melayang ke arah sebatang pohon besar, dengan niat untuk membenturkan kepalanya pecah pada batang pohon itu!

Putri Teratai melihat ancaman bahaya yang lebih mengerikan daripada maut sendiri, maka setelah yakin bahwa dia tidak akan mampu mengalahkan lawannya, dia mengambil keputusan nekat untuk membunuh diri dengan membenturkan kepalanya pada batang pohon.

"Bukkkkkk!" Bukan batang pohon yang dibentur kepalanya, melainkan perut lunak dan tubuhnya berada dalam pelukan Raja Setan Pikulan yang entah kapan telah berada di situ menghadangnya di depan pohon!

"Lepaskan aku!!" Pendekar Putri Teratai berteriak dan tubuhnya tiba-tiba dilontarkan oleh kakek itu, jauh kembali ke dalam lingkaran mayat-mayat sahabat-sahabatnya. Dengan langkah gontai, kakek itu tersenyum-senyum memasuki lingkaran dan melangkahi mayat bekas para penggeroyoknya, menghampiri Pendekar Putri Teratai yang sudah bangkit duduk dengan muka pucat dan mata terbelalak. Dia telah tersudut seperti seekor induk kelinci  ketakutan menghadapi seekor harimau nyangsang dengan kolor berwarna hijau yang siap menerkamnya. Perasaan ngeri yang luar biasa membuat Pendekar Putri Teratai cepat menggerakan tangan kanannya, dengan dua buah jari tangan dia menusuk ke arah ubun-ubun kepalanya sendiri sambil mengerahkan Tenaga Dalam. Batu karang saja akan berlubang terkena tusukan jari tangannya seperti itu apa lagi ubun-ubun kepalanya. "Plakkk!" "Aihhh....!" Pendekar Putri Teratai menjerit ketika tangannya itu tertangkis dan setengah lumpuh. Ternyata kakek itu telah berdiri di depannya dan telah mencegah dia membunuh diri! "Bretttt...bretttt....!" Tongkat kakek itu bergerak beberapa kali dan seperti disulap saja sebagian pakaian yang membungkus tubuh Pendekar Putri Teratai cabik-cabik dan cerai-berai, membuatnya menjadi setengah telanjang ! Terlihat sisa baju dalamnya bertuliskan "Lingerie Made in Singapore" dan bawahannya yang berenda bertuliskan "Toko Lingling Made in Tanah Abang"

Pendekar Putri Teratai menjerit akan tetapi tiba-tiba, seperti seekor kucing menerkam tikus !! Jali Jengki menerkam !! sambil mengeluarkan suara ketawa menyeramkan, kakek itu telah menubruk !!

Tiba-tiba terdengar suara yang halus dan tenang, namun penuh wibawa, "Harap Raja Setan Pikulan tidak berbuat kotor disini.......!"

Sungguh ajaib sekali !!. Biarpun Raja Setan Pikulan yang tidak mempedulikan kata-kata ini dan hendak tetap menyerang menubruk, tiba-tiba saja merasa bahwa tangan nya tidak mampu bergerak!

Terdengar seruan kaget dan heran, dan kini mata beringasnya memandang kepada seorang kakek-kakek yang dengan tenangnya berjalan memasuki kepungan mayat-mayat itu, seperti kapas para mayat itu melayang terbang dan berbaris rapih, lalu dia berbelok ke tanah lapang, dengan mengibaskan tangannya secara pelan sekali seperti  mengusir bebek dalam kandang.
Dan tanah bergemuruh dan membelah !! tanah itu membentuk lubang,kemudian mayat berterbangan seperti dibawa-bawa malaikat yang tak terlihat menghantarkan mereka ke liang kubur !!
Lalu  kakek ini mengangkat tangannya seperti mengucapkan doa buat mereka.

Melihat kejadian ini Raja Setan Pikulan dan Pendekar Putri Teratai melongo keheranan. Setiap kakek ini berjalan rumput seperti diterpa angin sepoi-sepoi dengan membuka jalan laksana barisan prajurit yang membuka jalan untuk seorang Raja. Juga Setan Pikulan Jali Jengki dan Putri Teratai mengeluarkan seruan tertahan. Mereka berdua pun merasa betapa tangan mereka tidak dapat digerakkan! Otomatis mereka pun menoleh dan melihat pula seorang kakek yang memasuki kepungan mayat dan menguburkan mayat itu dengan sikap tenang sekali. Seorang kakek yang tinggi yang berpakaiannya sederhana, agak sepadan, matanya memancarkan sinar yang luar biasa, kakek yang memandang kepada Pendekar Putri Teratai dengan senyum di bibir.

