+-

Shoutbox

30/12/2023 22:12 anaknaga: Mudik ke Forum ini.
Mampir dulu di penghujung 2023..
07/11/2021 17:43 santri kinasih: Holaaaaas
10/02/2021 10:29 anaknaga: Salam Silat..
Semoga Sadulur sekalian sehat semua di Masa Pandemi Covid-19. semoga olah raga dan rasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. hampur 5 tahun tidak ada yang memberikan komen disini.
23/12/2019 08:32 anaknaga: Tidak bisa masuk thread. dah lama tidak nengok perkembangan forum ini.
salam perguruan dan padepokan silat seluruh nusantara.
02/07/2019 18:01 Putra Petir: Akhirnya masuk jua... wkwkwk
13/12/2016 10:49 Taufan: Yuk ke Festival Kampung Silat Jampang 17-18 Desember 2016!!!
20/09/2016 16:45 Dolly Maylissa: kangen diskusi disini
View Shout History

Recent Topics

Kejuaraan Pencak Silat Seni Piala Walikota Jakarta Selatan by luri
24/09/2024 15:38

Kejuaraan Pencak Silat Seni Tradisi Open Ke 3 by luri
24/09/2024 15:35

Kejuaraan Terbuka Pencak Silat Panglima TNI 2024 Se-Jawa Barat by luri
24/09/2024 15:22

Berita Duka: Alamsyah bin H Mursyid Bustomi by luri
10/07/2022 09:14

PPS Betako Merpati Putih by acepilot
14/08/2020 10:06

Minta Do`a dan bimbingan para suhu dan sesepuh silat :D. SANDEKALA by zvprakozo
10/04/2019 18:34

On our book: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
13/03/2017 14:37

Siaran Radio ttg. Musik Pencak Silat di Stasiun "BR-Klassik / Musik der Welt" by Ilmu Padi
12/01/2017 16:19

Tentang buku kami: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
17/10/2016 20:27

Hoby Miara Jin by anaknaga
19/09/2016 04:50

TALKSHOW SILAT - Silat Untuk Kehidupan by luri
22/06/2016 08:11

Thi Khi I Beng by aki sija
17/08/2015 06:19

[BUKUTAMU] by devil
09/06/2015 21:51

Daftar Aliran dan Perguruan di Indonesia by devil
01/06/2015 14:01

SILAT BERDO'A SELAMAT by devil
01/06/2015 13:59

SilatIndonesia.Com

Author Topic: Inyiak Upiak Palatiang  (Read 7940 times)

paremansantiang

  • Anggota
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 4
  • Reputation: 0
    • Email
Inyiak Upiak Palatiang
« on: 19/12/2007 06:50 »
Inyiak Upiak Palatiang merupakan sosok wanita pendekar yang melegenda di daerah minang.. (indonesia kayaknya ........ ga tau juga ach)

parewa

  • Administrator
  • Calon Pendekar
  • *****
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 6
  • Posts: 601
  • Reputation: 50
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #1 on: 19/12/2007 17:46 »
dari:http://www.cimbuak.net/content/view/489/8/

Roh Minang Itu Bernama Inyiak Upiak Palatiang

Belakangan ini nama inyiak Upiak Palatiang mulai sering disebut orang lagi. Meski begitu, tak ada yang berubah dari wanita yang berusia lebih dari 100 tahun ini. Inyiak tetap sederhana dan rendah hati.

Tanah Datar: Matahari siang menyinari Dusun Kubugadang, Kecamatan Batipuah, Nagari IV Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Di sebuah rumah, Fatimah terkulai lemah. Dia tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya hanya terbaring dengan tatapan mata yang kosong.

Di halaman rumah, Inyiak Upiak Palatiang mendendangkan saluang, kegiatan yang sebetulnya tak lazim dilakukannya. Siang itu, dia berdendang untuk Fatimah, anaknya yang tengah sakit. Suara saluang begitu menyayat hati. Dengan irama yang terjaga, Inyiak terus mendendangkan saluang.

Tak dinyana dendang sang ibu membuat semangat hidup Fatimah tergugah. Dengan suara lirih dan nyaris tak terdengar, dia pun bersenandung. Dendang saluang ciptaan Inyiak membuatnya seperti kembali mempunyai semangat hidup. Dia terus mengikuti syair-syair saluang yang diciptakan sang ibu.

