+-

Video Silat


Shoutbox

30/12/2023 22:12 anaknaga: Mudik ke Forum ini.
Mampir dulu di penghujung 2023..
07/11/2021 17:43 santri kinasih: Holaaaaas
10/02/2021 10:29 anaknaga: Salam Silat..
Semoga Sadulur sekalian sehat semua di Masa Pandemi Covid-19. semoga olah raga dan rasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. hampur 5 tahun tidak ada yang memberikan komen disini.
23/12/2019 08:32 anaknaga: Tidak bisa masuk thread. dah lama tidak nengok perkembangan forum ini.
salam perguruan dan padepokan silat seluruh nusantara.
02/07/2019 18:01 Putra Petir: Akhirnya masuk jua... wkwkwk
13/12/2016 10:49 Taufan: Yuk ke Festival Kampung Silat Jampang 17-18 Desember 2016!!!
20/09/2016 16:45 Dolly Maylissa: kangen diskusi disini
View Shout History

Recent Topics

Berita Duka: Alamsyah bin H Mursyid Bustomi by luri
10/07/2022 09:14

PPS Betako Merpati Putih by acepilot
14/08/2020 10:06

Minta Do`a dan bimbingan para suhu dan sesepuh silat :D. SANDEKALA by zvprakozo
10/04/2019 18:34

On our book: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
13/03/2017 14:37

Siaran Radio ttg. Musik Pencak Silat di Stasiun "BR-Klassik / Musik der Welt" by Ilmu Padi
12/01/2017 16:19

Tentang buku kami: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
17/10/2016 20:27

Hoby Miara Jin by anaknaga
19/09/2016 04:50

TALKSHOW SILAT - Silat Untuk Kehidupan by luri
22/06/2016 08:11

Thi Khi I Beng by aki sija
17/08/2015 06:19

[BUKUTAMU] by devil
09/06/2015 21:51

Daftar Aliran dan Perguruan di Indonesia by devil
01/06/2015 14:01

SILAT BERDO'A SELAMAT by devil
01/06/2015 13:59

Persilatan Jurus Lima (Sabandar) by Marsudi Eko
14/05/2015 19:36

Kebugaran Merpati Putih by mpcrb
22/04/2015 16:16

PAWAI JAMBORE PENCAK 2015 by luri
20/04/2015 16:20

SilatIndonesia.Com

Author Topic: PPS Betako Merpati Putih  (Read 1532998 times)

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #480 on: 09/03/2011 13:49 »
@mas searcher,

Menurut saya pribadi, secara pasti tidak ada batasan yang jelas kapan seorang anak boleh mempelajari ilmu silat, atau lebih jauhnya teknik pernafasan. Asalkan anak tersebut secara verbal sudah bisa memahami instruksi dari orang lain, tentunya pada saat itu sudah bisa diajarkan dasar-dasarnya. Saya juga cenderung sepakat bahwa anak-anak diajari seni, tata gerak, agar bisa merasakan keindahan, dan melatih jiwa raga. Ketika nanti usia dirasa sudah dibolehkan berlatih olah nafas, barulah diajarkan sesuai porsinya.

Mengenai dampak dari latihan getaran pada anak-anak, ada dampak AKTIF dan dampak PASIF. Dampak aktif bisa diawasi oleh pelatih di tempat latihan. Tapi dampak PASIF inilah yang belum tahu. Hal ini sudah pernah disinggung oleh mas suprapto disini: http://sahabatsilat.com/forum/kesehatan/misteri-otak-tengah-%28midbrain%29/msg32611/#msg32611

Saya kutip:

Quote
Beberapa data empirik antara lain:
 1. Keluhan orang tua, anak remajanya yg semula nurut, sekarang suka nolak disuruh nagih/mengambil pembayaran. Ternyata si remaja tsb "tahu" kalau orang yg mau ditagih sdg keluar kota.  (kasus2nya ketika hp blm marak).
 2. Kadang2 si remaja  mau disuruh kalau boleh pakai mobil. Ternyata benar, langit yg terang tiba2 mendung dan hujan deras.
 3. Sekarang, kalau minta di belikan barang, ditolak ortu dgn alasan tdk ada uang, anaknya muring2/menggerutu. (mungkin "tahu" simpanan uang ortunya).
 4. Ada ortu mengeluh, anaknya jadi suka memandang tajam dan marah2 tanpa sebab pada kakak perempuannya.
Ketika ditanya pelatih, peserta latihan bilang, bahwa dia "tahu", kakak perempuannya sering "petting berat" dgn pacarnya. Hehehe

Pertanyaan mendasar:
" Apa dampak perkembangan mental psikologis pada anak2/remaja yang diaktivasi kepekaannya, ketika DIPAKSA DIAM, padahal tahu kebohongan, ketidak jujuran di lingkungannya?"