"Ko...kong..Ni..Nizam", bergetar bibir Pendekar Putri Teratai saat mengenal wajah tua yang tersenyum itu.

Betapapun juga, gentar Putri Teratai menghadapi Jali Jengki Setan Pikulan yang bertambah sakti itu, apalagi dia tidak mampu melawan. Ketenangan Kakek berambut putih yang baru datang membuat dia mencari perlindungan dekat kakek ini. Kakek yang bernama Kong Nizam  ini memegang lengan Pendekar Putri Teratai dan terdengarlah suaranya penuh kesabaran dan ketenangan yang wajar, "Saudara Jali Jengki yang baik.. Sadarlah.. dirimu sedang dirasuki iblis yang menggerogoti hatimu, dan aku tahu apa yang telah terjadi. Maka harap saudara perkenankan kami pergi, kemudian sebaiknya saudara melakukan taubatan nasuha atas apa yang telah terjadi sehingga dapat diambil tidakan penebusan dosa, demi kebahagiaan saudara sendiri." Suara ini demikian halus, akan tetapi mengatasi semua ilmu teriakan dan anehnya Jali Jengki itu tidak mampu berteriak-teriak lagi mengeluarkan Pekikan Kolor Ijo.

 "Kami hendak pergi sekarang!" Kakek ini memegang lengan Pendekar Putri Teratai dengan tangan kanannya, dan  Pendekar Putri Teratai memegang lengan Kong Nizam dengan tangan kiri, lalu mereka menghilang sirna dari tatapan Jali Jengki, Manusia sakti yang terkenal sebagai Raja Setan Pikulan !!
 

"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

parewa

  • Administrator
  • Calon Pendekar
  • *****
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 6
  • Posts: 601
  • Reputation: 50
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #116 on: 15/12/2008 17:41 »
-Sambungan Kong Nizam sang Jawara -




"Lepaskan aku!!" Pendekar Putri Teratai berteriak dan tubuhnya tiba-tiba dilontarkan oleh kakek itu, jauh kembali ke dalam lingkaran mayat-mayat sahabat-sahabatnya. Dengan langkah gontai, kakek itu tersenyum-senyum memasuki lingkaran dan melangkahi mayat bekas para penggeroyoknya, menghampiri Pendekar Putri Teratai yang sudah bangkit duduk dengan muka pucat dan mata terbelalak. Dia telah tersudut seperti seekor induk kelinci  ketakutan menghadapi seekor harimau nyangsang dengan kolor berwarna hijau yang siap menerkamnya. Perasaan ngeri yang luar biasa membuat Pendekar Putri Teratai cepat menggerakan tangan kanannya, dengan dua buah jari tangan dia menusuk ke arah ubun-ubun kepalanya sendiri sambil mengerahkan Tenaga Dalam. Batu karang saja akan berlubang terkena tusukan jari tangannya seperti itu apa lagi ubun-ubun kepalanya. "Plakkk!" "Aihhh....!" Pendekar Putri Teratai menjerit ketika tangannya itu tertangkis dan setengah lumpuh. Ternyata kakek itu telah berdiri di depannya dan telah mencegah dia membunuh diri! "Bretttt...bretttt....!" Tongkat kakek itu bergerak beberapa kali dan seperti disulap saja sebagian pakaian yang membungkus tubuh Pendekar Putri Teratai cabik-cabik dan cerai-berai, membuatnya menjadi setengah telanjang ! Terlihat sisa baju dalamnya bertuliskan "Lingerie Made in Singapore" dan bawahannya yang berenda bertuliskan "Toko Lingling Made in Tanah Abang"



kayaknya ini mah cita2nya si alam yg belum kesampaian....   ::)

mbak PeTe mau ke jkt loh... ente bakal kejar pake golok... :w


putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #117 on: 15/12/2008 21:40 »
busyeeettt.. SARKEM, jangan lari luu..
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #118 on: 15/12/2008 21:49 »
ehh ketek gua bersih dan putih lagi...ntar deh gua bukain bener nih,  >:(
mana tuh si Sarkem,
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #119 on: 15/12/2008 22:00 »


kayaknya ini mah cita2nya si alam yg belum kesampaian....   ::)

mbak PeTe mau ke jkt loh... ente bakal kejar pake golok... :w



aduhh saya datang gak malah di sambut pake bunga malah diuber pakai golok, ya udah ntar pesawat mendarat aja di Bandung..
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

 

Powered by EzPortal