+-

Shoutbox

30/12/2023 22:12 anaknaga: Mudik ke Forum ini.
Mampir dulu di penghujung 2023..
07/11/2021 17:43 santri kinasih: Holaaaaas
10/02/2021 10:29 anaknaga: Salam Silat..
Semoga Sadulur sekalian sehat semua di Masa Pandemi Covid-19. semoga olah raga dan rasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. hampur 5 tahun tidak ada yang memberikan komen disini.
23/12/2019 08:32 anaknaga: Tidak bisa masuk thread. dah lama tidak nengok perkembangan forum ini.
salam perguruan dan padepokan silat seluruh nusantara.
02/07/2019 18:01 Putra Petir: Akhirnya masuk jua... wkwkwk
13/12/2016 10:49 Taufan: Yuk ke Festival Kampung Silat Jampang 17-18 Desember 2016!!!
20/09/2016 16:45 Dolly Maylissa: kangen diskusi disini
View Shout History

Recent Topics

Kejuaraan Pencak Silat Seni Piala Walikota Jakarta Selatan by luri
24/09/2024 15:38

Kejuaraan Pencak Silat Seni Tradisi Open Ke 3 by luri
24/09/2024 15:35

Kejuaraan Terbuka Pencak Silat Panglima TNI 2024 Se-Jawa Barat by luri
24/09/2024 15:22

Berita Duka: Alamsyah bin H Mursyid Bustomi by luri
10/07/2022 09:14

PPS Betako Merpati Putih by acepilot
14/08/2020 10:06

Minta Do`a dan bimbingan para suhu dan sesepuh silat :D. SANDEKALA by zvprakozo
10/04/2019 18:34

On our book: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
13/03/2017 14:37

Siaran Radio ttg. Musik Pencak Silat di Stasiun "BR-Klassik / Musik der Welt" by Ilmu Padi
12/01/2017 16:19

Tentang buku kami: "The Fighting Art of Pencak Silat and its Music" by Ilmu Padi
17/10/2016 20:27

Hoby Miara Jin by anaknaga
19/09/2016 04:50

TALKSHOW SILAT - Silat Untuk Kehidupan by luri
22/06/2016 08:11

Thi Khi I Beng by aki sija
17/08/2015 06:19

[BUKUTAMU] by devil
09/06/2015 21:51

Daftar Aliran dan Perguruan di Indonesia by devil
01/06/2015 14:01

SILAT BERDO'A SELAMAT by devil
01/06/2015 13:59

SilatIndonesia.Com

Author Topic: Kong Nizam sang Jawara  (Read 68671 times)

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #60 on: 18/11/2008 10:31 »
-Sambungan Cerita Kong Nizam sang Jawara-

Di lain pihak Kong Nizam yang baru datang terperangah akan kata-kata Raja Begal One. Dia tidak menjawab segala tantangan Raja Begal One. Sepertinya ia masih memikirkan mayat-mayat hidup yang menyerang para penonton dan para pendekar yang berada disana. Dia yang habis ke belakang membawa guci besar. Wangi-wangian kembang setaman menyelimuti pelataran, kala Kong Nizam beberapa penonton sempat berdesis kagum dari cara membawa guci besar berisi air seberat itu hanya dengan satu jari !!.

" Cepat sahabat-sahabat !! celupkan tangan kalian dengan air ini!", kata kong nizam bersemangat.

Lalu kong Nizam tanpa ba-bi-bu mencelupkan tangannya ke guci besar itu. Lalu dengan gerakan seperti garuda melayang-melayang ditengah para mayat hidup.

Hebat !! air mengandung kembang itu cukup membuat mayat-mayat hidup itu kembali menjadi mayat. Tidak bergerak lagi.

Melihat gerakan dan kejadian yang terjadi setelah apa yang dilakukan Kong Nizam para pendekarpun mengikuti cara Kong Nizam mencelupkan tangan mereka di guci besar itu lalu langsung menerjang mayat-mayat hidup.

Terjadi lah perang besar kembali antara para penonton beserta pendekar melawan mayat-mayat hidup.