Inyiak memang pandai berdendang saluang. Tak hanya itu, dia juga pintar menciptakan syair dendang saluang. Sudah ratusan hasil karyanya. Beberapa di antaranya bahkan sangat digemari. Sebut saja Singgalang Kubu Diateh, Singgalang Gunuang Gabalo Itiak, Singgalang ratok Sabu, Singgalang Layah, Singgalang Kariang, Singgalang Alai, Indang Batipuah, dan Parambahan Batusangka.

Tak ada yang mengetahui waktu kelahiran Inyiak secara persis, termasuk dirinya sendiri. Yang dia ingat, saat gempa besar menghantam Padang Panjang pada 1926, Inyiak sudah bersuami dan mempunyai seorang anak berusia sepuluh tahun. Dengan pengakuannya ini, yang juga dibenarkan orang-orang yang pernah mengenalnya, usia Inyiak diperkirakan sudah di atas 100 tahun.

Dalam usia yang lebih dari satu abad, Inyiak tidak seperti orang tua kebanyakan yang sudah pikun dan lemah. Langkahnya masih tegap. Jalannya juga termasuk cepat. Bahkan, kegiatan setiap harinya cukup padat. Hampir setiap pagi dia berjalan kaki melihat sawahnya. Kemudian melanjutkan kegiatan rumah tangga, seperti ibu-ibu lainnya di Kubugadang. Seperti wanita Minang pada umumnya, Inyiak juga masih memasak, menyiapkan makanan untuk seluruh keluarga.

Kekuatan fisik Inyiak sebenarnya tak terlalu mengherankan, jika melihat latar belakangnya sebagai seorang pesilat. Dia bukan pesilat biasa, tapi seorang Pandeka--sebutan yang sebetulnya langka bagi wanita Minangkabau. Gelar ini didapat karena Inyiak sangat menguasai silat gunuang, aliran silat yang menjadi hulu berbagai aliran silat yang berkembang di Minangkabau. Tiga jurus dasar silat gunuang, yaitu tangkok atau tangkap, piyuah atau pelintir, dan gelek atau mengelak, hingga kini masih kokoh diperagakan Inyiak. Lengkap pula dengan kekuatan tenaga yang tersimpan.

Semua ini diperagakannya dalam sebuah pertemuan yang diprakarsai Perhimpunan Aliran Silat Tradisional Minangkabau di Bukittinggi, Desember silam. Dalam pertemuan itu, hadir 79 pandeka silat tua dari berbagai aliran. Di hadapan para pejabat dan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia, Inyiak menampilkan silat tua Gunuang. Gerakannya lincah, sorot matanya tajam, dan gerakannya waspada.

Dia menghalau serangan dengan elakan dan tangkisan. Ketika tangan lawan mengarah ke dadanya, dengan secepat kilat ia tangkap dan memelintirnya dengan satu gerakan mengunci. "Kecepatan dan ketangkasan gerak silat Inyiak seperti menyaksikan perempuan berusia 30-40 tahun. Padahal Inyiak telah berusia 104 tahun. Luar biasa dan mengagumkan," kata H Indra Catri, pengamat seni tradisi dan Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Padang.

Belakangan ini nama Inyiak mulai sering disebut orang. Meski begitu, tak ada yang berubah dari wanita tua ini. Inyiak Upiak Palatiang tetap sederhana dan rendah hati.(ULF/Aldian)

Sumber : Liputan6.com
« Last Edit: 19/12/2007 17:52 by parewa »

Taufan

  • Moderator
  • Calon Pendekar
  • **
  • Thank You
  • -Given: 6
  • -Receive: 27
  • Posts: 506
  • Reputation: 76
    • Email
  • Perguruan: Bandarkarima
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #2 on: 25/12/2007 17:52 »
Assalamu 'alaikum w. wb.
Thanks berat uda Parewa, artikel yang menarik untuk dishare. Sahabat2 di FP2STI mohon info lainnya ya... Kisawung, uda Dirman, pleaaaase...
Wassalam,
TP

Sosro_Birowo

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 336
  • Reputation: 34
  • The best of us is never enough but God's love
    • Email
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #3 on: 28/12/2007 09:29 »
SS,
hormat dan takzim untuk Inyiak Upiak Palatiang,sebuah legenda nyata dari tradisi pencak silat tradisional...