Jadi memang memberikan keilmuan seperti ini pada anak-anak sebaiknya sangat selektif. Biarkan saja dunia bermain anak-anak dinikmati oleh mereka sebaik-baiknya secara normal. Sebab belajar getaran secara tidak langsung akan menjadikan sang anak seperti "tidak normal" bagi orang lain. Dan bisa jadi ini nantinya secara psikologis akan kurang baik dampaknya. Ya contoh terdekat anak sendiri. Tidak pernah mengajarkan pakem getaran, hanya nafas pembersih saja, yang itupun tidak pernah saya namai dan jelaskan kegunaannya selain daripada agar dia bisa berlatih menenangkan diri, malah timbul efek pasif seperti itu. Jadi tetap dibatasi secara wajar, agar tumbuh kembang anak tetap tidak terganggu. Bahkan yang menariknya, anak saya sering melihat saya berlatih dan ia tanpa sadar ikut-ikutan MENIRUKAN. Lha efeknya kok jadi seperti seolah anak ikut latihan. Padahal ia hanya melihat saja. Lama kelamaan ya terpaksa mengubah jam latihan pribadi menjadi lebih malam setelah anak tertidur pulas.

Salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

ogebang

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 28
  • Posts: 131
  • Reputation: 48
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: PPS Betako Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #481 on: 09/03/2011 22:57 »
Salam Perguruan...

Melatih anak kita sendiri merupakan suatu aktivitas yg positif.Dari kecil kita sdh menanamkan nasionalisme via Silat sbg warisan seni budaya bangsa...
Saya sendiripun melakukan hal yg sama...karena rasa tanggung jawab pribadi sbg orang Indonesia...Apalagi kedua anak saya cewek...perlu lah mahir sedikit Silat...2x seminggu tiap abis Subuh di hari Weekend  setelah acara pengajian keluarga..saya latih mereka aplikasi tata bela diri praktis perkelahian bebas & serang hindar...
Saya pun menyisipkan dasar2 getaran Ilahi sewaktu aktivitas pengajian keluarga berlangsung..( Kebetulan Guru Ngajinya saya sendiri...he..3x..).
Suatu aktivitas  keluarga yg sangat menyenangkan...
Silakan mencoba...!!

searcher

  • Anggota
  • **
  • Thank You
  • -Given: 26
  • -Receive: 2
  • Posts: 18
  • Reputation: 4
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: PPS Betako Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #482 on: 10/03/2011 09:48 »
@Mas MPCRB dan mas Ogebang

Sangat inspiratif sekali!  GRP untuk anda berdua..  [top]

Salam..

(Btw, ada pertanyaan yang  OOT nih.. Saya sdh 23 thn tidak pernah berlatih lagi di kolat, hanya berlatih pernafasan MP di rumah sendirian. Masih boleh mengaku sebagai murid MP kan?  ;D)

smntri

  • Anggota
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 2
  • Posts: 9
  • Reputation: 2
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: MP
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #483 on: 10/03/2011 10:30 »
Salam hormat,
maaf baru bisa bergabung lagi karena kesibukan. Mas-mas senior MP, adakah yang bisa menjelaskan filosofi Nang, ning, nung di MP? saya mendapatkan filosofi tersebut beberapa waktu yg lalu di madiun, namun saya masih belum bisa menangkap inti esensi dari filosofi tersebut. Mungkin mas-mas ada yang bisa membantu.

Salam

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #484 on: 10/03/2011 12:41 »
(Btw, ada pertanyaan yang  OOT nih.. Saya sdh 23 thn tidak pernah berlatih lagi di kolat, hanya berlatih pernafasan MP di rumah sendirian. Masih boleh mengaku sebagai murid MP kan?  ;D)

Alkisah ada seorang anak yang sudah 23 tahun meninggalkan rumahnya untuk merantau. Setelah itu ia datang lagi ke rumahnya, apakah ia masih diakui anak????  Tentu saja.   x-))

Welcome home, mas searcher :)

Salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #485 on: 10/03/2011 12:49 »
Salam hormat,
maaf baru bisa bergabung lagi karena kesibukan. Mas-mas senior MP, adakah yang bisa menjelaskan filosofi Nang, ning, nung di MP? saya mendapatkan filosofi tersebut beberapa waktu yg lalu di madiun, namun saya masih belum bisa menangkap inti esensi dari filosofi tersebut. Mungkin mas-mas ada yang bisa membantu.

Salam

Berdasarkan buku filosofi Tanah Jawa (saya lupa pengarangnya, ada di rak buku saya, nanti saya cek) dan beberapa sumber dari internet yang sejenis, istilah tersebut muncul sebagai hikmah dari peperangan Pandawa Lima dan Kurawa. Sekalipun pasukan Kurawa telah kalah, tetapi tetap sulit diberantas.