Mayat-mayat hidup mulai berjatuhan terkena pukulan-pukulan dari penonton dan para pendekar. Beberapa penonton yang masih takut dan tidak bisa berkelahi hanya mencipratkan air itu ke arah mayat-mayat hidup. Ampuh !! air itu benar-benar ampuh cukup mencipratkan para mayat hidup ilmu dari si kakek gila Jali Jengki tak berdaya.

Ki Sawung yang mendapat bala bantuan menjadi senang dan terus merangksek ke arah mayat-mayat hidup.

" Hehehehhehe, memang nama besar Kong Nizam yang dahulu menjadi momok para penjahat bukan nama kosong !!", begitu Ki Sawung memuji Kong Nizam.

Dalam waktu setengah hari para mayat-mayat hidup berhasil mereka taklukan.


Hari telah berganti, sang mentari mulai menyeruduk ke arah lipatan-lipatan pepohonan di Rawa Bangke. Terlihat beberapa para pendekar dan penonton membantu menguburkan para mayat yang sebelumnya sempat membuat geger kampung rawa bangke.

" Maaf Bang Nizam, yang menangkal ilmu setan tua itu air apakah?", tanya Meneer EricB yang ternyata sempat membantu di kala terjadinya huru hara.

"hmm, meneer itu hanya air buat mandiin mayit yang didoakan, meneeer", kata Kong Nizam.

" Bukan airnya meneer, Tapi kuasa Tuhan yang menghidupkan dan mematikanlah yang membuat air itu menjadi mujarab ", jawab kong nizam menambahkan dengan kerendahan hati.

"Hmmmm...", Mener EricB mengangguk-angukan kepala setelah mendengar penjelasan Kong Nizam.

Pekerjaan Kong Nizam sebagai tukang mandiin mayat memang sudah terkenal di Rawa Bangke. Namun tiada seorang penduduk di kampung itu yang menyadari bahwa Kong Nizam adalah seorang pesilat yang sakti mandra guna.


Akhir setelah selesai prosesi pemakaman, beberapa penduduk berbincang-bincang dengan para pendekar-pendekar yang kemarin membantu dalam menanggulang huru hara yang terjadi.

Bek rudyh yang terluka parah tidak lupa mengadakan selamatan buat dirinya dan penduduk kampung. Kampung Rawa bangke kembali senyap setelah para pendekar kembali ke kampungnya masing-masing.


----------
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #61 on: 18/11/2008 11:02 »
TOP..PERTAMAX..deh..
lanjoottt..pengen tahu celana apeknya bang Jali mau diapain ..
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

srdananjaya

  • Calon Pendekar
  • *
  • Thank You
  • -Given: 16
  • -Receive: 4
  • Posts: 658
  • Reputation: 31
  • http://www.simpleather.com
    • Sedia Peralatan Beladiri
    • Email
  • Perguruan: Perisai Diri
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #62 on: 18/11/2008 11:05 »
tamat nih?? sambung lagi doong..
(jadi inget cerita radio saur sepuh nih ..hehehe)

GRP lg deh buat kang sarkam  [top]
martial art equipment:
http://www.wisanggeni-martialgear.com
Jaket Kulit (Leather Jacket):
www.simpleather.com

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #63 on: 18/11/2008 11:08 »
belum tamat kok, masih ada lanjutannya nih pera pendekar sedang kumpul lagi
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #64 on: 18/11/2008 11:17 »
iyah belum tamat dooong... tapi yang mati gak bisa main lagi nih??
udah gitu ini cerita khan asal2an alurnya dan dibuat spontan..

jadi mau dibawa kemana yaaa tergantung daya khayal ane aja ya? huahahahhahhaaha....

dan sekali lagi ini cerita asal-asalan dan fiktif banget jangan pada pikirin dan bukan cerita reality show ya?
yang konyolnya, ada yang nanya ooh nama kampung Rawa Bangke gara ada bangke-bangke yang hidup??!?!? jawabannya tidak.