==
S Birowo..
==
Kalo gak salah artikel ini dari kompas (?) CMIIW

Sabtu, 24 Januari 2004
Inyiak Upiak Palatiang Mengkhawatirkan Silat Tradisi

Laporan : Khairul Jasmi

Kubu Gadang, Batipuah, sebuah desa kecil dekat Padangpanjang, Sumbar, terlihat lengang, 14 Januari lalu. Beberapa orang wanita, bergegas menyelamatkan jemurannya, sebab sebentar lagi hujan akan turun. Di sebuah rumah kecil di desa yang sama, seorang nenek bernama Inyiak Upiak Palatiang, berusia 105 tahun, sedang menangis.

Ia tak kuasa melihat anaknya yang nestapa karena sakit. Anak satu-satunya itu bernama Upiak Lamsinar (50 tahun). Upiak Lamsinar, yang terbaring di kasur tipis, seperti melupakan sakit yang menderanya: kanker
payudaranya meradang. Sudah hampir dua bulan ia terbaring lemah. Penyakitnya kambuh lagi, sejak dioperasi tahun 1991 silam.

Lamsinar meneteskan air mata bukan karena penyakitnya, bukan pula karena hari hendak hujan, tapi karena meminta tukang saluang (musik tiup minang) naik ke rumahnya. Saluang pun ditiup dan Upiak Lamsinar -- masih terbaring-- mengalunkan suara rancaknya. Ia seperti lupa pada sakitnya. Rona mukanya memerah, berseri. Lagu saluang yang ia bawakan, meruntuhkan perasaan. Suaranya indah sekali. Ibunya, Inyak Upiak Palatiang, terlihat menunduk. Air matanya pun jatuh. Alangkah indahnya suara anak saya, kata Palatiang parau.

Upiak Palatiang masih tangkas. Apa pekerjaannya sehari-hari? Paling ia hanya lima menit di rumah, kemudian pergi lagi, kecuali malam, ia memang di rumah saja, kata menantunya. Palatiang seperti memiliki kaki beroda. Maunya berjalan terus, ke sawah, ladang, ke rumah saudaranya.

http://silatindonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=58
Ia punya tiga orang anak: dua lelaki dan satu wanita --yaitu Upiak Lamsinar tadi. Palatiang (mungkin) adalah warisan terakhir dari sosok komplet wanita Minang. Ia wanita yang berprofesi sebagai dukun beranak. Selain itu, ia adalah penutur yang baik
cerita-cerita nabi, penutur sifat 20, hafal cerita-cerita surga dan neraka. Juga pandai mengaji. Palatiang juga pesilat ulung. Tubuh tua ringkihnya, seperti akan jatuh disapu angin. Ia bisa meliuk, kakinya bisa terbang, dan tangannya cekatan. Bahkan, ia bisa bersalto. Palatiang adalah nenek yang piawai berdendang. Syair-syair saluang yang ia ciptakan sudah ratusan banyaknya dan semua melankolis.

Tapi, yang ia sedihkan adalah silat tradisi. Karena, sudah jarang yang belajar dan jarang pula guru yang menguasai ilmu silat tradisi secara utuh, ia khawatir silat tradisi akan punah. Silat, tuturnya, adalah ilmu bela diri yang dimaksudkan bukan untuk mencari lawan, tapi mencari kawan. Dengan ilmu silat, seseorang bisa lebih dekat kepada Tuhan. Pesilat, kata Palatiang,
bisa melambung bagai kapas dan hingga di tanah bagai kapas pula.

Kalau soal saluang ia tak risau benar, sebab saat ini industri rekaman saluang cukup menggembirakan, meski tidak banyak syair baru yang muncul. Di Minangkabau ada dua bentuk kesenian yang menonjol. Pertama randai dan kedua saluang. Yang pertama adalah perpaduan dari sastra, musik, seni suara, seni tari, teater, pencak silat komedi, dan seni dekorasi. Yang kedua adalah alat musik tiup yang dipakai untuk mengiringi syair-syair Minang klasik. Syair klasik ini dipetik dari gejala alam, dari pengalaman batin, dan peristiwa-peristiwa hebat. Semua disyairkan dalam bentuk petatah-petitih.

Palatiang adalah sosok yang riang. Bersamanya, kita tak henti-henti tertawa. Ia tidak seperti orang tua yang pikun, bongkok, atau sesak napas. Ibunya, Upiak Aji, adalah seorang pendendang ulung di kampungnya. Menurut salah seorang murid Palatiang, Musra Darizal Rajo Mangkuto (56 tahun), Palatiang telah menciptakan ratusan syair saluang. Syair-syairnya banyak diilhami oleh Gunung Singgalang dan Gunung Merapi, dua gunung yang ditakuti sekaligus dikagumi orang Minang.

