Iseng baca di english version, ane jadi ingin tahu lebih banyak mengenai Tokoh Kita yang satu ini, terutama ia mengusung nama silat tradisional khususnya minang, mohon kiranya diskusinya kita bikin enak ajah ya, krn ane inginnya lebih tahu perkembangan silat di USA, ane nggak ingin cari bener ape salahnye.
Thank you
Untuk info lanjutannya silahkan baca disini, kalo ade komentar silahkan saja. 
http://internationalsilatfederation.com
Assalamualaikum semuanya,
Yang kelihatan di permukaan: Bapak Waleed beragama Islam dan mengajar silek tuo. Dukungan dari KBRI dan pangmerentah Padang cukup tegas, namun kita semua tau bahwa itu sesungguhnya belum tentu berarti apa-apa: bisa saja pangmerentah GR ada orang luar negeri yang memperhatikan budaya daerah. Anak2 USA banyak yang bilang hati-hati sama Pak Waleed. Di web, nyata dia Guru silat paling mahal sedunia. Tapi yang menjadikan prihatin, omongan anak USA di forum Enggris, bahwa dia banyak merusak hidup orang. Fitnah? Ada asap ada yang bakar ikan? Walahualam. Nyatanya orang mau bayar mahal dan aparat pangmerentahan kita seneng saja dicatut otoritasnya. Seolah atase budaya itu pasti ngarti silat padahal teu pasti atuh.
Jangan kaget jangan ngutang, kata sesepuh kita Meneer O'ong berkali-kali... eh kalo salah maafin ya Bang, maaf ane orang awam nih.... muwaling serupa Sanders juga punya surat penghargaan dari KBRI. Memang sifat KBRI dengan diplomat yang kurang joss, banyak mudah dimanfaatkan kelompok dan pribadi seperti Sanders. Di Irlandia waktu perguruan Sanders demo dalam satu kesempatan, pernah orang-orang KBRI (yang gak ngerti silat, gak pernah mau tau) ceurig sadayana. Haru birulah Sanders sak kurawanya bangga lupa darat lupa lautan. Dianggap ceurignya pegawe2 KBRI yang rindu lalap poh-pohan itu sebagai pengesahan penipuan yang sudah dipercaya sendiri itu.
Usulku, jangan heran dan jangan meleng. Kalo soal pesilat USA kenapa kita tidak tanya saja Akang kita tercinta, Guru Yana, yang sudah beribu kali memberaki bumi USA yang dahsyat itu.
Wassalam,
kalau ada kata yang menyinggung, harap dimaafkan, memang penulis kurang makan sekolahan.
Bram.