salam pentjak
ini dia s
bener kata one hampir jadi bungkus kacang rebus :'( tpi kagak jadi
ini dia di ambil dari posmetro
HIKAYAT KELUARGA BESAR BANG BALONGMengapa kampung yang kini terpecah ke dalam beberapa kelurahan di wilayah Jakarta Barat dan Selatan itu disebut Rawa Belong?
Pada hal saat ini dalam administrasi di pemerintahan tidak tercatat adanya Kelurahan Rawa Belong. yang ada hanya Kelurahan Sukabumi Ilir, Sukabumi Utara Grogol Utara dan kelurahan lainnya.
Seperti yang dikisahkan
Komarudin, tokoh masyarakat betawi yang juga Ketua Umum PERWABI, di daerah ini dulunya terdapat sebuah rawa, mungkin saat ini terletak dekat pertigaan Rawa Belong yang menghubungkan jalan Kebayoran lama, jalan Palmerah dan jalan Rawa Belong.
Di pinggir rawa itu hidup sebuah keluarga yang sangat dermawan terhadap yang lemah. Namanya keluarga Bang Balong. Bang Balong memiliki tanah yang sangat luas dan ternak yang banyak.
Daerah ini, dulunya memang merupakan daerah subur perkebunan, pesawahan yang berawa-rawa dan juga masih terdapat hutan. Mata pencaharian penduduk rata-rata berkebun, menanam padi dan berternak. Kemakmuran tanah Rawa Belong mulai menyusut ketika Belanda terus mencengkram meraka. Mereka pun kemudian hidup dibawah garis kemiskinan. Bang Balong sedikit dari pengecualian nasib warga betawi saat itu. Namun menurut
Suwarno Ayub, meski sangat demawan terhadap sesama, ada kelemahan Bang Balong yang kemudian menjadi beban hidupnya. Ia gagal mengurusi urusan domestik dalam hal keluarga. Bang Balong ternyata doyan kawin, memiliki istri banyak dan tentu saja anak-anaknya juga sangat banyak. Meski tidak ada yang tahu alasan kuat apa yang membuat (Bang) Balong suka menikah. Apakah karena sunah atau memang memiliki syahwat yang tinggi. Tidak ada yang tahu.
Keluarga (Bang) Balong yang banyak itu pada awalnya memang hidup rukun-rukun saja. Tak ada percekcokan diantara meraka. Dalam banyak kesempatan mereka berkumpul di rumah (Bang) Balong yang besar. Saling canda dan memahami satu sama lainnya, baik natara sesama istri (Bang) Balong maupun anak-anaknya.
Namun suatu ketika, setelah anak-anak itu dewasa, mereka mulai menuntut hak warisan. Kondisi itu diperpanas oleh istri-istri (Bang) Balong yang mempengaruhi anak mereka masing-masing agar kebagian lebih dari harta warisan itu. Maka konflik keluarga pun akhirnya tidak dapat dihindari. Makin hari suasana keluarga Bang Balong tambah kacau. Tentu saja hal ini sangat membebani pikirannya. Akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal.
Warga sekitar sangat prihatin dengan penderitaan dan beban hidup yang ditanggung Bang Balong. Padahal mereka tahu lelaki betawi itu sangat demawan terhadap sesama. Selama hidupnya, tak sedikit warga yang mendapat pertolongannya. Apalagi saat itu jaman penjajahan, rakyat pribumi sangat hidup menderita.
Jika berhutang ke tuan tanah atau rentenir Arab dan Cina, mereka dibebani bunga uang yang tinggi. Bang Balonglah yang menolong mereka dengan ikhlas. Ia tidak pernah menarik bunga dari uang yang dipinjamkannya, karena ia tahu bunga uang adalah riba. Dan riba itu diharamkan dalam agama. (SP)
POSMETRO,Sabtu tanggal 22 Maret 2003
itu dia sekelumit ceritera ASAL RAWE BELONG...........
SEKALI CINGKRIK TETAP CINGKRIK........................
SALAM PENTJAK