Amin...
Demikian yang umumnya terjadi dalam beberapa kesempatan saya mengobrol
dengan teman-teman soal iman dan hipnotis. Ada keinginan untuk meyakini
bahwa bila kita sudah beriman (apapun definisinya) maka kita sudah aman dari
berbagai ancaman dan bahaya.
Ijinkan saya memaparkan pandangan saya, mohon maaf kalau tidak sesuai dengan
keyakinan teman-teman di sini.

Soal iman dan hipnotis...
Bahwa gejala hipnotis hanyalah fenomena wajar dalam dinamika kejiwaan
seseorang, sama sekali bukan bentuk kelemahan yang harus dihilangkan dengan
meyakini tuhan atau dewa tertentu. Kondisi hipnosis bisa dialami siapa saja,
sebab tanpa itu seseorang tidak mungkin bisa tenggelam dalam kegiatannya,
misalnya untuk menikmati musik, film, buku atau bahkan beribadah secara khusuk.
Jadi terkena hipnotis bukanlah simbol kelemahan, apalagi simbol kurangnya iman.

Memang benar, bahwa nabi-nabi, orang suci, santo dan sebagainya diceritakan
menunjukkan keajaiban dan mukjizat yang mengagumkan. Saya percaya pula
bahwa sekarang-pun kita bisa menemukan orang yang memiliki kelebihan dari
manusia biasa karena mereka menjalankan agama-nya dengan luar biasa (atau
sekedar menjadi sakti melalui amalan-amalan tertentu).
Namun IMHO, iman harus dan hanya harus bermuara pada kedekatan kita ke
Tuhan, bukan ajang mencari kesaktian... yang membawa kita pada kesimpulan:
1. Ritual atau amalan harus diniatkan semata-mata sebagai ibadah, bukan
sebagai alat untuk meraih atau mempertahankan kesaktian. Saya pernah
menyaksikan seseorang yang menolak sebuah kesaktian hanya karena kesaktian
itu mensyaratkan untuk tidak pernah meninggalkan sholat. Katanya, kalau
kesaktian itu dia terima, dia takut nanti sholatnya dicampuri oleh niat untuk
menjaga kesaktiannya. Terus terang saya jadi malu...

2. Iman bukanlah semacam jimat tolak bala atau jaminan kesejahteraan di dunia.
Justru orang yang beriman adalah sasaran berbagai macam ujian -baik
penderitaan maupun kesenangan- di dunia fana. Bukankah kitab suci agama-
agama menceritakan orang-orang beriman yang diuji oleh berbagai macam
penderitaan? Orang beriman yang kena kejahatan hipnotis sehingga kehilangan
dompetnya akan menganggap itu sebagai cobaan dari Tuhan (dan peringatan
untuk lebih waspada), sedangkan orang yang kurang menghayati imannya akan
marah-marah mengutuki nasib.
Demikian pandangan saya, mohon maaf kalau tidak berkenan. Ini cuma obrolan
ringan sambil makan ubi rebus kok...