Sampai penulis buat nih cerita, sang penulis gak tahu dimana Kampung Rawa Bangke itu berada !!
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Dodol Buluk

  • Moderator
  • Pendekar Madya
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 1
  • Posts: 1.081
  • Reputation: 25
  • Alone but never lonely
    • Email
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #65 on: 18/11/2008 11:30 »
Sampai penulis buat nih cerita, sang penulis gak tahu dimana Kampung Rawa Bangke itu berada !!

deket tuh ma rumahnya Kong Nizam...hahahahaha  [lucu]

mangsstaaaabbhhhhh kate MJ XIV....aye salut dengan sarkem eni...penuh daya imajinasi,kreatifitas,.....asal jangan imajinasi yang negatip aje yeee..



debuls
"Jangan pernah bilang kagak kalo kagak pernah bilang jangan"

Sosro_Birowo

  • Anggota Senior
  • ****
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 336
  • Reputation: 34
  • The best of us is never enough but God's love
    • Email
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #66 on: 18/11/2008 12:01 »
Rawa bangke?
dulu emang pernah ada nama daerah ini di jaktim ..
Letaknya di seputaran Jatinegara..deket cawang/kp melayu/otista..
dulu ini tempet medanpertempuran antara indonesia dan penjajah (belanda dan para sekutunya) dan banyak korban pembantaian/perang yang dibuang di rawa-rawa daerah sini. dulu sih banyak rawa-rawa-nya.

Sekarang namanya udah diganti Rawa Bunga.
coba deh tanya Oom yanwek yang rumahnya deket2 sana..ato cari aja (Rawa bunga) di peta seputaran jatinegara/cawang/otista/kp melayu

tabik
S birowo

eh aku baca dimana ya soal rawabangke ini ??
udah lupa neh..
Menguasai Kekuatan/kesaktian adalah untuk belajar rendah hati dan sadar akan adanya Kekuatan MahaTertinggi yaitu Sang Cahaya Kasih Sejati.

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #67 on: 18/11/2008 13:59 »
-Sambungan Cerita Kong Nizam Sang Jawara-


Kita tinggalkan apa yang terjadi di Kampung Rawa Bangke. Kita menuju perbukitan di daerah Tambun yang penuh dengan pepohonan hutan dan semak belukar. Disana terlihat tiga orang yang sedang mengaso setelah menggunakan ilmu lari cepat dan ginkang yang tinggi. Salah satunya bersender di bawah pohon jati besar sepertinya memasang muka yang kecewa, orang kedua sedang duduk dengan kaki mengangkat satu di sebuah batu besar di perbukitan dan orang ketiga sedang asyik duduk di bawah tanah yang becek dan memainkan tanah membentuk sesuatu.

"Tak usah kau ngoceh, pengemis geblek!” Raja Begal one mencibirkan bibirnya yang sedikit jontor sambil mengebut-ngebutkan rambutnya yang penuh ketombe hingga pohon disekitarnya menjadi berlubang dan berasap lalu tiba tiba layu.

“Kalau aku mau, apa kaukira tua para pendekar goa hydro itu bisa pergi hidup-hidup?”

“Ho-ho-hah! Bagaimana, Sarung kampret, puas kau hari ini dapat membunuh para pendekar yang merasa dirinya golongan bersih?” Setan Pengemis Jali Jengki itu berpaling kepada Sarung Kampret.

“Aku datang ke Kampung Rawa Bangke bukan untuk itu,” Si Idiot Sarung kampret yang seperti anak kecil acuh menjawab pendek.

“Heheheheh, untuk apalagi kalau bukan untuk mengetes ilmumu di perkumpulan para pendekar? Iihhh, Sarung Kampret, sejak kapan kau ikut-ikut menjadi tukang tes ilmu seperti pengemis geblek ini?” Raja Begal One mengejek. Akan tetapi Sarung kampret tidak menjawab, hanya asik memainkan tanah lempung di tanah dan membentuk rumah rumahan.
 