Upiak Palatiang sangat jago membuat dan mendendangkan syair-syair saluang dengan pitunang. Jika, misalnya, Palatiang menyukai seorang lelaki, maka ia cukup berdendang saja, maka si
lelaki akan tergila-gila padanya. Itulah pitunang, daya pikat magis yang memancar lewat suara. Tapi, Palatiang tak mau menggunakan ilmunya itu untuk hal-hal semacam itu. Tiga orang suaminya --semua sudah meninggal-- didapatnya bukan dengan cara yang demikian.

Menyayangi Inyiak Upiak Palatiang berarti menyayangi silat tradisi Minang. Palatiang sendiri tidak bisa dipisahkan dari silat. Ia berguru pada ayah dan pamannya. Pada suatu malam yang dingin di Istana Bung Hatta Bukittinggi, Ahad 14 Desember 2003 lalu, berlangsung pertemuan bersejarah, diprakarsai Perhimpunan Aliran Silat Tradisional (Pasti) Minangkabau. Untuk pertama kalinya 79 orang pandeka (guru besar) silek tuo (silat tua) dari berbagai aliran bersilaturahmi dan unjuk kebolehan. Mereka semua berusia 70
tahun ke atas. Salah satu sosok yang mengejutkan adalah seorang wanita tua. Itulah Upiak Palatiang.

Di hadapan para pejabat dan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Inyiak menampilkan silat tua Gunuang. Ia lincah bergerak. Sorot matanya tajam. Ketika ia diserang, ratusan hadirin menahan napas. Ia menghalau serangan dengan elakan (gelek) dan tangkisan (tangkih) yang gesit. Lawan tak bergerak. Kalah! Inyiak memberi hormat. Tepuk tangan riuh, pertanda salut dan kagum.
Menguasai Kekuatan/kesaktian adalah untuk belajar rendah hati dan sadar akan adanya Kekuatan MahaTertinggi yaitu Sang Cahaya Kasih Sejati.

Sosro_Birowo

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 336
  • Reputation: 34
  • The best of us is never enough but God's love
    • Email
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #4 on: 28/12/2007 09:32 »
lihat juga : http://kompas.com/kompas-cetak/0401/09/naper/789395.htm
==

Inyiak Upiak Palatiang, Semangat Tradisi Minang

Ditulis pada Desember 8, 2007 oleh arekuek

DINGIN MEMBALUT KOTA Bukittinggi. Jam Gadang di depan Istana Bung Hatta menunjukkan pukul 23.30. Minggu, 14 Desember 2003, itu berlangsung pertemuan bersejarah, diprakarsai Perhimpunan Aliran Silat Tradisional (Pasti) Minangkabau. Untuk pertama kalinya 79 orang pandeka (guru besar) silek tuo (silat tua) dari berbagai aliran bersilaturahmi dan unjuk kebolehan. Mereka semua berusia 70 tahun ke atas.

Yang mengejutkan sekitar 200 hadirin adalah munculnya perempuan pandeka satu-satunya, yang dalam usia 104 tahun masih tetap berkesenian, melestarikan, dan mewariskan silat tradisi Minang. Namanya Inyiak Upiak Palatiang atau disapa Inyiak. Ia tampil bersama anak dan cucunya.

Di hadapan para pejabat dan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Inyiak menampilkan silat tua Gunuang. Gerakannya lincah, sorot matanya tajam dan waspada. Ia menghalau serangan dengan elakan (gelek) dan tangkisan (tangkih). Ketika tangan lawan mengarah ke dadanya, dengan secepat kilat ia tangkap dan memelintirnya dengan satu gerakan mengunci. Inyiak memberi hormat, permainan usai. Tepuk tangan riuh, pertanda salut dan kagum.

“Kecepatan dan ketangkasan gerak silat Inyiak sepertinya menyaksikan perempuan berusia 30-40 tahun. Padahal Inyiak telah berusia 104 tahun. Luar biasa dan mengagumkan,” kata H Indra Catri, pengamat seni tradisi dan Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Padang.

TIDAK sulit mencari Inyiak di kediamannya di Dusun Kubugadang, Kecamatan Batipuah, Nagari IV Koto, Kabupaten Tanah Datar. Semua orang tahu.

Pagi itu Inyiak tengah beristirahat sembari menikmati rokok keretek setelah membersihkan halaman rumahnya. Duduk lesehan, Inyiak bercerita dengan penuh semangat, sesekali mencontohkan gerakan silat dengan jurus-jurus unggulannya, baik dalam posisi berdiri maupun dalam posisi rebah di lantai.