Maknanya sekalipun hawa nafsu positif telah diraih, artinya hawa nafsu negatif (setan) akan selalu mengincar kapan saja si hawa lengah. Kejawen mengajarkan berbagai macam cara untuk memenangkan peperangan besar tersebut. Di antaranya dengan laku prihatin untuk meraih kemenangan melalui empat tahapan yang harus dilaksanakan secara tuntas. Empat tahapan tersebut dikiaskan ke dalam nada suara salah instrumen Gamelan Jawa yang dinamakan Kempul atau Kenong dan Bonang yang menimbulkan bunyi; Neng, Ning, Nung, Nang.

1. Neng; artinya jumeneng, berdiri, sadar atau bangun untuk melakukan tirakat, semedi, maladihening, atau mesu budi. Konsentrasi untuk membangkitkan kesadaran batin, serta mematikan kesadaran jasad sebagai upaya menangkap dan menyelaraskan diri dalam frekuensi gelombang Tuhan.

2. Ning; artinya dalam jumeneng kita mengheningkan daya cipta (akal-budi) agar menyambung dengan daya rasa- sejati yang menjadi sumber cahaya nan suci. Tersambungnya antara cipta dengan rahsa akan membangun keadaan yang wening. Dalam keadaan “mati raga” kita menciptakan keadaan batin (hawa/jiwa/nafs) yang hening, khusuk, bagai di alam “awang-uwung” namun jiwa tetap terjaga dalam kesadaran batiniah. Sehingga kita dapat menangkap sinyal gaib dari sukma sejati.

3. Nung; artinya kesinungan. Bagi siapapun yang melakukan Neng, lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan pinilih) untuk mendapatkan anugrah agung dari Tuhan Yang Mahasuci. Dalam Nung yang sejati, akan datang cahaya Hyang Mahasuci melalui rahsa lalu ditangkap roh atau sukma sejati, diteruskan kepada jiwa, untuk diolah oleh jasad yang suci menjadi manifestasi perilaku utama (lakutama). Perilakunya selalu konstruktif dan hidupnya selalu bermanfaat untuk orang banyak.

4. Nang; artinya menang; orang yang terpilih dan pinilih (kesinungan), akan selalu terjaga amal perbuatan baiknya. sehingga amal perbuatan baik yang tak terhitung lagi akan menjadi benteng untuk diri sendiri. Ini merupakan buah kemenangan dalam laku prihatin. Kemenangan yang berupa anugrah, kenikmatan, dalam segala bentuknya serta meraih kehidupan sejati, kehidupan yang dapat memberi manfaat (rahmat) untuk seluruh makhluk serta alam semesta. Seseorang akan meraih kehidupan sejati, selalu kecukupan, tentram lahir batin, tak bisa dicelakai orang lain, serta selalu menemukan keberuntungan dalam hidup (meraih ngelmu beja).

Neng adalah syariatnya, Ning adalah tarekatnya, Nung adalah hakekatnya, Nang adalah makrifatnya. Ujung dari empat tahap tersebut adalah kodrat.

Salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #486 on: 10/03/2011 12:58 »
Lebih jauh lagi dikatakan sebagai berikut:

Tingkat 1 (Neng; Sembah Raga)

Jumeneng; menjalankan “syariat”. Namun makna syariat di sini mempunyai dimensi luas. Yakni dimensi “vertikal” individual kepada Tuhan, maupun dimensi sosial “horisontal” kepada sesama makhluk. Neng, pada hakekatnya sebatas melatih dan membiasakan diri melakukan perbuatan yang baik dan bermanfaat untuk diri pribadi, dan lebih utama untuk sesama tanpa pilih kasih. Misalnya seseorang melaksanakan sembahyang dan manembah kepada Tuhan dengan cara sebanyak nafasnya, guna membangun sikap eling dan waspadha. Neng adalah tingkat dasar, barulah setara “sembah raga” misalnya menyucikan diri dengan air, mencuci badan dengan cara mandi, wudlu, gosok gigi, upacara jamasan, tradisi siraman dsb. Termasuk mencuci pakaian dan tempat tinggal. Orang dalam tingkat “neng”, menyebut dan “menyaksikan” Tuhan barulah melalui pernyataan dan ucapan mulut saja. Kebaikan masih dalam rangka melatih diri mengendalikan hawa nafsu negatif, dengan bermacam cara misalnya puasa, semadi, bertapa, mengulang-ulang menyebut nama Tuhan dll. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu agar bersifat positif dengan cara misalnya sedekah, amal jariah, zakat, gotong royong, peduli kasih, kepedulian sosial dll. Melatih diri untuk menghargai dan mengormati leluhur, dengan cara ziarah kubur, pergi haji, mengunjungi situs-situs sejarah, belajar dan memahami sejarah, dst. Melatih diri menghargai dan menjaga alam semesta sebagai anugrah Tuhan, dengan cara upacara-upacara ritual, ruwatan bumi, larung sesaji, dst. Tahapan ini dilakukan oleh raga kita, namun belum tentu melibatkan hati dan batin kita secara benar dan tepat.