“Ho-hah, Raja Setan Begal, lidahmu benar-benar lemas, bibirmu halus mengandung madu, tapi ludahmu seperti comberan dan bau nanah ! Kau sendiri datang pada Bek Rudyh, apakah akan memberi selamat panjang umur kepada setan gunung? Ho-ho, kau sendiri juga akan mengetes ilmu, bukan?”

“Cih, mulutmu bau busuk, pengemis kotor! Aku mendengar bahwa si Nizam bersembunyi di Rawa Bangke. Aku hendak melihat apakah dia dapat menghadapi ilmu rawa rontok dan rambutku, kalau dapat, baru aku mau menyerah kalah kepada musuh bebuyutanku , bukan mengetes ilmu-ilmu baru seperti kalian!"

“Ha-ha, silat lidah! Menjadi mencari musuh bebuyutan yang pernah mengalahkanmu dan mengetes ilmu, apa bedanya? Malu-malu kucing segala, cuh!” Setan Pikulan Jali Jengki meludah ke dekat kakinya dan batu di dekatnya berasap dan berlubang oleh ludah itu!
 “Bukankah begitu, manusia  Kampret?”

Si Sarung Kampret tidak menjawab, tidak mengangguk atau menggeleng hanya mengeluarkan suara, “Huhhh!”

Sarung kampret asyik dengan mainan tanah nya sepertinya merasa terganggu dengan perdebatan dua tokoh aliran hitam yang memperdebatkan kenapa mereka membuat huru-hara di kampung rawa bangke.
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #68 on: 18/11/2008 14:49 »
-Sambungan Cerita Kong Nizam Sang Jawara-

"Hehehhehe... lagi pula gak usah dibuktikan akulah jagoan nomor satu di jagadraya ini", kata Raja Begal One dengan gayanya yang angkuh.

"Jadi kau ngerasa dirimu Jawara nomor wahid?", ketus Jali Jengki gusar mendengar pernyataan itu.

“Hemmm....” Raja Setan Pikulan Jali Jengki itu mundur selangkah, mukanya menghadap Raja Begal One dan senjata pikulannya yang mengerikan itu diangkat ke atas, agaknya siap bertempur.

Sarung Kampret tiba-tiba berjingkrak-jingkrak tertawa dan bertepuk-tepuk tangan. Sepertinya dia baru mau melihat permainan baru yang akan mengasyikan dirinya 

“Bagus, bagus....! Aku pun mempunyai keinginan yang amat sangat, yaitu melihat kalian bertempur mengadu ilmu. Alang­kah akan ramainya, entah siapa yang hanya bernama kosong belaka. Raja Begal One ataukah Jali Jengki. Hayo, mulailah!”
 
Sejenak Raja Begal One ragu-ragu, kepalanya sudah tegang, agaknya ia hen­dak menggerakkan rambutnya yang mulai keras menerjang. Akan tetapi matanya melirik ke arah pengemis tua dan bocah nakal itu, lalu tiba-tiba ia tertawa terkekeh-kekeh. “Hi-hi-hik, bocah gendeng busuk, kau hendak akali kami berdua, ya? Kau mengadu kami, biar keduanya mampus atau payah, baru kau turun tangan dan dapat memonopoli atas gelar jawara nomor wahid di rimba persilatan. Begitukah? Akal bulus!”

“Kalian mau saling gempur atau sa­ling cinta, apa sangkut-pautnya dengan aku? Habis, kau mau apa?” Sarung kampret itu merengut seperti anak kecil yang tidak mendapat mainan, kesal.

“Kita bertiga harus menentukan siapa paling unggul, dia berhak mendapat gelar Jawara nomor wahid minimal di golongan hitam"

"Yang kalah dinyatakan tidak berharga dan harus menjadi anak buah yang menang”

“Setuju!” jawab Raja Setan Pikulan Jali Jengki yang benar-benar seperti layaknya pengemis tua yang semangat mendapat uang receh.
“Kau bagaimana?” tanyanya kepada Sarung Kampret. Yang ditanya hanya mengangguk dan nyengir, namun ia tetap berdiri memasang kuda-kuda, sikapnya amat bercuriga dan tidak percaya kepada dua orang di depannya itu.