Inyiak masih melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah, bahkan ke sawah, menyiangi padi. Ingatan, pendengaran, dan penglihatannya ternyata masih normal dan tajam.

Inyiak mengatakan, silat merupakan salah satu jenis tradisi Minang yang banyak diminati masyarakat. Silat di lahirnya mencari kawan, sedang di batinnya mencari Tuhan. Maksudnya, silat adalah ajang untuk silaturahmi, memperkokoh persaudaraan dan persatuan. Dari mana saja mereka berasal, kalau sudah menyebut nama sang guru, berarti mereka bersaudara. Karena itu, amat jarang ada perkelahian antarkampung, antardaerah.

Mencari Tuhan, maksudnya, bagaimana mendekatkan diri kepada-Nya. Menyadarkan orang yang berniat jahat sekaligus menyadarkan kita sendiri. “Makanya, dalam prosesi bersilat, turun ke gelanggang, berdoa kepada Tuhan dan keselamatan atas Nabi menjadi yang utama. Murid yang ingin menuntut ilmu silat pun harus memenuhi persyaratan, misalnya mempunyai niat dan hati bersih, tidak untuk gagah-gagahan. Perlu diingat, silat bukan untuk membunuh orang, tapi membunuh sifat-sifat buruk seseorang, seperti busuk hati, dengki, buruk sangka, sok jagoan, dan sebagainya. Pada akhirnya murid silat akan dekat kepada Tuhan,” katanya menjelaskan.

Sebagai ilmu bela diri, silat tak kalah hebat dari ilmu bela diri lainnya. Silat itu ilmu Tuhan. Ia runcing tapi tidak menusuk, ia tajam tapi tak menyayat. Begitu salah satu filosofinya.

Menurut Inyiak, keunggulan silat tradisi Minang itu di gelek, semacam gerak refleks yang bagaikan kilat. Pada saat lawan mau menghunjamkan pisaunya, misalnya, tendangan atau gerakan tangan kita sudah bersarang di titik-titik vital di tangan lawan sehingga senjata tajam terlepas.

“Apa pun jenis senjata, termasuk peluru yang ditembakkan, bukan hal aneh dalam silat tradisi Minang. Secepat peluru melesat, lebih cepat lagi tangan menangkap peluru tersebut. Seseorang yang mendalami ilmu silat bisa jatuh bak kapas atau hinggap di daun seperti kapas,” papar Inyiak.

Didampingi anaknya kemudian, Mawardi (58) dan Zulfachri (42) alias Uncu, Inyiak mengiyakan apa yang dijelaskan anaknya itu. “Aliran silat tua di Minang cukup banyak, puluhan. Salah satunya, yang kini diajarkan dan diwarisi Inyiak, adalah silat Gunung (Marapi),” kata Uncu.

INYIAK Upiak Palatiang tidak hanya seorang perempuan pendekar satu-satunya yang masih hidup dan masih tetap bersilat, tetapi juga seniman yang telah menciptakan ratusan syair/lagu dendang saluang dan pantun-pantun pertunjukan randai. Bahkan, ia juga seorang pendendang terkenal.

“Inyiak telah menciptakan ratusan syair/lagu dendang saluang dan pantun-pantun untuk randai, yang sampai kini karya-karyanya masih dikagumi orang. Inyiak juga seorang pendendang terkenal dan mempunyai karisma. Pitunang (daya pikat, bagai magnet) suaranya mengagumkan,” kata Musra Darizal Rajo Mangkuto (56), seniman tradisi Minang dan murid Inyiak.

Lagu/syair dendang ciptaan Inyiak yang terkenal antara lain Singgalang Kubu Diateh, Singgalang Gunuang Gabalo Itiak, Singgalang Ratok Sabu, Singgalang Layah, Singgalang Kariang, Singgalang Alai, Indang Batipuah, dan Parambahan Batusangka.

Menurut Musra, atau lebih dikenal Dakatik, lagu terakhir yang sempat ia pelajari dari Inyiak adalah Singgalang Gubalo Itiak. Syairnya begini: Urang Gunuang gubalo itiak/ Hari sadang pukua duo/ Kalau rancak usah diambiak/ Nantikan rila dek nan punyo//. Syair ini bercerita tentang seorang perempuan cantik, yang membuat banyak pemuda tergila-gila. Namun, meski ia cantik, tak usah diambil (digaet), tanpa seizin yang punya (pacar atau suaminya). Pesan yang hendak disampaikan adalah hidup ini harus berjelas-jelas.