Kehidupan sehari-harinya dalam rangka latihan menggapai tataran lebih tinggi, artinya harus berbuat apa saja yg bukan perbuatan melawan rumus Tuhan. Tidak hanya berteori, kata kitab, kata buku, menurut pasal, menurut ayat dst. Namun berusaha dimanifestasikan dalam perilaku dan perbuatan kehidupan sehari-hari. Perbuatannya mencerminkan perilaku sipat zat (makhluk) yang selaras dengan sifat hakekat (Tuhan). Tanda pencapaiannya tampak pada Solah. Solah artinya perilaku atau perbuatan jasadiah yang tampak oleh mata misalnya; tidak mencelakai orang lain, perilaku dan tutur kata menentramkan, sopan dan santun, wajah ramah, ngadi busana atau cara berpakaian yang pantas dan luwes menghargai badan. Akan tetapi perilaku tersebut belum tentu dilakukan secara sinkron dengan BAWA-nya. BAWA yakni “perilaku” batiniah yang tidak tampak oleh mata secara visual.
 Titik Lemah

Pada tataran awal ini meskipun seseorang seolah-olah terkesan baik namun belum menjamin pencapaian tataran spiritual yang memadai, dan belum tentu diberkahi Tuhan. Sebab seseorang melakukan kebaikan terkadang masih diselimuti rahsaning karep atau nafsu negatif; rasa ingin diakui, mendapat nama baik atau pujian. Bahkan seseorang melakukan suatu kebaikan agar kepentingan pribadinya dapat terwujud. Maka akibat yang sering timbul biasanya muncul rasa kecewa, tersinggung, marah, bila tidak diakui dan tidak mendapat pujian. Kebaikan seperti ini boleh jadi bermanfaat dan mungkin baik di mata orang lain. Akan tetapi dapat diumpamakan belum mendapat tempat di “hati” Tuhan. Kredit point nya masih nihil. Banyak orang merasa sudah berbuat baik, beramal, sodaqah, suka menolong, membantu sesama, rajin doa, sembahyang. Tetapi sering dirundung kesialan, kesulitan, tertimpa kesedihan, segala urusannya mengalami kebuntuan dan kegagalan. Lantas dengan segera menyimpulkan bahwa musibah atau bencana ini sebagai cobaan (bagi orang-orang beriman).

Pada tataran ini, seseorang masih rentan dikuasai nafsu ke-aku-an (api/nar/iblis). Diri sendiri dianggap tahu segala, merasa suci dan harus dihormati. Siapa yang berbeda pendapat dianggap sesat dan kafir. Konsekuensinya; bila memperdebatkan (kulit luarnya) ia menganggap diri paling benar dan suci, lantas muncul sikap golek benere dewe, golek menange dewe, golek butuhe dewe. Ini sebagai ciri seseorang yang belum sampai pada intisari ajaran yang dicarinya. Durung becus keselak besus !

 
Tingkat 2 (Ning; Sembah Kalbu)

Wening atau hening; ibarat mati sajroning urip; kematian di dalam hidup. Tataran ini sepadan dengan tarekat. Menggambarkan keadaan hati yang selalu bersih dan batinnya selalu eling lan waspadha. Eling adalah sadar dan memahami akan sangkan paraning dumadi (asal usul dan tujuan manusia) yang digambarkan sebagai “kakangne mbarep adine wuragil”. Waspadha terhadap apa saja yang dapat menjadi penghalang dalam upaya “menemukan” Tuhan (wushul). Yakni penghalang proses penyelarasan kehidupan sehari-hari (sifat zat) dengan sifat hakekat (Tuhan). Ning dicapai setelah hati dapat dilibatkan dalam menjalankan ibadah tingkat awal atau Neng; yakni hati yg ikhlas dan tulus, hati yang sudah tunduk dan patuh kepada sukma sejati yang suci dari semua nafsu negatif. Hati semacam ini tersambung dengan kesadaran batin maupun akal budi bahwa amal perbuatan bukan semata-mata mengaharap-harap upah (pahala) dan takut ancaman (neraka). Melainkan kesadaran memenuhi kodrat Tuhan, serta menjaga keharmonisan serta sinergi aura magis antara jagad kecil (diri pribadi) dan jagad besar (alam semesta). Tataran ini dicapai melalui empat macam bertapa; tapa ngeli, tapa geniara, tapa banyuara, tapa mendhem atau ngluwat.

   1. Tapa ngeli; harmonisasi vertikal dan horisontal. Yakni berserah diri dan menselaraskan dengan kehendak Tuhan. Lalu mensinergikan jagad kecil (manusia) dengan jagad besar (alam semesta).
   2. Tapa geniara; tidak terbakar oleh api (nar) atau nafsu negatif yakni ke-aku-an. Karena ke-aku-an itu tidak lain hakekat iblis dalam hati.
   3. Tapa banyuara; mampu menyaring tutur kata orang lain, mampu mendiagnosis suatu masalah, dan tidak mudah terprovokasi orang lain. Tidak bersikap reaksioner (ora kagetan), tidak berwatak mudah terheran-heran (ora gumunan).
   4. Tapa mendhem; tidak membangga-banggakan kebaikan, jasa dan amalnya sendiri. Terhadap sesama selalu rendah hati, tidak sombong dan takabur. Sadar bahwa manusia derajatnya sama di hadapan Tuhan tidak tergantung suku, ras, golongan, ajaran, bangsa maupun negaranya. Tapa mendhem juga berarti selalu mengubur semua amal kebaikannya dari ingatannya sendiri. Dengan demikian seseorang tidak suka membangkit-bangkit jasa baiknya. Kalimat pepatah Jawa sbb: tulislah kebaikan orang lain kepada Anda di atas batu, dan tulislah kebaikan Anda pada orang lain di atas tanah agar mudah terhapus dari ingatan.
 