Tiga orang sakti itu berdiri memasang kuda-kuda, saling pandang dengan sinar mata penuh kebencian. Mereka seakan-akan tiga ekor harimau yang siap me­nanti datangnya terjangan lawan, tegang sampai ke bulu-bulunya, akan tetapi terlalu hati-hati untuk bergerak lebih dahulu karena maklum bahwa lawan amatlah hebat, siapa terlena dia akan sirna.

Tiba-tiba Raja Begal One melengking tinggi dan rambutnya bergerak mengeluarkan ribuan seperti sinar putih menyambar ke arah Sarung Kampret. Hanya satu atau dua detik se­lisihnya dengan gerakan Raja Setan Pikulan Jali Jengki yang menggunakan tongkat pikulan menyerang Raja Begal One yang mempunyai ilmu kebal ini, dan gerakan Sarung Kampret yang menggunakan kujang tua tanpa gagang menerjang Jali Jengki. Sekaligus tiga orang itu telah menyerang dan diserang. Sekaligus pula mereka mendengus nyaring dan mengelak dengan lompatan kilat ke samping. Kini mereka berdiri lagi memben­tuk segi tiga, memasang kuda-kuda dan tidak bergerak. Suara desingan senjata mereka yang menyambar tadi masih ter­dengar gemanya, mengaung dari dalam jurang di dekat situ.

Amat tegang seluruh urat syaraf, ke­tiga orang itu sudah siap untuk melaku­kan terjangan atau menghadapi serangan lagi. Akan tetapi tiba-tiba wajah mereka bergerak dan perhatian mereka tertarik­ oleh bunyi siulan yang amat luar biasa. Sesaat bunyi siulan itu semerdu kicau burung di waktu pagi hari menyongsong munculnya sang matahari, akan tetapi pada saat lain terdengar seakan-akan halilintar menyambar-nyambar membelah gunung, pada detik ini terdengar gembira seperti suara bidadari tertawa merdu, pada lain detik seperti tangis wanita yang ditinggal mati suaminya.

“Tunda dulu urusan kita,” kata Jali Jengki.

Kita lihat siapa yang datang,” sam­bung Raja Begal One mengangguk. Sarung Kampret hanya mengangguk dan menurunkan kujang tuanya. Makin lama suara siulan terdengar makin nyaring, seolah-olah penyiulnya berjalan perlahan men­dekati tempat itu. Tiga orang sakti ini menjadi tegang hatinya, mereka men­duga-duga. Apakah orang golongan mereka atau golongan putih dari kaum pendekar.
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

iqbal khan

  • Anggota Tetap
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 124
  • Reputation: 1
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #69 on: 18/11/2008 16:20 »
lanjut terus ceritanye

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #70 on: 18/11/2008 19:16 »
nanti bakalan muncul tokoh sakti mandraguna
yang ga bakalan mati..
coba siapa yang bisa nebak??? ;D

clue :
sesuai namanya di SS


aku tau jawabnya..."si mayat-mayat hidup" kan bang Ochid.
Aku jadi tukang kipas aja mas Sarkem..
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #71 on: 19/11/2008 17:06 »
“Kita lihat siapa yang datang,” sam­bung Raja Begal One mengangguk.

Sarung Kampret hanya mengangguk dan menurunkan kujang tuanya. Makin lama suara siulan terdengar makin nyaring, seolah-olah penyiulnya berjalan perlahan men­dekati tempat itu. Tiga orang sakti ini menjadi tegang hatinya, mereka men­duga-duga. Hanya ada beberapa nama yang menjadi kengerian dari tiga nama besar golongan hitam, yaitu nama Ki Oong Maryono dan Ki Kusnul Hadi.

Nama besar Ki Oong Maryono yang murid dari Meneer Eddie (Dewa Persilat) yang dipuja-puja seluruh tokoh rimba persilatan sebagai penjelajah ilmu-ilmu sakti rimba persilatan, dan Ki Kusnul Hadi Dewa Obat sudah banyak kali mereka dengar, namun selama hidup mereka belum pernah melihat orangnya. Apakah salah satu dari kakek sakti itu yang muncul sekarang sambil bersiul?