Yang khas dari syair-syair ciptaan Inyiak adalah ia suka lagu-lagu ratok (ratap) atau lagu-lagu rusuah (risau hati). Pilihan kata atau sampiran pada lagu/syair ciptaannya cerdas dan punya logika. Tidak asal bunyinya sama. Sampirannya tidak terlalu jauh.

Contohnya Manga dek bolai nan dibubuik/ Bungo tampunik lareh balun/ Manga dek carai tuan sabuik/ Niaik di hati sampai balun//. Bolai adalah jenis kunyit yang harum. Namun, bungo tampunik lebih harum lagi. Di situ terlihat bahwa sampirannya lebih mengandung isi. Pesannya adalah janganlah ada niat memperistri lagi perempuan cantik, sementara istri yang lebih cantik belum terniat untuk menceraikannya.

Menurut Musra, kalau syair-syair itu didendangkan sendiri oleh Inyiak, kekuatannya menjadi lain. Sebab, garinyiak suaro (vibra, semacam anak suara yang diiringi cengkok) atau pitunang suaro Inyiak memukau. Katanya, “Mendengar suara Inyiak, orang bisa tertarik, terkesima, dan jatuh hati. Sesuatu yang tidak dipunyai oleh banyak pendendang lain.

“Kelebihan lain, Inyiak juga guru bagi sejumlah peniup saluang. Inyiak pandai mengajarkan garitiak saluang, bagaimana “menikam” garinyiak suara/dendang.

“Melihat peran yang begitu besar dan kecintaan Inyiak kepada kesenian tradisi Minang, seperti silat, randai, saluang, hingga menciptakan ratusan syair/lagu yang abadi sampai kini, bahkan di usianya yang lebih 100 tahun masih terus berbuat, seharusnya pemerintah atau lembaga kesenian memberikan penghargaan buat beliau,” kata Musra dan Indra Catri.

Sumber : Kompas - YURNALDI

==
kalo yang pengen tahu wajah inyiak :
buka aja di :
http://boykomar.multiply.com/journal?&page_start=20
trus scroll ke bawah .

..tabik
S birowo
Menguasai Kekuatan/kesaktian adalah untuk belajar rendah hati dan sadar akan adanya Kekuatan MahaTertinggi yaitu Sang Cahaya Kasih Sejati.

Java

  • Calon Pendekar
  • *
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 647
  • Reputation: 48
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #5 on: 28/12/2007 10:31 »
@kang Sosro
Trima kasih atas narasi Inyiak Upiak Palatiang yg sangat bermanfaat.
Coba info ini saya dapat beberapa tahun lalu saat saya punya kesempatan tiap minggu traveling Duri - Bukittinggi/ Padang. Sangat mungkin saya sowan beliau bertahun-tahun lalu :'( :'( :'(

sedyaleksana

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 17
  • -Receive: 7
  • Posts: 417
  • Reputation: 43
    • PD Germany & Swiss
  • Perguruan: Perisai Diri
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #6 on: 28/12/2007 15:32 »
@mas Java: gak usah nyesel mas, itu namanya bukan/belum jodoh, kalau sudah saatnya pasti akan ketemu juga ;). Kan sudah banyak buktinya, kita2 ini saksinya :D

Java

  • Calon Pendekar
  • *
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 647
  • Reputation: 48
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #7 on: 28/12/2007 15:48 »
@mas Sedyaleksana
Betul. [top]

Saya punya Paman Mertua yang punya harimau peliharaan. Dulu anak tertua saya waktu pisah susu (disapih) dari Ibunya diberi syarat oleh beliau.

Namun saya tak pernah tanya ilmu-ilmu itu pada beliau karena saya anggap itu hanya sekedar cerita. Baru setelah beliau meninggal Mertua kontan saya yg nota bene adik kandungnya membenarkan serta membeberkan beberapa kisah almarhum, saya baru percaya! Tapi apa gunanya...toh beliau sudah meninggal. hik...hik...hiks.....

sedyaleksana

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 17
  • -Receive: 7
  • Posts: 417
  • Reputation: 43
    • PD Germany & Swiss
  • Perguruan: Perisai Diri
Re: Inyiak Upiak Palatiang
« Reply #8 on: 28/12/2007 18:39 »
Ada yg punya video beliau nggak ya. Kalau ada tolong dong di share ke sini. Terimakasih.
Salam
Chandrasa

 

Powered by EzPortal