Titik Lemah

 Jangan lekas puas dulu bila merasa sudah sukses menjalankan tataran ini. Sebab pencapaian tataran kedua ini semakin banyak ranjau dan lobang kelemahan yang kapan saja siap memakan korban apabila kita lengah. Penekanan di sini adalah pentingnya sikap eling dan waspadha. Sebab kelemahan manusia adalah lengah, lalai, terlena, terbuai, merasa lekas puas diri. Tataran kedua ini melibatkan hati dalam melaksanakan segala kebaikan dalam perbuatan baik sehari-hari. Yakni hati harus tulus dan ikhlas. Namun..ketulusan dan keikhlasan ini seringkali masih menjadi jargon, karena mudah diucapkan oleh siapapun, sementara pelaksanaannya justru keteteran. Dalam falsafah hidup Kejawen, setiap saat orang harus selalu belajar ikhlas dan tulus setiap saat sepanjang usia. Belajar ketulusan merupakan mata pelajaran yang tak pernah usai sepanjang masa. Karena keberhasilan Anda untuk tulus ikhlas dalam tiap-tiap kasus belum tentu berhasil sama kadarnya. Keikhlasan dipengaruhi oleh pihak yang terlibat, situasi dan kondisi obyektifnya, atau situasi dan kondisi subyek mental kita saat itu.
 
Tingkat 3 (Nung; Sembah Cipta)

Kesinungan ; yakni dipercaya Tuhan untuk mendapatkan anugrah tertentu. Orang yang telah mencapai tataran Kesinungan dialah yang mendapatkan “hadiah” atas amal kebaikan yang ia lakukan. Ini mensyaratkan amal kebaikan yang memenuhi syarat, yakni kekompakan serta sinkronisasi lahir dan batin dalam mewujudkan segala niat baik menjadi tindakan konkrit. Yakni tindakan konkrit dalam segala hal yang baik misalnya membantu & menolong sesama. Syarat utamanya; harus dilakukan terus-menerus hingga menyatu dalam prinsip hidup, dan tanpa terasa lagi menjadi kebiasaan sehari-hari.

Pencapaian tataran ini sama halnya laku hakekat. Laku hakekat adalah meliputi keadaan hati dan batin; sabar, tawakal, tulus, ikhlas, pembicaraannya menjadi kesejatian (kebenaran), yang sejati menjadi kosong, hilang lenyap menjadi ada. Tataran ini ditandai oleh pencapaian kemuliaan yang sejati, seseorang mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan kelak setelah ajal. Pada tahap ini manusia sudah mengenal akan jati dirinya dan mengenal lebih jauh sejatinya Tuhan. Manusia yang telah lebih jauh memahami Tuhan tidak akan berfikir sempit, kerdil, sombong, picik dan fanatik. Tidak munafik dan menyekutukan Tuhan. Ia justru bersikap toleran, tenggang rasa, hormat menghormati keyakinan orang lain. Sikap ini tumbuh karena kesadaran spiritual bahwa ilmu sejati, yang nyata-nyata bersumber pada Yang Maha Tunggal, hakekatnya adalah sama. Cara atau jalan mana yang ditempuh adalah persoalan teknis. Banyaknya jalan atau cara menemukan Tuhan merupakan bukti bahwa Tuhan itu Mahaluas tiada batasnya. Ibarat sungai yang ada di dunia ini jumlahnya sangat banyak dan beragam bentuknya; ada yang dangkal, ada yang dalam, berkelok, pendek dan singkat, bahkan ada yang lebar dan berputar-putar. Toh semuanya akan bermuara kepada Yang Tunggal yakni “samudra luas”.

Orang seperti ini akan “menuai” amal kebaikannya. Berkat rumus Tuhan di mana kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Kebaikan yg anda berikan, “buahnya” akan anda terima pula. Namun demikian kebaikan yang anda terima belum tentu datang dari orang yang sama, malah biasanya dari pihak lainnya. Kebaikan yang anda peroleh itu merupakan “buah” dari “pohon kebaikan” yang pernah anda tanam sebelumnya. Selebihnya, kebaikan yang anda lakukan akan menjadi pagar gaib yang selalu menyelimuti diri anda. Singkat kata, pencapaian Nung, ditandai dengan diperolehnya kemudahan dan hikmah yang baik dalam segala urusan. Pagar gaib itu akan membuat kita tidak dapat dicelakai orang lain. Sebaliknya selalu mendapatkan keberuntungan. Dalam terminologi Jawa inilah yang disebut sebagai “ngelmu beja”.