Tak lama kemudian muncullah si pesiul dari balik batu besar, ber­jalan dengan tenang perlahan menuju ke puncak sambil bersiul, dengan sabuk tas pinggang dari kulit yang di­pegang dengan kedua tangannya. tas pinggang dari kulit itu berkilauan tertimpa matahari dan mudah diduga bahwa benda ini sering di semir !! tanda keapikan dan kerapihan dia. Pesiulnya seorang laki-laki tinggi tegap, tampan dan gagah, berusia antara lima atau enam puluhan tahun. Pakaian­nya seperti pakaian seorang pelancong, dengan tas pinggang dari kulit dan topi pe­nutup kepala yang juga dari kulit. Pakaian orang ini hanya bentuknya saja seperti pakaian pelancong, juga topinya, akan tetapi warna sepatu, pakaian, dan topinya warna warni, kecuali ikat pinggang dan pinggiran jubah, berwarna kuning keemasan. Di bagian dada bajunya yang hitam itu tampak lukisan sebuah lambang negara Sriwichai dari emas dan disampingnya lambang Persilat.

“Inikah orangnya yang memakai nama Ki Oong Maryono....?” Jali Jengki berkata perlahan seperti pada diri sendiri. Ada­pun Sarung Kampret hanya mengeluarkan suara cengengesan cengar-cengir.

Sementara itu, manusia setengah tua ini ber­siulan itu sudah melihat adanya tiga orang aneh di puncak, juga adanya ma­yat-mayat berserakan di tempat Bek Rudyh. Suara siulannya berhenti, ia coba mencari-cari selipan pada tas ikat pinggang lalu dia mengeluarkan kacamatanya emasnya yang plus kedua kakinya melangkah lebar dan cepat ke tempat itu. Keningnya berkerut, sepasang alis yang gak jelas itu seakan-akan mengkerut. Dia lalu memperhatikan kujang tua tak bersarung di ikat pinggang sarung kampret yang masih berlumuran darah.
 
“Tadi aku lewat di Kampung Rawa Bangke ada Pembantaian.. Sungguh keji sekali....!” Ia bersungut-sungut tanpa mempedulikan tiga orang itu.

“Kami yang membunuh mereka. Kau mau membela?” ejek Setan Pikulan Jali Jengki me­nantang.

Dia tersenyum, menoleh kepada pe­ngemis muka aneh bergigi kuning itu dan berkata dengan suara tenang berwibawa, “Kalian membunuh orang, tidak ada sangkut-pautnya dengan aku, aku tidak peduli, bukan urusanku. Akan tetapi andaikata tadi aku berada di sana, jangan harap kalian me­ngumbar kekejaman sesuka hati.”

Setelah berkata demikian, orang ini lalu menghampiri Sarung Kampret, meman­dang sejenak dan berkata. “Kau Sarung Kampret, bukan? Beri pinjam senjatamu sebentar, aku hendak membuktikan bahwa senjatamu yang tadi melumurkan darah beberapa muridku itu.”

Sarung Kampret mendengus dan melangkah mundur, kujang tuanya ia angkat ke atas kepala, siap menerjang. Orang setengah tua itu tertawa mengejek.

“Kau takut aku melarikan senjatamu itu? Ha-ha, aku sering kali mendengar bahwa manusia iblis Sarung Kampret memiliki kepandaian yang amat tinggi, kiranya ia hanya mengandalkan nyawanya kepada sebatang kujang tua, maka takut kehilangan senjatanya. Sarung Kampret, kaca mataku ini dari emas, jauh lebih berharga daripada kujang tua­mu, baik harganya maupun kegunaannya. Kalau kau takut aku melarikan kujang tuamu, biar kau bawa dulu kaca mataku ini.”