Untuk meraih tataran ini, terlebih dahulu kita harus mengenal jati diri secara benar. Dalam diri manusia setidaknya terdapat 7 lapis bumi yang harus diketahui manusia. Jika tidak diketahui maka menjadi manusia cacad dan akan gagal mencapai tataran ini. Bumi 7 lapis tersebut adalah ; retna, kalbu, jantung, budi, jinem, suksma, dan ketujuhnya yakni bumi rahmat.

   1. Bumi Retna; jasad dan dada manusia sesungguhnya istana atau gedung mulia.
   2. Bumi Kalbu; artinya istana iman sejati.
   3. Bumi Jantung; merupakan istana semua ilmu.
   4. Bumi budi; artinya istana puji dan zikir.
   5. Bumi Jinem; istananya kasih sayang sejati.
   6. Bumi suksma; yakni istana kesabaran dan rasa sukur kepada Tuhan; sukma sejati.
   7. Bumi Rahmat; istana rasa mulia; rahsa sejati.

Titik Lemah

Nung, setara dengan Hakekat, di sini ibarat puncak kemuliaan. Semakin tinggi tataran spiritual, maka sedikit saja godaan sudah dapat menggugurkan pencapaiannya. Maka, semakin tinggi puncak dan kemuliaan seseorang ; maka semakin besar resiko tertiup angin dan jatuh. Seseorang yang merasa sudah puas dan bangga dengan pencapaian hakekat ini bersiko terlena. Lantas menganggap orang lain remeh dan rendah. Yang paling berbahaya adalah menganggap tataran ini merupakan tataran tertinggi sehingga orang tidak perlu lagi berusaha menggapai tataran yang lebih tinggi.

Tingkat 4 (Nang; Sembah Rahsa)

Nang merupakan kemenangan. Kemenangan adalah anugrah yang anda terima. Yakni kemenangan anda dari medan perang. Perang antara nafsu negatif dengan positif. Kemenangan Nur (cahya sejati nan suci) mengalahkan Nar (api; ke-aku-an/”iblis”). Manusia Nar adalah seteru Tuhan (iblis laknat). Sebaliknya, manusia Nur adalah memenuhi janji atas kesaksian yg pernah ia ucapkan di mulut dan hati. Manusia Nur memenuhi kodratnya ke dalam kodrat Ilahi, sipat zat yg mengikuti sifat hakekat, menselaraskan gelombang batin manusia dengan gelombang energi Tuhan. Sifat zat (manusia) menyatu dengan sifat hakekat (Tuhan) menjadi “loroning atunggil“. Yang menjadi jumbuh (campur tak bisa dipilah) antara kawula dengan Gusti. Inilah pertanda akan kemenangan manusia dalam “berjihad” yang sesungguhnya. Yakni kemenangan terindah dalam kemanunggalan; “manunggaling kawula-Gusti“. Bila Anda muslim, di situlah tatar makrifat dapat ditemukan.

Sumber Kutipan : Sabdalangit

****

PERHATIAN: Sudut pandang tulisan dan artikel tersebut sebagian besar diambil dari pemahaman Kejawen, agar jangan disikapi terlalu literal dan dianggap 100% kebenaran. Sekedar pengetahuan dari sudut pandang sahabat-sahabat kita yang berbeda. Sebagai muslim, kita punya keyakinan sendiri yang telah dicontohkan oleh nabi besar Muhammad SAW dan Al Quran. Bukan lantas Kejawen itu buruk, saya tidak bermaksud demikian adanya. Tetapi pada nilai-nilai universal yang diusungnya, tidak ada salahnya menjadi kebaikan universal yang bisa dipetik manfaatnya. Adapun kalau tidak sesuai tuntunan, agar bisa difilter oleh kita masing-masing.

Salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

smntri

  • Anggota
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 2
  • Posts: 9
  • Reputation: 2
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: MP
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #487 on: 10/03/2011 14:33 »
Terimakasih banyak mas Agung, paparannya sangat lengkap, jelas dan sangat membantu. Saya jadi lebih bisa memahami esensinya yang sangat dalam. Ternyata memang pendekatannya dari filosofi jawa . Hatur nuhun.


Salam

ogebang

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 28
  • Posts: 131
  • Reputation: 48
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: PPS Betako Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #488 on: 10/03/2011 20:54 »
Salam Perguruan...