Sebagai seorang tokoh besar dalam dunia persilatan, mana Sarung Kampret mau menyerahkan senjatanya? Senjata yang diandalkan sama harganya dengan nyawa. Ia mendengus kembali, menggelengkan mukanya yang terlihat beringas kadang idiot.

Orang setengah tua tinggi ganteng (gantengnya asal ocehan dia, karena menurut cerita masa lalu dia adalah playboy, sekarang telah digantikan oleh salah satu muridnya Pendekar Pemetik Bunga) itu tersenyum lebar, tapi sepasang matanya mengeluar­kan sinar tajam. “Terimalah ini!” serunya dan kaca mata di tangan kanannya itu tiba-tiba meluncur seperti halilintar menyam­bar, ke arah leher kiri Sarung Kampret. Se­rangan ini cepat bukan main, juga tidak terduga karena gerakan kaca mata itu dilihat dari depan seperti memutar, ujungnya membentuk lingkaran yang tidak dapat diterka ke mana akan mencari sasaran. Tiba-tiba, Sarung Kampret melihat ujung kaca mata  sudah hampir menempel ulu hati­nya.

Namun ia memang lihai sekali. Sam­bil mengeluarkan suara gerengan seperti harimau kesurupan setan, tangan kirinya menyambar dari samping menangkap kaca mata  itu dan men­dorong ke kanan agar meleset daripada ulu hatinya, bagian yang berbahaya itu. Alangkah herannya ketika ia merasa betapa kaca mata  itu dengan mudah dapat ia renggut, malah agaknya dilepaskan oleh pemiliknya. Ia menduga akan adanya tipuan, akan tetapi terlambat karena pada saat itu, tenaga yang amat keras merampas kujang tuanya. Ia masih berusaha mempertahankan dengan tangan kanan, namun tiba-tiba kaca mata  di tangan kirinya itu bergerak hendak menusuk dadanya kembali. Terpaksa ia mengalihkan perhatian dan tenaganya ke tangan kiri yang mencengkeram kaca mata , berusaha merampas kaca mata  untuk menyelamatkan diri. Lebih penting menyelamatkan diri daripada ancaman kaca mata , baru kemudian berusaha merampas kembali senjatanya.

Orang setengah tua itu tertawa sambil melompat mundur, kujang tua berpamor dan karatan sudah berada di tangannya.

“Sarung Kampret, terima kasih atas kebaikanmu. Hanya sebentar aku pinjam kujang tuamu, kalau sudah selesai akan kukembalikan.”

Setelah berkata demikian, orang tua aneh ini lalu melirik ke arah kujang itu lalu kekanan kiri beberapa lama, kemudian tiba-tiba ia meloncat ke kiri, sekali loncatan tubuh­nya melayang lebih sepuluh meter jauh­nya. Kiranya ia memilih tempat yang terang dari cahaya matahari di atas sebuah batu besar. Kujang  Tua di tangannya dia perhatikan, lalu dia menghela nafas seperti sedang bersedih hati, lalu dia bergerak menyerupai gerakan sarung kampret saat menyerangnya dan tampak sinar berkilauan hitam ketika dengan cepatnya, kemudian dia berhenti dan menghela nafas kembali.

“Heh, kau tentu si orang tua sombong yang memakai nama Ki Oong Maryono Pendekar Nusantara yang menjadi Guru di negeri Sriwichai !” terdengar suara serak Si Sarung Kampret. “Kembalikan senjataku.”

Ki Oong Maryono tidak menjawab, melain­kan memperhatikan kujang dan darah yang masih menempel pada kujang tersebut.

Sinar hitam yang lembut bergulung meluncur ke arah punggungnya. Sinar hitam ini datang dari Sarung Kampret yang melepas senjata rahasianya yang ternyata beberapa lembaran bulu ketek !!

 Ilmu yang diperlukan tenaga dalam tingkat tinggi hingga bulu ketek yang lemas menjadi seperti batang-batang bulu ketek ini  disebut "Bulu Ketek Beracun Awan Mendung".

Begitu hebat racun dari bulu-bulu ketek yang jumlahnya tujuh bulu ini sehingga mengeluarkan uap hitam seakan-akan awan yang membungkusnya ketika benda-benda kecil ini meluncur mencari korban.

Melihat Sarung Kampret mempergunakan ilmunya melepas bulu ketek, Raja Begal One dan Setan Pikulan Jali Jengki pun jadi terkejut. Mereka berdua sudah mengenal baik hebatnya bulu ketek-bulu ketek itu.

Sekarang Ki Oong Maryono yang ternyata hanya seorang orang setengah tua yang rabun diserang dari belakang dan orang setengah tua itu asyik memperhatikan kujang tua dan mengelap darah dari kujang tua ini, mana dapat ia menyelamatkan diri?

Ki Oong Maryono mengelap senjata dengan gerakan cepat dan aneh. Bukan hanya tangan kanan yang memegang kujang tua saja yang bergerak, malah semua tubuhnya ikut bergerak. apabila ada seorang penonton pasti akan menter­tawakannya karena cara ia mengelap menggunakan tas pinggang kulitnya amatlah lucu, meloncat ke sana ke mari, bergoyang-goyang dan terhuyung-huyung. Akan te­tapi kalau melihat hasil di depan­nya, orang akan bengong terlongong. Sepuluh orang artis juga akan bingung saat melihat tetesan darah mengurat tanah yang ada di kujang tua menjadi sebuah tulisan "Selamat Jalan Muridku Tercinta" dengan waktu demikian cepatnya.


Sekarang, tiga orang sakti itu yang menjadi kagum. Tanpa menoleh, Ki Oong Maryono masih tetap bekerja dan ketika gulungan awan hitam yang membungkus bulu ketek-bulu ketek beracun itu menghampirinya dan berpencar mengarah tujuh bagian jalan darah terpenting, ia masih saja bergerak-gerak mengurat tanah dengan mengeluarkan tetesan darah yang mengering menjadi encer. Namun kini di antara berkelebatnya sinar kujang tua yang hitan, tampak bergulung-gulung sinar kebiruan yang mengeluarkan angin keras. Mendadak awan hitam itu membalik sampai tiga kaki jauhnya, Sarung Kampret mengeluarkan suara geraman hebat dan awan hitam itu mendesak maju lagi, Si Sarung Kampret berdiri setengah berjongkok, kedua tangannya dilonjorkan ke depan dan ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk memberi dorong­an kepada senjata rahasianya.
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

putri teratai

  • Pendekar Muda
  • **
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 0
  • Posts: 805
  • Reputation: 20
  • datang kembali datang tuk mencapai kesempurnaan
    • PD-Total Quality Body Management
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #72 on: 19/11/2008 17:23 »
huahaaa..ha..ha.. racun bulu ketek juga dah ada ::)

lanjott aku pengen tahu akhirnya setan pikulan jali jengki...
percaya dan cintailah dirimu
(Kita ada di sini bukan untuk saling bersaing. Kita ada di sini untuk saling melengkapi. - Bill Mccartney)

Putra Petir

  • Pendekar Madya
  • ***
  • Thank You
  • -Given: 0
  • -Receive: 15
  • Posts: 1.359
  • Reputation: 63
    • Email
  • Perguruan: Balerante
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #73 on: 19/11/2008 17:30 »
situ pengen tahu...
sini bingung nyelesaiin nih cerita....

huahhahhahaha
"Sugih tanpo bondho,pintar tanpo ngeguru, menang tanpo ngasorake, nglurug tanpo bala, mangan tanpo mbayar."

Dolly Maylissa

  • Moderator
  • Calon Pendekar
  • **
  • Thank You
  • -Given: 9
  • -Receive: 12
  • Posts: 519
  • Reputation: 49
  • silat itu ya salaman bukan gebuk2an,,,
    • d01ly's blog
    • Email
Re: Kong Nizam sang Jawara
« Reply #74 on: 19/11/2008 17:31 »
te-oo-pe   be-ge-te deh buat om sarkam

GRP buat om sarkam....
baru belajar nulis

 

Powered by EzPortal