Pendapat saya pribadi..yg pernah pula saya lontarkan di milis MP Jak Sel bahwa Aspek Spiritual MP bersumber dari ajaran Kejawen...) Ini pendpat pribadi ya..yg belum tentu sejalan dgn pendapat resmi MP ).
MP merupakan keilmuan dari Tanah Jawa yg tentunya bukan hal yg aneh kalo kental dgn pengaruh Kejawen....cuma masalahnya sebagian besar orang begitu mendengar kalimat " Kejawen " sdh langsung berpikiran negatif...
Padahal Kejawen itu merupakan Budaya Spiritual yg sangat mengandung Filosofis dan ajaran Budi Pekerti yg luar biasa.
Kadang2 saya suka becanda....kalo Kanjeng Rasul itu orang Jawa/Sunda yg diturunkan di tanah Arab...
Selain itu saya yakin bahwa pernah ada seorang Nabi yg diturunkan Gusti Alloh di Tanah Jawa shg akhirnya Orang Jawa punya Budaya Spiritual yg disebut Kejawen...
Untuk bisa memahami MP dgn seutuhnya...seyogyanya kita juga mempelajari Budaya Spiritual Kejawen sbg ajaran filosofi Orang jawa..
disisi lain sebagai seorang Muslim...sayapun mempelajari Irfan ( Makrifat ) shg
saya bisa memetik Hal2 Universal dari ke 2 ajaran tsb.
Thanks buat Mas MPCRB atas paparannya...

dsbasuki

  • Calon Pendekar
  • *
  • Thank You
  • -Given: 11
  • -Receive: 24
  • Posts: 528
  • Reputation: 56
    • Who? Me?
  • Perguruan: Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #489 on: 11/03/2011 08:31 »
Salam buat saudara-saudaraku dari Merpati Putih,

Mohon izin mampir ke sini buat silaturahim. Senang membaca paparan keilmuan MP, karena ternyata ada beberapa persamaan dengan ajaran di PD, walau dengan "bahasa" yang sedikit berbeda. Mungkin, ini karena dari salah satu guru Pak Dirdjo, adalah pendekar Mataram dari dalam tembok kraton, yang memiliki dasar keilmuan yang sama dengan guru-guru dari kraton Mataram yang melatarbelakangi keilmuan MP. Ini sekedar dugaan saya pribadi saja, pake ilmu "kuthak kathik gathuk" ala Jawa.  [lucu]

Salam hormat...

ogebang

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 28
  • Posts: 131
  • Reputation: 48
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: PPS Betako Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #490 on: 11/03/2011 10:02 »
@smntri
Salam Perguruan...

Mohon di babar..Mas..acara latihan di Padepokan Dewan Guru Madiun kemaren...kebetulan aku gak bs hadir karena undangannya telat nyampe shg sdh punya acara lain...\
Makasih...

ogebang

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 28
  • Posts: 131
  • Reputation: 48
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: PPS Betako Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #491 on: 11/03/2011 10:05 »
Salam Perguruan...

Ada yg pernah nyoba latihan Getaran diiringi musik Gamelan jawa..?? Kalo belum..coba dech....
manteeb "roso " nya....

ogebang

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 28
  • Posts: 131
  • Reputation: 48
  • Sahabat Silat
    • Email
  • Perguruan: PPS Betako Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #492 on: 11/03/2011 10:27 »
@dsbasuki...
Salam Silat...Bro...Silakan mampir..he..3x...
Dahulu kala di Tanah Jawa ada 2 Kerajaan 'Super Power " yaitu Pajajaran & Mojopahit.Siapa yg gak pernah dengar Prabu Siliwangi & Mahapatih GajahMada..?? 2 icon besar yg pernah kita kenal di pelajaran Sejarah Nusantara...
Dari 2 Kerajaan inilah konon Ilmu2 Silat Tanah jawa bersumber termasuk ajaran2 Spiritualnya....
dari Segi Silat Jawa barat lahir lah Cimande , Cikalong , Maenpo , dsb .Dari segi Budaya Spiritualnaya ada Sunda Buhun , Wiwitan , Baduy..dsb..
Sedangkan dr Majapahit terpecahlah menjadi beberapa kerajaan..salah satunya Mataram yg juga melahirkan sebagian besar Silat di tanah Jawa Tengah & Jawa Timur..termasuk pula Budaya Spiritual Kejawen...
Saya setuju dgn sampeyan kalo mash ada benang merah keilmuan antara MP & PD  & Silat2 Tanah Jawa lainnya karena unsur Mataram & Kejawennya......
Bapak Mertuaku mempunyai silsilah darah ke anaknya Sultan Agung dari selir yg ke sekian..dan beliau Sesepuh Kejawen aliran Mekar Budhi ( Mersudi Kaluhuraning Budi Pekerti )....banyak kesamaannya dr segi spiritual dgn MP dan silat Tanah jawa lainnya...Cuma kita gak diajarin silat aja.......ilmu2 yg diajarkan Ilmu Selamet semua...susah2 gampang ngamalinnya...simple tapi serius...gak boleh bohong...gak boleh bunuh binatang & tanaman...rajin puasa..dsb...he..3x...Makanya beliau walapun usianya sdh hampir 90 thn..selamet aja hidupnya...
Sorry..terlalu bias kali ya...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #493 on: 11/03/2011 10:57 »
Salam Perguruan...

Pendapat saya pribadi..yg pernah pula saya lontarkan di milis MP Jak Sel bahwa Aspek Spiritual MP bersumber dari ajaran Kejawen...) Ini pendpat pribadi ya..yg belum tentu sejalan dgn pendapat resmi MP ).
MP merupakan keilmuan dari Tanah Jawa yg tentunya bukan hal yg aneh kalo kental dgn pengaruh Kejawen....cuma masalahnya sebagian besar orang begitu mendengar kalimat " Kejawen " sdh langsung berpikiran negatif...
Padahal Kejawen itu merupakan Budaya Spiritual yg sangat mengandung Filosofis dan ajaran Budi Pekerti yg luar biasa.
Kadang2 saya suka becanda....kalo Kanjeng Rasul itu orang Jawa/Sunda yg diturunkan di tanah Arab...
Selain itu saya yakin bahwa pernah ada seorang Nabi yg diturunkan Gusti Alloh di Tanah Jawa shg akhirnya Orang Jawa punya Budaya Spiritual yg disebut Kejawen...
Untuk bisa memahami MP dgn seutuhnya...seyogyanya kita juga mempelajari Budaya Spiritual Kejawen sbg ajaran filosofi Orang jawa..
disisi lain sebagai seorang Muslim...sayapun mempelajari Irfan ( Makrifat ) shg
saya bisa memetik Hal2 Universal dari ke 2 ajaran tsb.
Thanks buat Mas MPCRB atas paparannya...

Terima kasih kembali mas ogebang. Saya juga dulu agak kesulitan memahami istilah-istilah yang digunakan di MP. Meski saya Jawa (Cirebon), tetapi tetap saja tidak paham istilah-istilah Kejawen tersebut. Akhirnya saya sering sharing, diskusi, membeli buku mengenai filosofi Tanah Jawa, Babad Jawa, filosofi pewayangan, Perang Bratayudha, Primbon Jawa Adammakna, dsb.  Sekedar ingin tahu dan berusaha menyelami dari sudut pandang Kejawen. Bagaimana simbol-simbol pada Jawa bisa diterjemahkan, dsb.

Seperti misalnya buku mengenai FILSAFAT JAWA yang ditulis oleh dr. Abdullah Ciptoprawiro, penerbit Balai Pustaka. Buku itu menceritakan dengan sudut pandang yang enak dibaca.



Atau buku "Filsafat Jawa : Ajaran Hidup Yang Berdasarkan Nilai Kebijakan Tradisional" yang dibuat oleh Dr. Purwadi, M. Hum. & Drs. Djoko Dwiyanto, M. Hum. yang lebih sangat komprehensif membahas bagaimana nilai-nilai kebijaksanaan tradisional dipahami dan diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Sangat recommended untuk dibaca.



Atau misalnya buku Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Dr. Purwadi M.Hum dan Prof. Dr. Kazunori Toyoda MA. Buku Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai jaman Kartasura di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.



Atau buku "Dhalang, Wayang dan Gamelan (Mengungkap nilai-nilai filosofi di balik pementasan wayang pada masyarakat Jawa)" karangan Wawan Susetya.



Buku "BABAD TANAH JAWA : Menelusuri Sejarah Kejayaan Kehidupan Jawa Kuno" yang ditulis oleh Dr. Puradi, M.Hum juga tidak kalah menariknya.



Barangkali sharing ini ada manfaatnya dan iseng-iseng dibaca. Terkadang memang saat membacanya, kening ini lebih sering mengerenyit. :) Perlu diulang beberapa kali dan perlu dipahami dengan brusaha masuk pada sudut pandang waktu pada saat itu. Yang jelas, sangat menarik. Meski demikian filtering tetap ada pada diri kita sendiri.

Salam.
Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

mpcrb

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 20
  • -Receive: 91
  • Posts: 759
  • Reputation: 266
  • Sahabat Silat
    • My profile on Kompas cetak (you have to be Kompas member)
    • Email
  • Perguruan: Merpati Putih
Re: PPS Betako Merpati Putih
« Reply #494 on: 11/03/2011 11:09 »
Salam Perguruan...

Ada yg pernah nyoba latihan Getaran diiringi musik Gamelan jawa..?? Kalo belum..coba dech....
manteeb "roso " nya....

Mas ogebang, saya punya musik yang campuran gamelan jawa dan modern (meski lebih kental nuansa gamelan jawa-nya) yang dipakai untuk latihan getaran untuk kebugaran. Ada yang hanya instrumentalia saja dan ada yang pake lagu. Ritme ketukannya sudah disesuaikan dengan ritme nafas. Jadi tinggal mengikuti saja ritme musik tsb. Rasanya memang mak nyuss, tapi kalau tidak pas, bisa tersedak dan terhentak sendiri karena kaget. :)

Salam.

Belajar memahami hidup dalam kehidupan...

 

Powered by EzPortal